RISET – OBSERVASI Pertemuan 5 FEATURE-DOKUMENTER RISET – OBSERVASI Pertemuan 5
Vincent Monnikendam Sineas Belanda, pembuat film dokumenter Mother Dao Vincent Monnikendam Sineas Belanda, pembuat film dokumenter Mother Dao. Membutuhkan waktu dua tahun lebih untuk mengumpulkan dan menyeleksi materi yang terdiri dari sejumlah besar potongan film hitam-putih lama. Film Mother Dao merupakan kompilasi dari arsip film hitam-putih yang direkam di Indonesia sejak tahun 1930-an hingga 1950-an.
Riset dan Observasi Riset adalah mengumpulkan data atau informasi melalui observasi mendalam mengenai subjek, peristiwa, dan lokasi sesuai tema yang akan diketengahkan. Riset bisa dilakukan oleh tim riset khusus, bisa pula dilakukan sendiri oleh penulis naskah/sutradara. Kadang juga perlu melakukan kerjasama dengan pakar disiplin ilmu lain dalam mengumpulkan informasi.
Saat melakukan riset, harus selalu diperhatikan dan dipikirkan aspek-aspek yang ada untuk kepentingan gambar visual. Jalinan kerjasama antara tim riset, penulis, dan sutradara harus serasi dan saling mengisi, karena komunikasi di antara mereka akan terus berlangsung sampai pada tahap penyelesaian penulisan naskah atau skrip.
Preliminary Research Melalui riset ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran bagi pengembangan ide agar menjadi lebih mantap. Untuk mendapatkan ide bagus, tidak cukup hanya dari mendengar dan melihat semata – apalagi hanya berdasar khayalan – mengingat tidak semua peristiwa penting menarik untuk dijadikan tema film dokumenter.
Sumber Data Informasi Riset Data tulisan : buku, majalah, suratkabar, surat, selebaran Data visual : foto, film, video, lukisan, poster, patung, ukiran Data suara : bunyi-bunyian, musik, lagu Data mengenai subjek, narasumber, informan Data lokasi : tempat kejadian/peristiwa
Hasil riset menjadi titik berangkat pembentukan kerangka global mengenai arah dan tujuan penuturan, serta subjek-subjek yang akan menjadi tokoh (karakter) dalam produksi. Penulis naskah dan sutradara mengevaluasi hasil riset, untuk mengetahui serta menetapkan dengan pasti : Informasi yang penting Informasi yang perlu diperdalam & diperluas Bagian mana sebab dan akibat peristiwa, yang digunakan untuk menunjang unsur dramatik atau umumnya struktur Menentukan bagian utama dan pelengkap. Demi efisiensi kerja ketika syuting, agar tidak mengalami kekurangan atau kelebihan materi gambar (stock shot/footage)
Tape Recorder sangat membantu saat melakukan riset, yakni merekam wawancara dgn orang-orang yang akan dijadikan subjek atau narasumber. Meriset subjek dapat dibagi ke dalam tiga kategori data, yaitu data fisik, data sosiologis, dan data psikologis. Data fisik meliputi : Jenis kelamin Nama dan usia Kondisi tubuh (sakit, cacat) Postur tubuh (tinggi, pendek, kecil, gemuk) Sifat pribadi (menarik atau sebaliknya) Mimik atau ekspresi wajah Cara berbicara (dialek, artikulasi) Kebiasaan Pribadi
Data sosiologis meliputi : Latarbelakang etnik, bangsa, sukubangsa Kelas / tingkat sosial Pendidikan Profesi : penghasilan, kondisi pekerjaan Kondisi hidup dan tempat tinggal Keluarga Kerabat di dalam dan di luar lapangan pekerjaan Hobi atau kesenangan pribadi Visi politik dan religi Data psikologis meliputi : Ambisi pribadi Frustasi, Sikap hidup, kelemahan pribadi, temperamen / karakter pribadi, inteligensia dan bakat khusus pribadi
Subjek Utama = Tokoh Memiliki peran fungsional untuk mengetengahkan realita dari peristiwa, sekaligus untuk memberi sentuhan dramatik pada cerita. Narasumber dapat berperan sebagai sumber informasi atau dapat pula sebagai subjek pembantu.
Teori film mengatakan bahwa setiap penonton akan mengidentifikasikan dirinya dengan salahsatu tokoh dalam film. Beranjak dari teori ini, tak ada salahnya menggunakan pendekatan model ini dalam memilih tokoh untuk membangun karakter yang akan dimunculkan. Pendekatan pada subjek merupakan proses penting, yang dimulai sejak riset hingga syuting nantinya.
Metode Penelitian Dokumentaris Berbeda dibandingkan riset ilmuwan sosial, antropolog, atau sosiolog. Bukan saja melalui kuesioner/angket. Dokumentaris harus terjun langsung dan berkomunikasi dengan subjeknya. Observasi dengan turut berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari subjek dan lingkungannya.
Konsep Penyusunan Naskah Ide (konsep struktur, batasan dari isi keseluruhan cerita) Treatment / Storyline (sketsa, yang dapat memberikan gambaran pendekatan dan keseluruhan isi cerita – dapat pula menjadi materi presentasi untuk Produser/Sponsor) Naskah syuting atau skenario (disebut juga Shooting Script, sangat penting untuk mendapat gambaran konkret dan jelas) Naskah editing (Bentuk penulisannya tak begitu berbeda dengan shooting script, isinya dapat saja berbeda dalam hal konstruksi shot, adegan/scene,dan sekuen. Naskah narasi (Susunan penulisan narasi yang nantinya akan dibaca oleh Narator)
Konsep Penyusunan Naskah Naskah awal untuk produksi dokumenter biasa dibuat dalam bentuk treatment atau ada pula dalam bentuk skenario kasar (naskah tidak menampilkan detil aspek filmis seperti tipe shot, isi dialog, posisi kamera, dll.) Pembaca draf naskah cukup diberi informasi mengenai isi dan susunan cerita dalam film dokumenter tersebut.
Bentuk Penuturan Naskah Secara kronologis Secara tematis Secara dialektik
Kronologis Peristiwa dituturkan secara berurutan dari awal hingga akhir. Penyajian – konstruksi, buku harian, kilas balik, perjalanan, sejarah
Tematis Cerita dipecah ke dalam beberapa kelompok tema, yang menempatkan sebab dan akibat digabungkan dalam tiap sekuen Dalam satu adegan, dokumentaris bisa membangun serta menggabungkan sebab dan akibatnya
Dialektik Memiliki kekuatan dramatik dibanding dua lainnya Dalam stuktur dialektik terdapat variasi menarik dari cara bertutur yang kontras Dalam sebuah peristiwa yang terjadi pada waktu bersamaan, sutradara dapat menempatkannya ke dalam sebuah kontradiksi