PARADIGMA DAN TEORI SOSIAL
Paradigma Secara etimologis (Thomas S. Kuhn) paradigma dari bahasa Yunani para "disamping", atau "berdampingan" dan deigma “contoh“. Oleh Thomas S. Kuhn, Paradigma juga disebut contoh (exemplar) atau " matriks disipliner" (disciplinary matrix). Sesuai dengan makna deigma atau exemplar, Selaras dengan arti "matriks" dan " disiplin", paradigma merupakan kerangka keyakinan (belief framework) atau komitmen intelektual yaug memberi batasan tentang masalah dan prosedur serta metode penyelesaiannya
Peta perbedaan tiap-tiap Paradigma Penelitian sosial PETA PARADIGMA Ontological Question : Apa karakteristik dan bagaimana bentuk realitas Epistimological Question : Asumsi yang mempertanyakan bagaimana cara mendapatkan pengetahuan Axiological Question : Mempertanyakan Peranan sistem nilai dalam suatu penelitian Methodological Question : Mempelajari teknik dalam menemukan pengetahuan
Paradigma Positivistik Positivisme diidentikkan dengan teori ‘korespondensi’ (sepadan) tentang kebenaran. Menekankan kebenaran dalam bingkai fakta empiris-visual. Sesuatu dianggap benar bila ditemukan dalam fakta yang bisa ditangkap pancaindera. Kebenaran dicari lewat hubungan kausal – linier (sebab – akibat) dengan memakai hukum teori kebenaran korespondensi (kesesuaian)
Positivisme menyusun bangunan ilmu yang nomothetic yaitu ilmu yang selalu berupaya membuat hukum generalisasi. Tujuan utama setiap penelitian ilmiah adalah usaha verifikasi atas hipotesa. Kelompok positivisme, menempatkan hipotesa sebagai fakta sekaligus hukum. Realitas obyektif, tidak boleh diintervensi oleh nilai subyektif (value).
Konstruktivisme Ilmu pengetahuan merupakan rekonstruksi individu yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah konsensus masyarakat. Interpretasi atau pemahaman melalui pendekatan penafsiran merupakan kekuatan untuk membangun bangunan pengetahuan.
Menurut aliran ini akumulasi pengetahuan terletak pada kemampuan merekonstruksi dunia pengalaman seperti yang dialaminya sendiri (Narwaya, 2006 : 205). Pendekatan yang biasa dilakukan lebih bersifat hermeneutic (tafsiran / memahami). Contoh teori ; cultural constructivism, political economy, fenomenologi, interaksi simbolik, dan etnometodologi
Paradigma Kritis Hegel ; kritik sebagai “refleksi diri” atas rintangan, tekanan dan kontradiksi yang menghambat proses pembentukan diri (“menjadi sadar” atau refleksi atas asal – usul kesadaran). Marx : Kritik sebagai praksis revolusioner ang dilakukan kaum proletariat atau perjuangan kelas. Mengemansipasi diri dari penindasan Freud : kritik adalah “refleksi” baik dari individu maupun masyarakat atas konflik psikis.
Gagasan Utama dari Tradisi Kritik, Tiga Keistimewaan Pokok : Melihat sistem yang sudah dianggap benar, struktur kekuatan dan keyakinan atau ideologi – yang mendominasi masyarakat dengan pandangan tertentu. Mencoba membuka kondisi – kondisi sosial yang menindas dan rangkaian kekuatan untuk mempromosikan emansipasi / masyarakat yang lebih bebas dan lebih berkecukupan
Menciptakan keasadaran untuk menggabungkan teori – teori tindakan * Teori – teori kritis seringkali menggabungkan diri dengan minat – minat dari kelompok yang terpinggirkan. * Para ahli teori kritis umumnya tertarik dengan bagaimana pesan memperkuat penekanan dalam masyarakat.
Teori – Teori Sosial Dua pendekatan non-sosial mengenai perilaku manusia yang paling bertahan lama adalah eksplanasi ‘naturalistik’ dan ‘individualistik’. Teori – teori ini memusatkan perhatian pada kualitas yang terkandung dalam individu manusia
Teori Naturalistik Semua perilaku manusia termasuk interaksi sosial. Sebagaimana hewan, manusia diprogram secara biologi oleh alam Dari sudut pandang ini, kita semua adalah ‘individu’ dan ‘berbeda’. Dengan demikian eksplanasi mengenai perilaku manusia akhirnya harus terletak pada kualitas psikologi yang khusus dan unik dari individu
Contoh ; Dalam masyarakat kita hidup anggapan bahwa adalah alamiah bagi laki-laki dan perempuan saling jatuh cinta, menikah dan mempunyai anak. Adalah alamiah pula bahwa mereka hidup dalam keluarga inti, dengan suami pergi bekerja untuk mencari nafkah untuk istri dan anak-anak.
Teori Individualistik Teori ini berusaha untuk membangun generalisasi besar mengenai perilaku yang pasti terhadap manusia. Dari sudut pandang teori ini, kita semua adalah ‘individual’ dan ‘berbeda’. Perilaku mengenai manusia, akhirnya harus terletak pada kualitas psikologis yang khusus dan unik dari individu
Contoh ; Para penganggur seringkali dituduh sebagai pemalas, malu mencari pekerjaan, lemah semangat dan tidak tekun bekerja. Bunuh diri kerapkali dilihat sebagai tindakan orang yang tidak stabil, suatu tindakan orang yang ‘terganggu keseimbangan pikirannya’. Berhasil tidaknya pendidikan seringkali diasumsikan semata – mata cerminan kecerdasan anak. Para penjahat kerapkali dianggap sebagai orang dengan kepribadian menyimpang
Maka sebagai awal untuk menerangkan dan memahami bagaimana perilaku manusia yang melibatkan fakta sosial, akan dibahas tiga teori dasar ; teori struktural konsensus, teori struktural konflik, teori tindakan.
Teori Struktural Konsensus Teori konsensus menekankan norma – norma dan nilai – nilai sebagai penentu (determinan) perilaku. Manusia disosialisasikan ke dalam norma – norma dan nilai - nilai yang sudah ada. Teori konsensus berbasis pada pentingnya pengaruh kebudayaan
Teori Struktural Konflik Ada beragam struktur ketidaksetaraan di masyarakat. Berbagai kelompok bisa memiliki kekuasaan, wewenang, prestise, kekayaan atau kombinasi unsur – unsur tersebut dengan kemudahan lainnya.
Bagi teori ini yang melekat pada masyarakat yang tidak setara adalah konflik kepentingan yang terhindari antara ‘yang berpunya’ dan ‘yang tidak berpunya’. Teori konflik berpendapat, bahwa asal – usul dan persistensi struktur ketidaksetaraan terletak pada dominasi atas kelompok – kelompok yang tidak beruntung oleh kelompok – kelompok yang beruntung
Teori Tindakan Menekankan pentingnya kebutuhan untuk memusatkan perhatian pada kehidupan sosial tingkat mikro, cara individu berinteraksi satu sama lain dalam kondisi hubungan sosial secara individual. Masyarakat adalah hasil akhir dari interaksi manusia. Hanya dengan mengkaji bagaimana manusia berinteraksi, dapatlah kita memahami bagaimana keteraturan sosial diciptakan.
Teori tindakan menekankan bahwa kita memutuskan apa yang kita lakukan sesuai dengan interpretasi kita mengenai dunia sekeliling. Menjadi manusia berarti menjadikan masuk akal latar atau situasi dimana kita menemukan diri kita dan mewujudkan tindakan sesuai dengan situasi itu.
DISKUSI KELOMPOK Cermati dengan seksama film dokumenter tersebut Analisislah, dengan menggunakan salah satu paradigma dan teori sosial. Berikan argumentasi Kelompok, mengapa memakai paradigma dan teori tersebut.