Konsep Kesehatan Reproduksi
Tujuan dan Sasaran Kesehatan Reproduksi Meningkatkan ksesadaran kemandiriaan wanita dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya, termasuk kehidupan seksualitasnya, sehingga hak-hak reproduksinya dapat terpenuhi, yang pada akhirnya menuju penimgkatan kualitas hidupnya.
Defenisi Kesehatan Reproduksi Menurut Drs. Syaifuddin, BAC: 1992 Suatu keadaan kesehatan dimana suatu kegiatan organ kelamin laki-laki dan perempuan yang khususnya testis menghasilkan spermatozoid dan ovarium menghasilkan sel kelamin perempuan. Menurut Turmen, 1994 Merupakan kemampuan manusia melaksanakan kehidupan seks yang aman, memuaskan dan bertanggungjawab dan memiliki kemampuan bereproduksi dan kebebasan dalam memutuskan kapan dan berapa banyak mereka bereproduksi.
Menurut Ida Bagus Gde Manuaba, 1998 Menurut ICPD Keadaan sejahtera fisik, mental, sosial secara utuh tidak semata-mata terbebas dari penyakit dan kecacatan dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem fungsi dan proses reproduksi. Menurut Ida Bagus Gde Manuaba, 1998 Kemampuan seseorang untuk dapat memanfaatkan alat reproduksi dengan mengukur kesuburannya dapat menjalani kehamilannya dan persalinan serta aman mendapatkan bayi tanpa resiko apapun (Well Health Mother Baby) dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal. Menurut WHO Suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya.
Ruang lingkup kesehatan reproduksi 1. kesehatan ibu dan bayi 2 keluarga berencana 3. pencegahan dan penanggulangan Komplikasi aborsi 4. kesehatan reproduksi remaja 5. pencegahan dan penangganan infertilitas,
Hak Reproduksi Yang termasuk di dalam hak reproduksi adalah: Hak semua pasangan dan individual untuk memutuskan dan bertanggung jawab terhadap jumlah, jeda dan waktu untuk mempunyai anak serta hak atas informasi yang berkaitan dengan hal tersebut; Hak untuk mendapatkan kehidupan seksual dan kesehatan reproduksi yang terbaik serta hak untuk mendapatkan pelayanan dan informasi agar hal tersebut dapat terwujud; dan Hak untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan reproduksi yang bebas dari diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan.
Piagam IPPF/PKBI Tentang Hak-hak reproduksi dan Seksual: Hak untuk hidup Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi Hak privasi Hak kebebasan berpikir Hak atas informasi dan edukasi Hak memilih untuk menikah atau tidak serta untuk membentuk dan merencanakan sebuah keluarga Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan punya anak Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena politik Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan
Perawatan Kesehatan Reproduksi Jaga kebersihan. Usahakan agar vagina kering dan tidak lembab. Sekatlah alat reproduksi anda dari arah depan kebelakang agar bibit penyakit yang kemungkinan besar bersarang di anus tidak terbawa ke vagina karena dapat menimbulkan infeksi, peradangan dan rasa gatal. Memakai pakaian dalam dari bahan katun agar getah dan keringat lebih mudah terserap. Jangan menggunakan pakaian dalam yang ketat.
Larangan menggunakan alat pembersih kimiawi tertentu karena dapat merusak keasaman vagina yang berfungsi menumbuhkan bakteri atau kuman. Jangan menggunakan deodorant atau spray. Rangsangan dari bahan tersebut menimbulkan peradangan pada daerah vagina dengan gejala gatal dan keputihan. Pada saat haid, pembalut harus diganti secara teratur, paling tidak sekitar 2 – 3 kali sehari. Gantilah pakaian dalam sehari dua kali saat mandi.
Indikator Kesehatan Reproduksi Jender Kemiskinan Pendidikan yang rendah Lingkungan Dan Budaya Biologis Dan Psikologis, dll
1. Jender peran masing-masing pria dan wanita berdasarkan jenis kelaminmenurut budaya yang berbeda-beda. Jender sebagai suatu kontruksi sosialmempengaruhi tingkat kesehatan, dan karena peran jender berbeda dalam konteks cross cultural berarti tingkat kesehatan wanita juga berbeda-beda. 2. KEMISKINAN Kemiskinan mempengaruhi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan. Kesempatan untuk sekolah tidak sama untuk semua tetapi tergantung dari kemampuan membiayai. Dalam situasi kesulitan biaya biasanya anak laki-laki lebih diutamakan karena laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga.
3. Pendidikan Yang Rendah 3. Pendidikan Yang Rendah Di negara berkembang termasuk Indonesia kawin muda pada wanita masih banyak terjadi (biasanya di bawah usia 18 tahun). Hal ini banyak kebudayaan yang menganggap kalau belum menikah di usia tertentu dianggap tidak laku. Ada juga karena faktor kemiskinan, orang tua cepat-cepat mengawinkan anaknya agar lepas tanggung jawabnya dan diserahkan anak wanita tersebut kepada suaminya 4. Budaya Dan Lingkungan misalnya, praktek tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang lain, dsb)
5. Psikologis Dan Biologis 5. Psikologis Dan Biologis cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual, dsb).
Terima Kasih