Journal Reading Tingkat Keparahan Carpal Tunnel Syndrome: Diabetes atau Sindroma Metabolik Riandino Suryo R, Sked 1320221106 Pembimbing: dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S., M.Sc dr. Kemalasari Kepaniteraan Klinik Neurologi - RSUD Ambarawa Kab. Semarang Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta – RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Periode 10 Agustus – 12 September 2015
ABSTRAK Latar Belakang dan Tujuan: Carpal Tunnel Syndrome (CTS) kelainan ‘terjepit’ neurologi paling sering. Penyebab tdk diketahui kondisi berhubungan: obesitas, arthritis, hipotiroid, DM, trauma, massa, amiloidosis, sarkoidosis. M’jelaskan hub sindroma metabolik dan CTS, m’bandingkan derajat keparahan CTS antara Sind Metab dan DM
Metoda: 200 pasien dgn dx CTS, konfirm klinis dan elektrofisiologi masuk penelitian. Karakteristik demografi dan keparahan CTS analisis dgn sind. metab. Perbedaan: Sindroma metabolik (n=52) Diabetes (n=20) Gab DM dan Sind. Metab (n=44) Tdk ada DM dan Sind. Metab (n=84)
Hasil: CTS lebih parah pd Sind. Metab dibandingkan tanpa Sind Metab. Temuan elektrofis lebih buruk pd Sind. Metab saja dibanding DM saja dan Kel tanpa Sind. Metab dan DM. Kesimpulan: CTS lebih berat pd Sind. Metab dibanding DM. DM fx risiko CTS komponen lain dari Sind Metab efek lbh besar utk CTS diband DM.
Introduction Cts kelainan ‘jepitan’ neuropati paling sering, prevalensi usia dws 2.7% - 5.8% Laporan 10 x lebih srg pd wanita : pria. Etiologi tdk diketahui hubungan dgn obesitas, arthritis, hipotiroidisme, DM, trauma, massa, amiloidosis, sarkoidosis. Hubungan pergerakan berlebih dan gerakan berulang (repetitif) Px Konduksi saraf dan elektromiografi nilai keparahan.
Sind Metab/Sind X karakteristik: obesitas sentral, dislipidemia, hiperglikemia, hipertensi. Fx Risiko CTS tlh dievaluasi di bbrp penelitian indikasi adanya peran Sind X dalam proses CTS Tujuan: M’Jelaskan hub antara Sind X dan CTS, nilai keparahan CTS dibanding antara pasien DM dan Sind X.
Metoda Seluruh pasien dgn kel motorik & sensorik ext sup April – Desember 2013 elektrofis 200 pasien CTS. Eksklusi: Hamil, hipotiroid, reumatoid artritis, terapi KS/sulih hormon, R. Fraktur pergelangan tangan, bedah CTS, EMG (polineuropati, cervical rad-pathy, brachial plx-pathy, sindrom torakik outlet. Data demografi lingk. Perut, hipertensi GDP, TAG, LDL, HDL.
Dx Met. Synd b’dsr krit ATP III, adanya 3/5 fx: Obesitas sentral (LP >102) HiperTAG (>150) HDL (<40 M, <50 F) TD (>130/85) GDP (>100) Elektrofis Motor & sensor Nervus ulna & median ext sup latensi minimal F wave dicatat.
Konduksi Saraf Dx Definitif CTS ( Sensory nerve conduction ) jika: Abnormal sensory NCV segmen jari-pergelangan Abnormal sensory NCV segmen telapak-pergelangan Prolonged terminal latency Kombinasi dgn Anamnesis/pemfis dan elektrodiagnostik.
Pasien dikelompokan mjd 4 grup: MS+DM- MS-DM+ MS+DM+ MS-DM- Karakteristik demografi, derajat keparahan CTS, elektrofis dianalisis dan dibandingkan dgn 4 grup.
Analisis Statistik: Uji Normalitas Shappiro-Wilk Test Mann-Whitney U membandingkan parameter pasien dgn & tnp SM. Varabel DM+, SM+, DM-SM-, DM+SM+ dibandingkan dgn elektrofis: MNMDL, MNMA, MNMCV, MNSOL, MNSA, MNSCV. Post-hoc Bonferroni menentukan p’bedaan kel. Homogenitas dan distribusi Chi-Square / Fisher Deskriptif St Mean+SD. Batas signifikansi: p<0,05 SPSS 15.0
Hasil 622 pasien gejala CTS diperiksa elektrofis April 2013 – Desember 2013 200 pasien CTS dimasukan penelitian. 140 pasien F : 60 pasien M rerata usia 51th +/- 11 CTS unilat 59 (29,5%) : CTS bilat 141 (70,5%) Rerata BMI 25 +/- 2.24 kg: 78% > 24.9 LDL tinggi 71%, TAG tinggi 22%, HDL rendah 33%
Perbandingan pat CTS dgn / tanpa Sind Metab Tidak ada perbedaan signifikan Sind Metab dgn umur dan gender Bilat CTS pada 84(96%) dari 96 pasien dgn Sind Metab dan 57(54,8%) dari 104 pasien tanpa SM (p<0,001) Derajat CTS ringan 42 org, sedang 87 org dan berat 12org tangan dgn SM (+) 61, 75 dan 24 pada SM (-) proporsi lebih besar pd SM (+)
Perbandingan CTS berdasarkan SM dan DM Tingkatan pasien berdasarkan ada/tidaknya DM / SM sbb: MS+DM- (n=44), MS-DM+ (n=20); MS+DM+ (n=52), MS-DM- (n=84) Hasil MNMDL (median nerve motor distal latency), MNSOL (median nerve sensory onset latency), MNSA (median nerve sensory amplitude) dan MNSCV (median nerve sensory conduction velocity) lebih buruk pd SM+ : DM+
Kejadian obesitas sentral, hipertensi dan dislipidemi (LDL tinggi, hipertrigliserid, HDL rendah) yg dpt pengaruhi elektrofis dibagi 4 kelompok: Lingkar pinggang pd DM+ lebih rendah dari MS+ dan MS+DM+ (p<0,001) bermakna Hipertensi 102/200org freq lebih rendah pd SM-DM- tidak bermakna
HDL serum rendah pd 22 (43%) MS+, 12 (60%) pd DM+, 24 (54.5%) MS+DM+. Freq lebih rendah pd MS-DM- tidak bermakna Hipertriglicerid MS+ 14(26,9%), 7 (35%) DM+, MS+DM+ 13(29,5%), MS-DM- 10(11.9%).lebih rendah pd MS- DM- dibanding lainnya. Tidak bermakna.
Diskusi CTS kelainan jepitan saraf sering tjd dgn fx risiko yg diketahui: umur, aktivitas tinggi, wanita, hamil, DM, artritis reumatoid dan hipotiroidisme. Sind. Metab & komponennya: hiperkolesterolemi, LDL-C tinggi, obesitas juga telah diket sbg fx risiko CTS. Penelitian ini menganalisa akibat DM dan Sind. Metab pada temuan Elektrofis CTS, dan mengevaluasi hubungan antaranya.
CTS: Lebih sering pada wanita usia 40 – 60 tahun penelitian dari 119 pasien 85% nya wanita. 92 pasien rerata 49th, 95% wanita. 300 pasien usia 52-an thn 261 nya wanita. Pada penelitian ini 70% pasien wanita dgn usia 51-an thn. DM, Obesitas dan hiperkol komponen sind. Metab: fx risiko CTS hiperkol dan LDL-C tinggi fibrogenesis proliferasi jaringan ikat intraneural p’bsran nervus medianus CTS Nakamichi & Tachibana CTS b’hub dgn tingkat serum LDL Senegal 61% : 67% = hiperkol : LDL-C tinggi. Studi ini 71% pasien serum LDL-C tinggi
Neuropati perifer sering pd pasien DM: Meta-analisis: DM, overweight/obesitas, konsumsi alkohol faktor risiko CTS Perkins et al prevalensi CTS 2% 14% nya pasien DM tanpa polineuropati, 30% nya dgn polineuropati. Penelitian ini prevalensi 32% Obesitas Penelitian dgn 720 pasien: BMI lebih tinggi pd pasien CTS dibanding tanpa CTS. Hleb regresi logistik multipel: wrist index, BMI, rasio panjang tangan dgn tinggi badan fx risiko CTS
Prevalensi Sind. Metab: Penelitian ini: BMI total 25-an, 78% BMI lebih dari 24,9%. Prevalensi Sind. Metab: Prevalensi antara 36,6% - 51,8%. Rerata sind. Metabolik dgn CTS sebesar 48%. Yang mempengaruhi tempat tgl, tinggi/rendah CTS lebih berat pd psn dgn Sind. Metab dibanding dgn yg tidak Sind. Metab.
Temuan Elektrofis: Px Elektrofis menentukan efek sind metab dan diabetes thd keparahan CTS dtemukan lebih parah pd pasien dgn sind metab saja dibanding DM saja komponen sind metab pengaruh besar pada CTS
Komponen Sind Metab: Obesitas sentral ditemukan lebih banyak pd Sind metab saja Hipertensi dan dislipidemi ditemukan pada Sind Metab dan DM tidak signifikan Mungkin obesitas sentral (komponen CTS) pengaruhi keparahan CTS Memiliki >1 komponen mungkin memperparah CTS
Kesimpulan: CTS lebih parah pada pasien sind metab dibanding DM pada studi ini. DM juga faktor risiko pada CTS komponen lain pada Sind Metab punya efek >> pd CTS Adanya CTS harus dipikirkan pd pasien dgn Sind. Metab, dislipidemia dan obesitas.
TERIMA KASIH