GIZI SEIMBANG DARI MASA KE MASA Budi Setiawan, Ph.D 08128095084 Seminar Nasional “Penerapan Ilmu Gizi dalam Kehidupan: Gizi Seimbang Mewujudkan Bangsa Sehat Berprestasi Gedung Graha Adya Wicaksana Jakarta Selatan, 15 Oktober 2016 GIZI SEIMBANG DARI MASA KE MASA Budi Setiawan, Ph.D 08128095084 bsetiawan.ipb @gmail.com Departemen Gizi Masyarakat-FEMA-IPB
Biodata Budi Setiawan Pendidikan: Pekerjaan Organisasi Ir. Teknologi Pertanian-IPB (1985) MS. Gizi Masyarakat & Sumberdaya Keluarga – IPB (1990) Ph.D Human Nutrition, UNL-USA (1999) Pekerjaan Dosen Departemen Gizi Masyarakat, FEMA-IPB (1985-sekarang) Kepala Pusat Kajian Gender dan Anak, LPPM-IPB (2015-sekarang) Auditor Internal Institut Pertanian Bogor (2005-sekarang) Ketua Program Studi Magister Manajemen Ketahanan Pangan (2004-2009) Ketua Departemen Gizi Masyarakat, FEMA-IPB (2009-2013) Organisasi Sekretaris Umum Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (2014-sekarang) Ketua 2 Dewan Pengurus Pleno Pergizi Pangan Indonesia (2013-sekarang) Ketua Bidang Penjaminan Mutu Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Ahli Gizi Indonesia (2014-sekarang) Ketua Divisi Akreditasi Program Studi Gizi, LAM-PTKes (2014-sekarang) Asessor Akreditasi Institusi Pendidikan Tinggi BAN-PT (2005-sekarang) Anggota Komite Nasional Obat Tradisional & Suplemen Makanan BPOM-RI (2012-sekarang)
Target Materi Peserta dapat memahami perkembangan gizi dari masa ke masa yang semakin maju mengikuti perkembangan zaman serta dapat menerapkan prinsip gizi seimbang bagi kehidupan sehari-hari sesuai dengan status ekonomi masyarakat agar tetap memenuhi status gizi yang mencukupi.
Apa yang dimaksud dengan gizi seimbang? Susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi. Berbagai definisi atau pengertian mengenai Gizi Seimbang (Balanced Diet) telah dinyatakan oleh berbagai institusi atau kelompok ahli, tetapi pada intinya definisi Gizi Seimbang mengandung komponen-komponen yang lebih kurang sama, yaitu: cukup secara kuantitas, cukup secara kualitas, mengandung berbagai zat gizi (energi, protein, vitamin dan mineral) yang diperlukan tubuh untuk tumbuh (pada anak-anak), untuk menjaga kesehatan dan untuk melakukan aktivitas dan fungsi kehidupan sehari-hari (bagi semua kelompok umur dan fisiologis), serta menyimpan zat gizi untuk mencukupi kebutuhan tubuh saat konsumsi makanan tidak mengandung zat gizi yang dibutuhkan.
Apa yang dimaksud dengan gizi seimbang? Di Amerika Serikat dan beberapa negara lain, prinsip Gizi Seimbang divisualisasi berupa “piramida” Gizi Seimbang. Tidak semua negara menggunakan piramida, tetapi disesuaikan dengan budaya dan pola makan setempat. Di Thailand dalam bentuk piramida terbalik sebagai “bendera”. Di China sebagai “pagoda” dengan tumpukan rantang. Di Jepang sebagai gasing terbalik.
Balanced Diet
Germany — The three-dimensional food pyramid
Apa yang dimaksud dengan gizi seimbang? Para pakar gizi yang bergabung dalam Yayasan Institut Danone Indonesia (DII) bersama para penulis dari Tabloid Nakita (Kompas-Gramedia), mengadaptasi piramida sesuai dengan budaya Indonesia, dalam bentuk tumpeng dengan nampannya yang untuk selanjutnya akan disebut sebagai “Tumpeng Gizi Seimbang” (TGS). TGS dirancang untuk membantu setiap orang memilih makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat, sesuai dengan berbagai kebutuhan menurut usia (bayi, balita, remaja, dewasa dan usia lanjut), dan sesuai keadaan kesehatan (hamil, menyusui, aktivitas fisik, sakit).
Buku Gizi Seimbang Penyusunan buku diprakarsai oleh para pakar dari Yayasan Institut Danone Indonesia : Prof. Soekirman, SKM., MPS-ID., PhD (IPB), Prof. DR. dr. A. Razak Thaha, MSc (UNHAS), Prof. Ir. H. Hardinsyah, MS., PhD (IPB), Prof. dr. Hamam Hadi, MS., ScD (UGM), Idrus Jus’at, PhD (Univ Esa Unggul), dr. Endang L. Achadi, MPH., Dr.PH (UI), Atmarita, MPH., Dr.PH (KemenKes), Para wartawan dari tabloid Nakita (grup Kompas Gramedia).
Tumpeng Gizi Seimbang-Yayasan Institut Danone Indonesia
Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) TGS terdiri atas beberapa potongan tumpeng: satu potongan besar, dua potongan sedang, dua potongan kecil, dan di puncak terdapat potongan terkecil. Luasnya potongan TGS menunjukkan porsi makanan yang harus dikonsumsi setiap orang per hari. TGS terdiri atas potongan-potongan itu dialasi oleh air putih. Artinya, air putih merupakan bagian terbesar dan zat gizi esensial bagi kehidupan untuk hidup sehat dan aktif. TGS menggambarkan 4 prinsip Gizi Seimbang (GS): aneka ragam makanan sesuai kebutuhan, kebersihan, aktivitas fisik ,dan memantau berat badan ideal.
Dalam sehari, kebutuhan air putih untuk tubuh minimal 2 liter (8 gelas). Di atasnya terdapat potongan besar yang merupakan golongan makanan pokok (sumber karbohidrat); golongan ini dianjurkan dikonsumsi 3—8 porsi. Di atasnya lagi terdapat golongan sayur dan buah sebagai sumber vitamin dan mineral, potongan yang berbeda luasnya untuk menekankan pentingnya peran dan porsi setiap golongan. Ukuran potongan sayur dibuat lebih besar. Dengan begitu, jumlah sayur yang harus dilahap setiap hari sedikit lebih besar (3-5 porsi) daripada buah (2—3 porsi). Di lapisan ketiga ada golongan protein: daging, telur, ikan, susu dan produk susu, sedangkan di potongan kiri ada kacang-kacangan serta hasil olahan seperti tahu, tempe, dan oncom. Di puncak dalam potongan yang sangat kecil adalah minyak, gula, dan garam, yang dianjurkan dikonsumsi seperlunya.
Pada bagian bawah tumpeng terdapat prinsip Gizi Seimbang lain, yaitu pola hidup aktif dengan berolahraga, menjaga kebersihan dan pantau berat badan. Prinsip gizi seimbang didasarkan pada kebutuhan zat gizi yang berbeda menurut kelompok umur, status kesehatan, dan jenis aktivitas, maka satu macam TGS tidak cukup. Diperlukan beberapa macam TGS untuk ibu hamil dan menyusui, bayi dan balita, remaja, dewasa, dan usia lanjut.
Bagaimana perkembangan gizi seimbang dari masa ke masa? Dulu dikenal pedoman makan berslogan “4 Sehat 5 Sempurna” (4S5S) yang dipopulerkan oleh Prof. Poerwo Soedarmo, pada tahun 1950-an. Sejak tahun 1990-an, pedoman tersebut dianggap tak lagi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi gizi. Hal ini juga sesuai dengan adanya perubahan pedoman “Basic Four” di Amerika Serikat—yang merupakan acuan awal 4S5S pada masa itu—menjadi “Nutrition Guide for Balance Diet”. Di Indonesia, “Nutrition Guide for Balance Diet” diterjemahkan menjadi “ Pedoman Gizi Seimbang” (PGS).
Bagaimana perkembangan ... Pada konferensi pangan sedunia tahun 1992 di Roma dan Genewa, yang diadakan oleh FAO, dalam rangka menghadapi beban ganda masalah gizi di negara berkembang, antara lain ditetapkan agar semua negara berkembang yang semula menggunakan pedoman sejenis “Basic Four” memperbaiki menjadi “Nutrition Guide for Balance Diet”. Indonesia menerapkan keputusan FAO tersebut dalam kebijakan Repelita V tahun 1995 sebagai PGS dan menjadi bagian dari program perbaikan gizi. PGS kurang disosialisasikan sehingga terjadi pemahaman yang salah dan masyarakat cenderung tetap menggunakan 4S5S. Tahun 2009 secara resmi PGS disebutkan daam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 yang menyebutkan secara eksplisit “Gizi Seimbang” dalam program perbaikan gizi.
Apa perbedaan antara 4 sehat 5 sempurna dengan pedoman gizi seimbang? Sesuai dengan prinsip Gizi Seimbang, pola makan berdasarkan "Pedoman Gizi Seimbang" (PGS) tidak dapat berlaku sama untuk setiap orang. Tiap golongan usia, status kesehatan, dan aktivitas fisik, memerlukan PGS yang berbeda sesuai kondisi masing-masing. Hal ini berbeda dengan pola makan berdasarkan slogan "4 sehat 5 sempurna" (4S & 5S) yang berlaku bagi semua orang di atas dua tahun. Pada saat slogan 4S5S diciptakan tahun 1950-an, diasumsikan bahwa kebiasaan makan masyarakat makin sehat sehingga berbagai masalah kesehatan karena kekurangan dan kelebihan gizi dapat dicegah dan dikurangi. Asumsi ini ternyata tidak terwujud, baik di Indonesia maupun negara- negara lain, termasuk negara asal 4S5S di AS. Oleh karena itu pedoman 4S5S sejak awal tahun 1990-an secara internasional telah digantikan oleh pedoman yang lebih rinci yang disebut PGS .
Susunan makanan yang terdiri atas 4 kelompok ini, belum tentu sehat, bergantung apakah porsi dan jenis zat gizinya sesuai dengan kebutuhan. Contoh, jika pola makan kita sebagian besar porsinya terdiri atas sumber karbohidrat (nasi), sedikit sumber protein, sedikit sayur dan buah sebagai sumber vitamin, maka pola makan tersebut tidak dapat dianggap sehat. Sebaliknya, jika pola makan kita terlalu banyak sumber lemak dan protein seperti hidangan yang banyak daging dan minyak atau lemak, tetapi sedikit sayur dan buah, maka pola makan itu tak dapat dianggap sehat. Selain jenis makanan, pola makan berdasarkan PGS menekankan pula proporsi yang berbeda untuk setiap kelompok yang disesuaikan atau diseimbangkan dengan kebutuhan tubuh. PGS pun memperhatikan aspek kebersihan makanan, aktivitas fisik, dan kaitannya dengan pola hidup sehat lain.
Susu bukan "makanan sempurna" seperti anggapan umum selama ini Susu bukan "makanan sempurna" seperti anggapan umum selama ini. Dengan anggapan itu banyak orang, termasuk kalangan pemerintah, menganggap susu merupakan "jawaban" atas masalah gizi. Sebenarnya, susu adalah sumber protein hewani yang juga terdapat pada telur, ikan dan daging. Oleh karena itu di dalam PGS, susu ditempatkan dalam satu kelompok dengan sumber protein hewani lain. Dari segi kualitas protein, telur dalam ilmu gizi dikenal lebih baik dari susu karena daya cerna protein telur lebih tinggi daripada susu.
Slogan 4S5S dianggap tak lagi sesuai dengan perkembangan iptek gizi, seperti halnya slogan "Basic Four" di Amerika yang merupakan acuan awal 4S5S pada masa itu. "Basic Four" dari AS yang diciptakan tahun 1940-an bertujuan mencegah pola makan orang Amerika yang cenderung banyak lemak, tinggi gula, dan kurang serat. Setelah dievaluasi tahun 1970-an, ternyata slogan tersebut tidak memperbaiki pola makan penduduk Amerika, yang disertai dengan meningkatnya penyakit degeneratif terkait gizi.
Slogan "Basic Four" diperbarui dan disempurnakan menjadi "Nutrition Guide for Balance Diet" dengan visual piramida. Di Indonesia "Nutrition Guide for Balance Diet" diterjemahkan menjadi PGS yang juga menggunakan visual piramida. Berbeda dengan Nutrition Guide AS yang berlaku untuk usia di atas 2 tahun, di Indonesia PGS berlaku sejak bayi dengan memasukkan ASI eksklusif sebagai Gizi Seimbang.
Apa manfaat yang diperoleh saat menerapkan gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari?
Dampak apa yang akan terjadi jika tidak menerapkan gizi seimbang?
Berapa persentase masyarakat Indonesia yang sudah menerapkan gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari? Riskesdas 2013 menunjukan masih tingginya persentase anak usia 5-12 tahun yang kurus (11,2%), pendek /stunting (30,7%), gemuk (18,8%),dan anemia (26,4%). Penduduk diatas usia 10 tahun tidak cukup makan sayur dan buah (89.3%) Cuci tangan dengan benar sebelum makan 47.2%. Terdapat 20% anak-anak memiliki kebiasaan makan kurang dari 3 kali sehari dan 20% anak-anak berangkat ke sekolah tidak sarapan (ACDP, 2013).
Berapa persentase... Hasil review terhadap berbagai penelitian bidang gizi dan kesehatan di Indonesia menunjukkan bahwa pada anak-anak usia 4-12 tahun mengalami defisit asupan energi sebesar 35% dan defisit asupan protein sebesar 20% dari Angka Kecukupan Gizi (ACDP, 2013). Presentase kebiasaan tidak sarapan pada anak-anak bervariasi antara 17% terjadi di Jakarta hingga 59% terjadi di Yogyakarta (Hardinsyah dan M. Aries, 2012). Sebanyak 90.2% anak usia sekolah mengkonsumsi sarapan dengan mutu gizi yang rendah (Perdana F dan Hardinsyah, 2013). Rendahnya pengetahuan gizi dan kesehatan menjadi salah satu penyebab rendahnya kualitas konsumsi pangan khususnya pada anak sekolah dasar.
Prevalensi Anak Balita Kekurangan Gizi dan Kegemukan Berdasarkan Karakteristik Sosial Ekonomi, Tahun 2007 Sumber: Riskesdas 2007
Kontribusi Energi per Kelompok Pangan dalam Pola Makan Rata-Rata (Kalori/Kapita/Hari),Tahun 2004-2008 Sumber: BPS, Susenas , 2004-2008 *tidak termasuk beralkohol
PENDEKATAN LIMA PILAR PEMBANGUNAN PANGAN DAN GIZI Perbaikan Gizi Masyarakat terutama pada ibu pra-hamil, ibu hamil dan anak melalui peningkatkan ketersediaan dan jangkauan pelayanan kesehatan berkelanjutan difokuskan pada intervensi gizi efektif pada ibu pra- hamil, ibu hamil, bayi, dan anak baduta. Aksesibilitas Pangan yang beragam melalui peningkatkan ketersediaan dan aksesibilitas pangan yang difokuskan pada keluarga rawan pangan dan miskin Mutu dan Keamanan Pangan melalui peningkatkan pengawasan keamanan pangan yang difokuskan pada makanan jajanan yang memenuhi syarat dan produk industri rumah tangga (PIRT) tersertifikasi
PENDEKATAN LIMA PILAR ... Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) Melalui peningkatkan pemberdayaan masyarakat dan peran pimpinan formal serta non formal terutama dalam perubahan perilaku atau budaya konsumsi pangan yang difokuskan pada penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal, perilaku hidup bersih dan sehat, serta merevitalisasi posyandu Kelembagaan pangan dan gizi melalui penguatan kelembagaan pangan dan gizi di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten dan kota yang mempunyai kewenangan merumuskan kebijakan dan program bidang pangan dan gizi, termasuk sumber daya serta penelitian dan pengembangan
Bagaimana masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah dapat menerapkan gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari?
me variasi makanan SAYURAN : Tanaman hortikultura Umur relatif pendek (< 1 thn) Tanaman musiman Jenis & varietas sayur berbeda : Warna Rasa me variasi makanan Aroma Tekstur dll Peranan : Sumber vitamin (A & C) Sumber mineral Sumber serat makanan
PENYAJIAN SAYUR-SAYURAN Lalapan Sayur/ Tumis Vegetables
PENYAJIAN BUAH-BUAHAN segar Salad/ Rujak Friuts
47
Seberapa penting gizi seimbang perlu diterapkan dalam menciptakan bangsa sehat berprestasi? Tema HGN 2016
RISKESDAS 2010 Balita gizi kurang 17,9% Balita pendek 35,6% Balita kurus 13,3% Usia >18 tahun Kegemukan Pengetahuan dan sikap, perilaku gizi seimbang rendah Meningkatnya penyakit degeneratif (jantung, DM, stroke dll)
Sumber: Riskesdas 2010 Permasalahan stunting menjadi fokus intervensi dalam pembangunan gizi di Indonesia untuk periode 5 tahun ke depan. Prevalensi stunting menurun dari 36,8% (2007) menjadi 35,6 % (2010), tetapi masih terjadi disparitas prevalensi stunting antarprovinsi yang cukup lebar dan memerlukan penanganan spesifik. Sesudah berumur 2 tahun, akibat dari stunting secara praktis tidak dapat diperbaiki dan mempunyai dampak terhadap kehidupan individu berupa perkembangan kognitif dan produktivitas
Prevalensi Obesitas (RISKESDAS 2013) Balita 11,9% Dewasa Perempuan 32,9% Dewasa Laki-laki 19,7%
Tantangan perbaikan gizi masyarakat 1. Masih rendahnya status gizi gizi dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan sosial-budaya masyarakat seperti: (i) kesulitan dalam mendapatkan makanan yang berkualitas, terutama disebabkan oleh kemiskinan; perawatan dan pengasuhan anak yang tidak sesuai karena rendahnya pendidikan ibu; dan (ii) (iii) terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan, sanitasi dan air bersih
Tantangan perbaikan gizi ... Masih terbatasnya akses yang memadai bagi masyarakat miskin dan berpendidikan rendah dalam memperoleh pangan yang bergizi dan aman Belum seimbangnya pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia. 4. Masih rendahnya pemberian ASI eksklusif: Pada tahun 2007 terdapat hanya sekitar 32 % bayi di bawah usia enam bulan yang menerima ASI eksklusif, dan hanya 41 % bayi di bawah usia empat bulan yang menerima ASI eksklusif 5. Masih rendahnya peranan masyarakat dalam menanggulangi kekurangan gizi: Masih belum optimalnya peran posyandu sebagai salahsatu bentuk peranan masyarakat dalam penanggulangan gizi 6. Lemahnya kelembagaan yang bertanggung-jawab dalam upaya perbaikan pangan dan gizi
Apa kendala yang dihadapi dalam memperkenalkan pedoman gizi seimbang kepada masyarakat? 1990 an kita sudah punya Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Lebih dari 15 tahun lalu Pedoman Gizi Seimbang telah dikenalkan dan disosialisasikan kepada masyarakat, namun masih banyak masalah dan kendala dalam sosialisasi Gizi Seimbang sehingga harapan untuk merubah perilaku gizi masyarakat ke arah perilaku gizi seimbang belum sepenuhya tercapai. Konsumsi pangan belum seimbang baik kuantitas maupun kualitasnya, dan perilaku hidup bersih dan sehat belum memadai. Telah diselenggarakan workshop untuk mendapat masukan dari para pakar pemerintah serta non pemerintah, lintas sektor, lintas program dan organisasi profesi.
Ingat kembali Pesan-pesan PGS, baru Syukuri dan nikmati anekaragam makanan; Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan; Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi; Biasakan mengonsumsi anekaragam makanan pokok; Batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak; Biasakan Sarapan; Biasakan minum air putih yang cukup dan aman; Biasakan membaca label pada kemasan pangan; Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir; 10)Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan normal
Sekian
Terima Kasih... Budi Setiawan, Ph.D 08128095084 Seminar Nasional “Penerapan Ilmu Gizi dalam Kehidupan: Gizi Seimbang Mewujudkan Bangsa Sehat Berprestasi Gedung Graha Adya Wicaksana Jakarta Selatan, 15 Oktober 2016 Terima Kasih... Budi Setiawan, Ph.D 08128095084 bsetiawan.ipb @gmail.com Departemen Gizi Masyarakat-FEMA-IPB