GANGGUAN PENYESUAIAN DIRI PERTEMUAN KEDELAPAN
DEFINISI PENYESUAIAN DIRI Dalam istilah psikologi, penyesuaian disebut dengan istilah adjusment. Adjustment merupakan suatu hubungan yang harmonis dengan lingkungan fisik dan sosial (Chaplin, 2000: 11). Manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan dan lingkungan alam sekitarnya
Schneiders (1964: 51) mendefinisikan penyesuaian diri sebagai berikut: “A process, involving both mental and behavioral responses, by which an individual strives to cope successfully with inner, needs, tensions, frustration, and conflicts, and to effect a degree of harmony between these inner demands and those imposed on him by objective world in which the lives”.
Pengertian lain penyesuaian diri (accommodation dan conformity) yaitu menegakkan hubungan yang harmonis dengan lingkungan fisik dan sosial. Istilah adjustment, accommodation dan conformity sering digunakan pada makna yang sama (penyesuaian diri). Namun perbedaannya adjustment secara tidak langsung menyatakan adanya peranan yang lebih aktif pada diri individu. Sedangkan accommodation dan conformity lebih bersifat pasif, dan secara tidak langsung menyatakan suatu “penyerahan, atau rasa mengalah” untuk bisa mencapai keserasian atau keharmonisan.
Penyesuaian diri merupakan proses yang meliputi respon mental dan perilaku yang merupakan usaha individu untuk mengatasi dan menguasai kebutuhan- kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, frustasi, dan konflik-konflik agar terdapat keselarasan antara tuntutan dari dalam dirinya dengan tuntutan atau harapan dari lingkungan di tempat ia tinggal. Berdasarkan beberapa definisi yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya.
Scheneiders (1964: 51) mengemukakan beberapa kriteria penyesuaian yang tergolong baik (well adjusment) ditandai dengan: pengetahuan dan tilikan terhadap diri sendiri, obyektivitas diri dan penerimaan diri, pengendalian diri dan perkembangan diri, keutuhan pribadi, tujuan dan arah yang jelas, perspektif, skala nilai dan filsafat hidup memadai, rasa humor, rasa tanggung jawab, kematangan respon, perkembangan kebiasaan yang baik, adaptabilitas, bebas dari respon-respon yang simptomatis (gejala gangguan mental), kecakapan bekerja sama dan menaruh minat kepada orang lain, memiliki minat yang besar dalam bekerja dan bermain, kepuasan dalam bekerja dan bermain, dan orientasi yang menandai terhadap realitas.
Schneiders (1964: 51) mengungkapkan bahwa individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik (well adjustment person) adalah mereka dengan segala keterbatasannya, kemampuannya serta kepribadiannya telah belajar untuk bereaksi terhadap diri sendiri dan lingkungannya dengan cara efisien, matang, bermanfaat, dan memuaskan.
Efisien artinya bahwa apa yang dilakukan individu tersebut dapat memberikan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan tanpa banyak mengeluarkan energi, tidak membuang waktu banyak, dan sedikit melakukan kesalahan. Matang artinya bahwa individu tersebut dapat memulai dengan melihat dan menilai situasi dengan kritis sebelum bereaksi. Bermanfaat artinya bahwa apa yang dilakukan individu tersebut bertujuan untuk kemanusiaan, berguna dalam lingkungan sosial, dan yang berhubungan dengan Tuhan. Selanjutnya, memuaskan artinya bahwa apa yang dilakukan individu tersebut dapat menimbulkan perasaan puas pada dirinya dan membawa dampak yang baik pada dirinya dalam bereaksi selanjutnya
Mereka yang memiliki well adjustment juga dapat menyelesaikan konflik-konflik mental, frustasi dan kesulitan-kesulitan dalam diri maupun kesulitan yang berhubungan dengan lingkungan sosialnya serta tidak menunjukkan perilaku yang memperlihatkan gejala menyimpang.
Schneiders (1964: 52) mengemukakan penyesuaian diri bersifat relatif, karena: Penyesuaian diri merupakan kemampuan individu untuk mengubah atau memenuhi banyaknya tuntutan yang ada pada dirinya. Kemampuan ini dapat berbeda-beda pada masing-masing individu sesuai dengan kepribadian dan tahap perkembangannya. Kualitas penyesuaian diri yang dapat berubah-ubah sesuai dengan situasi masyarakat dan kebudayaan tempat penyesuaian diri dilakukan. Adanya perbedaan dari masing-masing individu karena pada dasarnya setiap individu memiliki saat-saat yang baik dan buruk dalam melakukan penyesuaian diri, tidak terkecuali bagi individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik (well adjustment) karena terkadang ia pun dapat mengalami situasi yang tidak dapat dihadapi atau diselesaikannya.
Schneiders (1964: 429) mengungkapkan setiap individu memiliki pola penyesuaian yang khas terhadap setiap situasi dan kondisi serta lingkungan yang dihadapinya. Bagaimana individu menyesuaikan diri di lingkungan rumah dan keluarganya, di sekolahnya, bagaimana individu dapat menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, serta cara menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial menentukan adanya variasi penyesuaian diri (Varietas of Adjustment), artinya adanya klasifikasi penyesuaian diri yang berdasarkan pada masalah dan situasi yang dihadapi dan berkaitan dengan tuntutan lingkungan.
4 macam variasi penyesuaian diri Penyesuaian dengan dirinya sendiri (Personal Adjustment) Penyesuaian sosial (Social Adjustment) Penyesuaian diri dengan pernikahan (Marital Adjustment) Penyesuaian diri dengan pekerjaan (Vocational Adjustment).
Penyesuaian diri dalam lingkungan rumah dan keluarga Penyesuaian diri di sekolah Penyesuaian diri dalam lingkungan masyarakat
GANGGUAN PENYESUAIAN DIRI Maladaptif (Gangguan Penyesuaian), merupakan gangguan psikologis dan termasuk kelompok gangguan stres yang paling ringan. Gangguan Penyesuaian ditandai dengan adanya tanda-tanda distres emosional yang lebih dari biasa. Reaksi maladaptif ini terlihat dari adanya tanda- tanda distres emosional yang lebih dari biasa dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau akademis, atau adanya kondisi distres emosional yang melebihi batas normal.
Penyesuaian diri yang negatif (maladaptif) adalah penyesuan diri yang menyimpang dari realita, berupa: 1. Yang bersangkutan tidak dapat mengendalikan emosinya. Bila menghadapi problem menjadi panik, sehingga tindakannya tidak sesuai dengan kenyataan. 2. Menggunakan pertahananan diri yang berlebihan, karena berulang kali merupakan kebiasaan yang menyimpang dari kenyataan. Karena yang bersangkutan mengalami kegagalan dalam penyesuaian diri memungkinkan mengalami frustasi, konflik maupun kecemasan atau kegoncangan lain.
CARA MENGATASI GANGGUAN MALADJUSTMENT Pemberian pengetahuan tentang kesehatan mental yang benar Menjaga kebiasaan hidup sehat (jasmani dan rohani) Menjalankan agama dengan baik (shalat, dzikir, majlis ilmu, dan silaturahim)