LOGIKA
Aristoteles
MEMAHAMI PENGERTIAN LOGIKA Secara etimologis berasal dari kata logos (Yunani) berarti akal / pikiran. Sehingga logika banyak diartikan sebagai bidang pengetahuan yang mempelajari tentang bagaimana cara atau aturan berpikir benar.
Tentang pengertian logika Ajaran filsafat tentang cara berpikir Ajaran filsafat untuk mengadakan uraian yang rapi dan tepat tentang suatu pengertian Sehingga dapat disimpulkan: logika adalah pengetahuan yang mengajarkan tentang cara berpikir untuk mencapai suatu kebenaran yang hakiki (sebenar-benarnya)
Mengapa harus ada logika ? agar orang dapat melakukan perbincangan dan penyimpulan yang sah (selaras dengan kaidah bekerjanya akal)
RUANGLINGKUP LOGIKA Formal = “mengkaji” Material = “yang dikaji”
Tujuan Logika Agar manusia dapat menemukan hukum, patokan, pedoman berpikir, sehingga ia dapat berpikir secara runtut dan tepat. Runtut artinya ada ketertiban dan keteraturan dalam berpikir . Tepat berarti tidak terjadi kesesatan dalam berpikir. Sehingga kita akan terhindar dari kekeliruan dalam mengerti, berpendapat dan menyimpulkan sesuatu.
Sejarah Perkembangan Logika 1. Logika Naturalis Logika ada semenjak manusia ada di dunia, walaupun dalam tingkat yang sederhana, dalam kehidupan manusia pasti mempraktikkan hukum berpikir, persoalannya.. Manusia itu tidak menyadari ia telah melakukan kegiatan berpikir.
2. Logika artificialis Manusia berkembang semakin kompleks. Sejalan dengan itu manusia seringkali mengalami kesulitan dalam melakukan olah pikir untuk menyelesaikan masalahnya. Sehingga masalah yang kompleks itu terpecahkan secara benar, maka manusia membuat aturan-aturan berpikir,
3. Logika Politis Bentuk pemikiran yang diusahakan masa lalu hanyalah pada permainan kata-kata demi kemenangan dalam perselisihan Barangsiapa yang lupa itu bodoh Barangsiapa yang banyak belajar, banyaklah tahunya dan banyaklah lupanya Maka orang yang banyak belajar akan makin bodoh
4. Logika Organon Organon yang berarti alat untuk mencapai pengetahuan yang benar
BAGIAN LOGIKA Ada tiga pekerjaan akal yang biasa disebut dengan Mengerti, Berpendapat dan Bernalar. Kesemuanya tercakup dalam aktivitas akal kita
Logika Induktif Logika induktif digunakan untuk penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan umum Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas untuk menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Generalisasi Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual (khusus) menuju kesimpulan umum yang mengikat selutuh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki.
Generalisasi sempurna adalah generalisasi di mana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Misalnya setelah kita memperhatikan jumlah hari pada setiap bulan tahun Masehi kemudian disimpulkan bahwa: Semua bulan Masehi mempunyai hari tidak lebih dari 31. Dalam penyim¬pulan ini, keseluruhan fenomena yaitu jumlah hari pada setiap bulan kita selidiki tanpa ada yang kita tinggalkan.
Generalisasi tidak sempurna yaitu generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki.
Misalnya setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia yang suka bergotong-royong, kemu¬dian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong, maka penyimpulan ini adalah generalisasi tidak sempurna.
Logika Deduktif Logika deduktif biasanya mem-bantu kita dalam menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi khusus yang bersifat individual.
Kesimpulan yang ditarik merupakan konsekuensi logis dari fakta-fakta yang mendasarinya sehingga dilakukan penarikan kesimpulan yang bersifat khusus dengan menggunakan pernyataan yang bersifat umum menggunakan pola pikir silogisme.
Silogisme dibentuk oleh dua pernyataan alasan (premis mayor dan premis minor) dan kesimpulan yang ditarik secara logis dari dua premis pendukungnya. Sebagai contoh: jika semua makhluk hidup memiliki mata (premis mayor-umum) dan si Polan adalah makhluk hidup (premis minor) maka si Polan mempunyai mata (kesimpulan)