Filsafat Kurikulum
Filsafat membahas berbagai masalah yang dihadapi oleh manusia. John Dewey (dalam Ella 2004): philosophy lies at the heart of educational endeavor, this is perhaps more evedent in curriculum is a response to the question of how to live good life” Banyak aliran dalam filsafat, tetapi paling tidak ada lima yang terkait dengan pengembangan kurikulum, yaitu perennialism, essentiallism, progressivism, existentialism, dan reconstructivism (Longstreet, 1993: 110)
Perennialism Penekanan: masalah keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dibanding masalah warisan budaya dan dampak sosial tertentu, oleh karenanya pengetahuan adalah yang lebih penting untuk dipelajari. Pendidikan yang menganut paham ini menekankan pada kebenaran absolut, universal dan tidak terikat pada tempat dan waktu. Implikasi perennialism dalam pengembangan kurikulum adalah penyajian yang sama dan memperoleh pengetahuan yang sama untuk semua siswa, sedangkan perbedaan individual atau diversifikasi kurikulum kurang diakomodasikan dalam filsafat ini.
Essentialims Menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada siswa agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna, pendidikan berfungsi konservasi budaya dan tanggung jawab untuk melanjutkannya. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
Progressivism Progressivism menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada siswa, variasi pengalaman belajar, dan proses. Progressivism atau pragmatism berkembang atas doktrin essentialism. Progressivism menyajikan bahan dasar bagi anak yang berbeda-beda, dan anak harus mengalami pendidikan. Sehingga progressivism merupakan landasan filosofis bagi pengembangan belajar aktif. Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri.
Reconstructivism Filsafat recontructivism merupakan elaborasi lanjut dari paham progresivism. Pada recontructivism peradaban manusia masa depan sangat ditekankan, perennialism dan essentialism berorientasi masa lalu. Recontructivism beranjak lebih jauh dari progressivism yang menekankan pada perbedaan individual, pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Lebih menekankan pada hasil belajar (learning out comes) dari pada proses. Sekolah adalah suatu tempat untuk mencapai seperangkat hasil belajar yang mewujudkan kehidupan dan peradaban yang lebih baik Reconstructivism memusatkan pada problem-problem masyarakat dan keberadaannya untuk memperbaiki masyarakat. Sekolah bukan hanya membantu mengembangkan kemampuan sosial anak, tetapi juga membantu bagaimana berpartisipasi dalam masyarakat.