Historiografi Keas X Semester 1
Memahami prinsip dasar ilmu Sejarah. Kompetensi Dasar : Beranda SK/KD Indikator Materi Standar Kompetensi : Memahami prinsip dasar ilmu Sejarah. Kompetensi Dasar : 1.2. Mendeskripsikan tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa pra-aksara dan masa aksara.
Indikator Beranda SK/KD Materi Mengidentifikasi cara masyarakat pra-aksara mewariskan masa lalunya Mengidentifikasi tradisi sejarah pada masyarakat pra-aksara Mengidentifikasi jejak sejarah di dalam sejarah lisan (folklore, mitologi, dongeng, dan legenda) dari berbagai daerah Indonesia Mengidentifikasi cara masyarakat pada masa aksara mewariskan masa lalunya Menjelaskan perkembangan penulisan sejarah di Indonesia
PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH INDONESIA Beranda SK/KD Indikator Materi Untuk memahami historiografi Indonesia, untuk itu perlu diketahui beberapa jenis historigrafi Indonesia. Secara garis besar, historigrafi Indonesia terbagi dalam tiga jenis yang dibedakan berdasarkan ciri-ciri dan jenis sejarah yang dihasilkan.
Historigrafi Tradisional Historiografi Kolonial Historiografi Nasional Jenis-Jenis Historiografi Historigrafi Tradisional Historiografi Kolonial Historiografi Nasional Beranda SK/KD Indikator Materi
Historiografi Tradisional Beranda SK/KD Indikator Materi Historigrafi tradisional dapat dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu : Historiografi Tradisional Kuno Historigrafi Tradisional Tengah Historiografi Tradisional Baru
Historiografi Tradisional Kuno Beranda SK/KD Indikator Materi Ciri-ciri historiografi tradisional kuno sebagai berikut : Merupakan Hasil Terjemahan Kebudayaan Hindu Kitab Ramayana yangh dikarang oleh Walmiki merupakan salah satu dampak yang ditimbulkan dari penyebaran agama Hindu-Budha dari India yang sampai ke Indonesia. Akibat lain yang ditimbulkan adalah munculnya pengaruh hasil-hasil kebudayaan yang bisa dilihat dengan banyaknya kitab-kitab dari India yang diterjemahkan dalam bahasa setempat (Jawa Kuno) seperti kitab Mahabarata dan Ramayana.
Lanjutan…. Beranda SK/KD Bersifat Religiomagis Indikator Materi Bersifat Religiomagis Karya-karya historiografi yang dihasilkan didominasi oleh unsur kepercayaan. Hal ini bertujuan dalam rangka penyebaran agama. Contohnya adalah Aji Saka, dan Sutasoma Bersifat Kratonsentris Penulisan historiografinya memusatkan perhatian pada sudut pandang kraton. Contohnya kitab Negarakartagama yang menceritakan tentang Ken Arok sebagai raja Kerajaan Singasari sampai kepada pemerintahan Hayam Wuruk dari Kerajaan majapahit.
Lanjutan…… Bertujuan Untuk Menaikkan Martabat Kasta Brahmana Beranda SK/KD Indikator Materi Bertujuan Untuk Menaikkan Martabat Kasta Brahmana Historigrafi yang ditulis umumnya berisi menganai peranan kasta brahmana pada suatu negeri. Contohnya kitab Calon arang yang bercerita tentang seorang brahmana yang bernama Bharada bersama muridnya yang bernama Mpu bahula berhasil membunuh Calon Arang yang telah menyebarkan wabah penyakit di seluruh negeri bawahan Raja Airlangga.
Historigrafi Tradisional Tengah Beranda SK/KD Indikator Materi Historiografi yang dihasil umumnya berupa kidung dengan ciri-ciri sebagai berikut : Peristiwanya Terjadi di Luar Kraton Penulisan sejarah (kidung) sudah memperhatikan kejadian-kejadian yang terjadi di luar lingkungan kraton. Historigrafi ini (kidung) ditulis dengan tujuan memperingati peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah
Lanjutan…. Beranda SK/KD Bersifat Etnosentris Indikator Materi Bersifat Etnosentris Historigrafi ditulis berdasarkan sudut pandang suku atau kebudayaan tertentu. Contonya kidung-kidung yang dihasilkan sebagai hasil penulisan sejarah semuanya berbentuk khas Jawa. Bersifat Naratif Konsepsional Isi historiografi bersifat narasi sehingga ceritanya bersifat subjektif meskipun masih berdasar pada fakta-fakta yang ada. Bersifat Nonofficial Historigrafi ini bertujuan untuk memberikan pengertian kepada masyarakat tentang norma-norma kebaikan dan kepahlawanan.
Historiografi Tradisional Baru Beranda SK/KD Indikator Materi Ciri-ciri historiografi tradisional baru adalah sebagai berikut : Unsur-unsurnya Bergaya Islam Jawa (Mitologis) Mitologis akan menjawab pertanyaan bagaimana sesuatu itu dapat terjadi. Dalam kebudayaan Islam sesuatu terjadi karena kekuatan alam yang dipersonifikasikan dengan kedatangan wahyu. Sebagai contoh : seorang raja yang tidak diketahui asal usulnya tetapi dapat menjadi raja dikatakan ia mendapatkan wahyu, seperti yang dialami oleh Jaka Tingkir (Raja Pajang) dan Sutawijaya (Raja Mataram Islam)
Lanjutan…. Beranda SK/KD Bersifat Kronologi Indikator Materi Bersifat Kronologi Ceritanya telah disusun berdasarkan urutan waktunya seperti urutan waktu berdirinya kerajaan yang ditulis dalam sebuah babad. Bersifat Etnosetris Ceritanya hanya terjadi pada kalangan, suku atau kebudayaan tertentu. Bersifat Feodalistik Ceritanya berkisar kejadian disekitar kraton sehingga peristiwa yang sama sekali tidak berhubungan dengan kraton tidak disinggung. Hal ini dikarenakan orang-orang yang menulisnya adalah orang yang bekerja pada kraton
Historiografi Kolonial Ciri-ciri historiografi kolonial adalah sebagai berikut : Merupakan sejarah orang Belanda di Hindia Timur (Indonesia) Historiografi jenis ini kebanyakan ditulis oleh orang-orang Belanda sehingga sangat tidak mengherankan ketika hanya menulis tentang sejarah orang-orang Belanda yang ada di Indonesia. Bersifat Diskriminatif Ceritanya lebih berpihak kepada orang-orang Belanda daripada orang Indonesia. Bersifat Nederlandosentris atau Eropasentris Penulisan sejarah dilakukan berdasarkan sudut pandang orang-orang Belanda/Eropa sehingga menghasilkan historiografi sesuai kepentingan Belanda. Menganggap bahwa Hindia Timur (Indonesia) belum memiliki sejarah sebelum kedatangan orang-orang Eropa/Belanda Berisi tentang sejarah orang-orang besar atau sejarah politik
Historiografi Nasional Tokoh yang berperan dalam mengembangkan historiografi nasional adalah Prof. Dr. Satono Kartodirdjo yang oleh teman-temannya sesama sejarawan dijuluki “Sejarawan Ratu Adil”. Adapun ciri-ciri historiografi Nasional adalah sebagai berikut : Hasil penulisan merupakan perbandingan dari berbagi sumber baik itu sumber kolonial maupun sumber lokal. Penulisnya adalah orang-orang akademisi/kritis dalam bidang bahasa, kesusastrraan dan kepurbakalaan. Tidak hanya mengangkat sejarah orang-orang besar dan Negara saja, tetapi lebih pada kemanusiaannya, yaitu kebudayaan. Cara pandang yang digunakan dalam melihat peristiwa tidak lagi dari satu sisi melainkan memandang suatu peristiwa dari berbagai sudut pandang. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya subjektifitas dalam menulisan sejarah.