Corynebacterium diphtheriae Dr. Eko Budi Koendhori, dr.,M.Kes Bahan Kuliah FKM
Karakterisasi Batang lurus atau sedikit bengkok, ramping, runcing kadang ujungnya membesar spt tongkat golf Ukuran 0,3 – 0,8 x 1,5 – 8,0 µm Sel-sel tersusun tunggal atau berpasangan, sering membentuk formasi V, L atau palisade (spt huruf Cina) Gram pos, granulametakromatik pos polimetafosfat Non motil, spora neg, BTA neg
Fakultatif anaerob butuh media yg diperkaya (serum/darah) koloni konveks, semi opaq, tepi tdk rata Katalase pos, mereduksi nitrat dan telurit Kemoorganotrof : memfermentasi glukosa dan maltosa membentuk asam tanpa gas Obligat parasit pada membran mukosa atau kulit mamalia
Patogenesis C. diphtheriae bisa ada di saluran nafas, luka, kulit orang yg terinfeksi atau carrier Toxin difteri : polipeptida, heat labile, BM 62.000, dosis letal 0,1 µg/kg Toxin menghalangi sintesa protein sel shg mengalami kerusakan Toxin diserap mukosa dan sel epitel rusak fibrin, eritrosit dan leukosit berkumpul shg terbentuk pseudomembran abu-abu, sering pd tonsil, faring atau laring, bila dimanipulasi akan berdarah. Terjadi pembesaran kelenjar limfe regional.
Bakteri terus tumbuh dalam membran memproduksi toxin menyebabkan kerusakan lebih jauh, kerusakan parenkim, infiltrasi lemak, nekrosis otot jantung, hati, ginjal dan kelenjar adrenal, kadang disertai perdarahan akut. Difteri pada luka atau kulit terjadi terutama di daerah tropik, nampak luka yg sulit sembuh tp absorbsi toxin hanya ringan, sistemik jarang. Toxin yg terbentuk memicu terbentuknya antibodi terhadap toxin C. diphtheriae infeksinya lokal tdk masuk ke jaringan atau ke darah
Corynebacterium lain C. pseudodiphtherium Difteroid : C. hofmannii sal. nafas C. xerosis sal. kemih C. Pyogenes konjunktiva C. Ulcerans Propionibacterium acnes Jerawat C. minutissimum Eritrasma
Gejala Klinis Saluran nafas: nyeri tenggorok dan demam, lemah dan sesak nafas krn obstruksi akibat pseudomembran Segera lakukan intubasi atau trakheostomi mati lemas Ritme jantung tdk teratur kerusakan myocard Gangguan melihat, bicara, bengkak, sulit menggerakkan tangan dan kaki
Dx Laboratoris Terapi spesifik harus diberikan tanpa menunggu konfirmasi dx Lakukan swab di hidung, tenggorokan atau lesi di tempat lain yg dicurigai segera sebelum pemberian antibiotika Swab dilakukan di dasar dari membran dan segera ditanam pada media transport seperti Amies. Segera lakukan pengecatan alkalin biru metilin atau Gram
Tanam pada media lempeng agar darah, media Loeffler dan tellurite plate Dilanjutkan dg uji : Elek test (kertas dg antitoxin) Polymerase Chain Reaction gen toxin (tox) Enzyme-linked immunosorbent assay (Elisa) Immunochromographic strip assay
Terapi Antibiotika : gol penisilin atau erytromisin membunuh bakteri Antitoxin : harus diberikan segera dg dosis 20.000 – 100.000 unit im/iv