Cerebral Palsy : A Lifelong Challenge Asks for Early Intervention Diteraangkan oleh : Adhiatma Yudhono Pembimbing : dr. Kemalasari
Abstrak Cerebral Palsy Gangguan neurologis bawaan dan di dapat yg umum pada pasein pediatrik dan kelompok anak anak dengan gangguan motorik dan fungsional. Ditandai dengan koordinasi yang abnormal dari gerakan dan atau tonus otot yang progresitasnya sangat cepat. Manifestasi kejang umum pada CP yaitu hemiplegia, diplegia dan tetraplegia
Pendahuluan - CP pd mummy Pharaoh Siptah pd tahun 1196-1190. - Hipocrates “Of the Eight Month Foetus” dan “Intrauterin disease” Abad 19, William Osler dan Sigmund Freud : CP adalah gangguan neurrologis kongenital yg terjadi sekitas 2 per 1000 kelhairan. CP mengggambarkan gangguan permanent perkembangan dan postur yg menyebabkan keterbatasan aktivitas dan dikaitkan dengan gangguan non progresif yg terjadi di otak janin atau bayi. Gangguan motorik dari CP sering disertai gangguan sensai, persepsi, kognisi, komunikasi, perilaku oleh epilepsi dan masalah muskuloskeletasl sekunder USG dan MRI mungkin digunakan untuk identifikasi dini pada kerusakan sistem saraf pusat.
Evaluasi Klinis Abnormalitas status motorik (gerakan dan postur) dapat terliat pada CP. Manifestasi berupa gangguan koordinasi gerakan dan keterbatasan dalam aktivitas biasanya mucul pada usia 12-18 bulan. Perkembangan otak pada anak dengan CP terhambat, sehingga perkembangan fisiologis dan pematangan dari sistem motorik serta persepsi dan kognisi terganggu.
Nelson and Ellenberg : pada pemeriksaan yg mengacu pada CP adalah gangguan otot (hipo/hipertonik), refleks primitif berlebihan (moro), postur yg abnormal dan gerakan yg melambat. Gejala tersebut tidak spesifik, karena dapae pula terjadi pada keterbelkangan mental dan autisme. Prechtl dan rekan : spontaneus general movement (GMs) pada bulan ketiga dapat menjadi tanda untuk membedakan bayi yg beresiko terhadap defisit neurologis atau tidak. Tetapi GMs tidk spesifik untuk CP. Gejala lebih spesifik untuk CP dapat diperhatikan pada usia 9-12 bulan yaitu pola spasti hemiplegi atau pola hipertonik di lengan dan kaki serta peningkatan refleks tendon. Diplegia, tetraplegia, hemiplegia, dan ataksia dan diskinesia tergantung dari bagian otak yg terkena dan dapat menunjukan waktu cedera serta penyebab.
Diplegia Pada bayi prematur merupakan gambaran khas CP Disebabkan nekrosis pada preventricular akibat anoksia yg terjadi saat perawatan atau pada mgg 25-33 saat kehamilan Lesi terletak pada korteks dan basal dari anterior dekat sudut lateral ventrikel. Pemeriksaan yg didapatkan Posisi bayi lemah berbaring dengan gerakan spontan sedikit, terutama pada kaki Refleks primitif mungkin masih bertahan; Asimetris tonik leher refleks (ATNR), Refleks palmar dan plantar pegang yang lemah Hipertonia Refleks tendon dalam yang hiperaktif di semua ekstremitas dan tanda-tanda piramidal mudah diperoleh.
Tetraplegia Akibat hipoksia dan iskemik yg terjadi pada saat perkembangan dan pematangan otak Terdapat pada gyrus pracentralis dan postcentralis.
Diskinesia : Muncul pada usia 2th, berupa gerakan involunter dari atetosis, korea dan dystonia Hemiplegia : biasanya berasal dari neksrosis focal pada otak. Pada bayi prematur yg paling sering adalah periventrikel infark Ataksia : keterlambatan fungsi motorik, kurangnya keseimbangan,tidak terampil dan tidak dapat melakukan tepat dan cepat gerakan
Terapi Plastisia neural : plastisitas perkembangan sistem saraf mungkin menyesuaikan diri dengan cedera tergantung pada waktu dan lokasi dampak
Menilai luas kerusakan otak dan prognosis Penilaian saat kehamilan dilakukan dengan USG dan MRI Peran keluarga (COPCA) Intervensi : fisioterapi, latihan gerakan dasar
Jadwal Untuk Intervensi Pencegahan : Menghindari faktor resiko seperti gangguan pernapasan dan hipoglikemi, mencegah kelahiran dibawah 34mgg. Perawatan jangka panjang di RS dengan alat bantu napas uga dapat menjadi faktor resiko kerusaan pada otak.
Terapi memulai kegiatan suportif umum dalam tahun pertama kehidupan untuk mencapai manfaat terbaik bagi anak, menjamin suasana yang penuh kasih dan merangsang selama pelatihan dan melakukan latihan dengan anggota keluarga atau pengasuh berikutnya, memberikan tidak hanya bimbingan teknis tetapi juga dukungan psikologis dan psikososial kepada pengasuh, berkomunikasi tidak hanya aktif tetapi juga intervensi pasif seperti di makan, tidur dan kontrol kepala (handling) ke pengasuh untuk membantu menghindari kontraktur atau hip dislokasi,
Terima Kasih