ADHD Attention Deficit Hyperactivity Disorder Maria Caecilia Nanny Setiawati Stifar Yayasan Pharmasi Semarang
Epidemiologi Angka kejadian ADHD di seluruh dunia diperkirakan mencapai hingga lebih dari 5 %. lebih banyak terdapat pada laki-laki dibandingkan dengan wanita.
Patogenesis Beberapa penelitian belum dapat menyimpulkan penyebab pasti dari ADHD. Seperti halnya dengan gangguan perkembangan lainnya.
1. Faktor lingkungan/psikososial a. Konflik keluarga. b. Sosial ekonomi keluarga yang tidak memadai. c. Jumlah keluarga yang terlalu besar. d. Orang tua terkena kasus kriminal. e. Orang tua dengan gangguan jiwa (psikopat). f. Anak yang diasuh di penitipan anak. g. Riwayat kehamilan dengan eklampsia, perdarahan antepartum, fetal distress bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, ibu merokok saat hamil, dan alkohol
2. Faktor genetik Terdapat mutasi gen pengkode neurotransmiter dan reseptor dopamin(D2 dan D4) pada kromosom. 3. Gangguan otak dan metabolisme a. Trauma lahir atau hipoksia yang berdampak injury pada lobus frontalis di otak b. Pengurangan volume serebrum c. Gangguan fungsi astrosit dalam pembentukan dan penyediaan laktat serta gangguan fungsi oligodendrosit
Teori hubungan antara neurotransmiter dopamin dan epinefrina Teori faktor genetik, Teori lain menyebutkan adanya gangguan disfungsi sirkuit neuron di otak yang dipengaruhi oleh berbagai gangguan neurotransmiter sebagai pengatur gerakan dan kontrol aktifitas diri.
Faktor risiko yang meningkatkan terjadinya ADHD Kurangnya deteksi dini Gangguan pada masa kehamilan (infeksi, genetic, keracunan obat, alkohol, dan rokok, serta stress psikogenik) Gangguan pada masa persalinan (premature, postmatur, hambatan persalinan, induksi, kelainan persalinan)
Gejala klinis 1. Inatensi Kurangnya kemampuan untuk memusatkan perhatian. Seperti, a. Jarang menyelesaikan perintah sampai tuntas. b. Mainan, dll sering tertinggal. c. Sering membuat kesalahan. d. Mudah beralih perhatian (terutama oleh rangsang suara).
Perilaku yang tidak bisa diam. Seperti, a. Banyak bicara. 2. Hiperaktif Perilaku yang tidak bisa diam. Seperti, a. Banyak bicara. b. Tidak dapat tenang/diam, mempunyai kebutuhan untuk selalu bergerak. c. Sering membuat gaduh suasana. d. Selalu memegang apa yang dilihat. e. Sulit untuk duduk diam. f. Lebih gelisah dan impulsif dibandingkan dengan mereka yang seusia.
3. Impulsive Kesulitan untuk menunda respon (dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak sabar). Seperti, a. Sering mengambil mainan teman dengan paksa. b. Tidak sabaran. c. Reaktif. d. Sering bertindak tanpa dipikir dahulu.
Gejala-gejala Lain 4. Sikap menentang a. Sering melanggar peraturan. b. Bermasalah dengan orang-orang yang memiliki otoritas. c. Lebih mudah merasa terganggu, mudah marah (dibandingkan dengan mereka yang seusia).
5. Cemas a. Banyak mengalami rasa khawatir dan takut. b. Cenderung emosional. c. Sangat sensitif terhadap kritikan. d. Mengalami kecemasan pada situasi yang baru atau yang tidak familiar. e. Terlihat sangat pemalu dan menarik diri. 6. Problem sosial a. Hanya memiliki sedikit teman. b. Sering memiliki rasa rendah diri dan tidak percaya diri.
Penatalaksanaan 2. Terapi behaviour 3. Kombinasi 1 dan 2 1. Farmakoterapi (Stimulans SSP) a. Methylphenidate b. Amphetamine c. Pemoline 2. Terapi behaviour 3. Kombinasi 1 dan 2 4. Metode Gelombang otak (brainwave) 5. Rutin komunitas care
Atomoxetine Strattera For Attention Deficit Hyperactivity Disorder Atomoxetine (Strattera) strengthens the chemical signals between brain cells and also increases certain brain chemicals, called neurotransmitters, to improve concentration. It is not a stimulant.
Atomoxetine does not start working as quickly as stimulant medicines Atomoxetine does not start working as quickly as stimulant medicines. Reports suggest that full effects are often not seen until the person has been taking atomoxetine regularly for at least 3 or 4 weeks
AUTISME Menurut Adriana S. Ginanjar (2008) di dalam presentasi "Penanganan Terpadu Bagi Anak Autis": * Autisme pertama kali diteliti oleh Leo Kanner (1943) yang mengamati 11 anak dengan ciri-ciri khusus. Disimpulkan bahwa terdapat 2 ciri penting anak autis adalah: 1. Extreme aloness 2. Keinginan untuk mempertahankan kesamaan. * Berdasarkan DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder) autis merupakan salah satu Pervasive Developmental Disorder.
Tiga ciri utama autisme: 1. Gangguan interaksi sosial, 2. Gangguan komunikasi, 3. Pola tingkah laku/minat yang repetitif dan stereotip. Gejala di atas telah muncul sebelum anak berusia 3 tahun.
AUTIS Anak autis cenderung fokus pada dunianya sendiri sehingga tidak ada perhatian/in-atensif ketika diajak komunikasi. sedangkan Anak ADHD/hiperaktif cenderung tidak mau diam sehingga tidak ada perhatian/in-atensif ketika diajak komunikasi. ADHD dan autisme adalah berbeda, tapi ada kesamamannya. Keduanya adalah masalah gangguan kesehatan mental, dan disinilah kesamaan berada.
1. Gangguan Interaksi Sosial • Gangguan yang jelas pada perilaku non-verbal (kontak mata terbatas, ekspresi wajah datar, tidak menoleh jika dipanggil). • Tidak mau bermain dengan teman sebaya dengan cara yang sesuai (wajar). • Tidak mau (enggan) berbagi minat dengan orang lain. • Kurang mampu melakukan interaksi sosial timbal-balik.
2. Gangguan Komunikasi • Terlambat bicara atau tidak bisa bicara tanpa kompensasi penggunaan gesture (isyarat, gerak-bahasa tubuh). • Mereka yang bisa bicara biasanya tidak dapat memulai dan mempertahankan percakapan. • Penggunaan bahasa yang berulang, stereotipik atau tidak dapat dimengerti 3. Perilaku dan Minat yang Terbatas
•Minat yang terbatas dan abnormal dalam intensitas dan fokus •Minat yang terbatas dan abnormal dalam intensitas dan fokus. • Terikat secara kaku pada ritual yang kelihatannya tidak memiliki fungsi khusus. • Gerakan yang stereotipik dan berulang ( gerakan jari-jari, bertepuk tangan, menyentuh benda-benda,)
The last but not least, mutiara kata berikut ini perlu kita renungkan bersama: Learning without thinking is useless, thinking without learning is dangerous. Belajar tanpa berpikir tiada guna. Berpikir tanpa belajar adalah berbahaya. (Confucius, 551-478 SM)