Teori-teori dalam Komunikasi Antarpribadi (2) Oleh: Reza Praditya Yudha, M.I.Kom
6. Teori Dialektika Relasional
Teori Dialektika Relasional Asumsi : Hubungan tidak linier; dicirikan oleh ketegangan-ketegangan berkelanjutan antara impuls-impuls kontradiktif. Hubungan selalu berubah baik kualitatif atau kuantitatif Kontradiksi adalah fakta fundamental Komunikasi penting untuk mengelola & menegosiasi hubungan Pendekatan : Monologis; kontradiksi sebagai hubungan hanya/atau (mendekat/menjauh). Dualistik; melihat dua bagian dari sebuah kontradiksi sebagai dua bagian yang terpisah, tidak berhubungan satu dengan yang lain dan menilai seberapa dekat masing-masing individu ini merasa dibandingkan dengan yang lainnya. Dialektik
Elemen Dialektika Totality Orang – orang dalam suatu hubungan saling tergantung. Motion Merujuk pada sifat yang berproses dari hubungan dan perubahan yang terjadi pada hubungan itu seiring dengan berjalannya waktu. Contradiction Praxis Merujuk pada kapasitas kita sebagai manusia yang bisa memilih dan membuat keputusan. Respon terhadap Dialektika Pergantian Bersiklus Segmentasi Integrasi (menetralisasi, membingkai ulang, mendiskualifikasi) Seleksi
7. Manajemen Privasi Komunikasi
Pengertian Brainstorming Manajemen Privasi Komunikasi Teori ini membantu kita untuk memilah dan menjelaskan kompleksitas proses negosiasi antara privasi dan keterbukaan. Pembukaan di dalam hubungan membutuhkan pengelolaan batasan publik dan privat. Batasan-batasan ini ada diantara perasaan yang ingin diutarakan oleh seseorang dan perasaan yang ingin disimpan. Brainstorming adalah teknik daya cipta kelompok mendesain timbulnya banyak gagasan untuk latar belakang masalah, pada 1953 metode ialah populariz oleh Alex faickney osborn dalam bukunya mengadakan imajinasi terapan, osborn mengusulkan bahwa kelompok-kelompok bisa menggandakan hasil kreatif mereka dengan brainstorming. Walaupun Brainstorming sudah menjadi teknik kelompok populer, peneliti tidak menemukan bukti keefektifannya karena meningkatkan kuantitas atau kualitas gagasan yang ditimbulkan, karena masalah seperti itu sebagai selingan, sosial bermalas- malasan, kecemasan evaluasi, dan produksi yang bertahan, mendiskusikan kelompok-kelompok adalah sedikit lebih efektif daripada macam kelompok- kelompok lain, dan mereka sebetulnya lebih tidak efektif daripada individu yang bekerja independently. Di encyclopedia daya cipta, tudor rickards, di pesertanya atas Brainstorming , meringkaskan kontroversinya dan menunjukkan bahaya conflate produktivitas di pekerjaan kelompok dengan kuantitas ideas.walaupun Brainstorming tradisional tidak menambah produktivitas kelompok-kelompok (sebagai diukur oleh jumlah gagasan menghasilkan), masih mungkin menyediakan keuntungan, seperti menaikkan semangat juang, meningkatkan kesenangan kerja, dan memperbaiki kerja tim, dengan begitu, banyak percobaan sudah terpaksa memperbaiki curah-gagasan atau memakai variasi teknik dasar yang lebih efektif.
Evolusi Teori Manajemen Privasi Komunikasi Para peneliti (Petronio dan Martin, 1986; Petronio, Martin dan Littlefield, 1984) tertarik akan criteria pembentukan aturan dalam system bagi pembukaan. Mereka mengamati bahwa pria dan wanita memiliki kriteria yang berbeda untuk menilai kapan harus terbuka dan kapan harus diam Pada awalnya teori ini memiliki batasan yang lebih sempit yaitu sebagai mikroteori (teori dengan batasan yang terbatas), batasannya hanya samapai pada manajemen privasi pada pasangan yang sudah menikah. Sekarang, sudah lebih luas menjadi makroteori (teori dengan batasan yang luas), batasannya melingkupi berbagai macam hubungan interpersonal yang luas, termasuk kelompok dan organisasi.
Tujuan Brainstorming Asumsi Dasar Teori Manajemen Privasi Komunikasi Informasi privat, berfokus pada isi dari pembukaan memungkinkan kita untuk menguraikan konsep-konsep mengenai privasi dan keintiman dan mempelajari bagaimana mereka salaing berhubungan. Keintiman adalah perasaan atau keadaan mengetahui seseorang secara mendalam dalam ciri-ciri fisik, psikologi, emosional, dan perilaku karena orang ini penting dalam kehidupan seseorang. Menggali ide sebanyak-banyaknya–tanpa memikirkan apakah hal tersebut dapat dilaksanakan atau tidak,baik atau buruk.Teknik ‘brainstorming’ membantu seseorang atau kelompok berpikir secara bebas dan kreatif. Brainstorming menggabungkan pendekatan informal yang santai ke memecahan masalah dengan bagian samping berpikir, tanyanya bahwa orang menciptakan gagasan dan pikiran yang mulanya bisa kelihatannya menjadi sedikit gila, gagasan di sini adalah bahwa beberapa gagasan ini bisa tercipta ke dalam pemecahan kreatif yang asli masalah anda sedang mencoba memecahkan, sedangkan orang lain masih bisa mencetuskan lebih banyak gagasan, pendekatan ini bermaksud membuat orang dilepaskan, dengan "tersentak "mereka dari cara biasa mereka berpikir.
Fungsi Brainstorming 2. Batasan privat, menjelaskan bahwa terdapat garis antara bersikap publik dan bersikap privat. orang menyimpan informasi privat untuk diri mereka sendiri (Petronio, Giles, Gallois dan Ellmers, 1998); dan pada sisi lain, orang membuka beberapa informasi privat kepada orang lain di dalam relasi sosial dengan mereka. Ketika informasi privat dibagikan, batasan sekelilingnya disebut batasan kolektif, dan ketika informasi privat tersebut tetap disimpan dan tidak buka, maka batasnnya disebut batasan personal. Brainstorming ada karena adanya kreativitas manusia untuk memunculkan ide-ide creative .Seperti sumbangan saran yang memuat ide-ide untuk di jadikan sebuah pertimbangan dan menjadi satu kepumakatan. Brainstorming adalah alat populer yang menolong kita menyebabkan timbulnya pemecahan kreatif masalah. benar-benar berguna kalau kita mau lolos dari pola mapan yang basi berpikir, agar anda bisa memperkembangkan cara baru memandang hal, juga menolong kita mengatasi banyak persoalan bahwa bisa membuat kelompok memecahkan masalah proses hampa dan tak memuaskan. Dengan tim kita, menolong menggunakan pengalaman bermacam-macam semua anggota tim selama masalah ingin dipecahkan, ini meningkat kekayaan gagasan, berarti bahwa kita bisa menemukan pemecahan yang lebih baik masalah kita kemukakan.Juga bisa menolong kita mendapat gagasan dari 7anggota tim untuk pemecahan, mereka dilibatkan dalam memperkembangkan pemecahan itu, what’s lebih banyak, karena Brainstorming adalah kesenangan, menolong anggota tim ikatan dengan satu-lain sewaktu mereka memecahkan masalah di lingkungan yang tanpa selingan yang positif.
Tahapan dari teknik brainstorming 3. Kontrol dan kepemilikan. orang merasa memiliki informasi privat mengenai diri mereka sendiri. Sebagai pemilik informasi, mereka percaya bahwa mereka harus ada dalam proporsi untuk mengontrol siapa saja yang boleh mengakses informasi privat tersebut. Pertama, Anda kumpulkan semua orang yang ingin Anda explore ide-idenya Undanglah mereka ke suatu tempat yang membantu mereka untuk fresh. Café, hotel, atau tempat hiburan seperti Dufan bisa menjadi pilihan. Tujuannya adalah agar saat pelaksanaan brainstorming, para peserta dalam keadaan segar dan fun sehingga ide – ide akan muncul Ajukan permasalahan yang sedang dihadapi mahasiswa agar “mengatasi kejenuhan selama liburan semester” Minta setiap orang berfikir kemudian mengajukan idenya masing – masing. Pada tahap ini ide apapun yang keluar harus ditampung dan dicatat. Jangan dibatasi atau dibantah. Setelah semua ide ditulis, saatnya Anda mendiskusikan ide mana yang paling mungkin dilaksanakan berdasarkan kondisi dan kemampuan perusahaan Ambilah dua atau tiga yang paling mungkin untuk dibawa ke rapat di level manajerial yang lebih tinggi berdasarkan pilihan terbanyak. Jangan lupa ide – ide yang lain tetap harus diarsipkan karena tidak menutup kemungkinan suatu saat ide – ide tersebut bisa direalisasikan.
Kesimpulan 4. System manajemen. berdasarkan aturan, system ini adalah kerangka untuk memahami keputusan yang dibuat orang mengenai informasi privat. yang terdiri dari tiga proses: karakteristik aturan privasi, koordinasi batasan, dan turbulensi batasan. Sedangkan brainstorming kelompok sering lebih efektif karena menyebabkan timbulnya gagasan daripada biasa kelompok memecahkan masalah, belajar sesudah belajar sudah memperlihatkan kalau individu mencurahkan gagasan-gagasan di mereka sendiri, mereka menciptakan lebih banyak gagasan, dan sering gagasan mutu yang lebih baik, daripada kelompok-kelompok orang yang mencurahkan gagasan-gagasan bersama. Sedangkan curah-gagasan kelompok sering lebih efektif di menyebabkan timbulnya gagasan daripada biasa kelompok memecahkan masalah, belajar sesudah belajar sudah memperlihatkan kalau individu mencurahkan gagasan-gagasan di mereka sendiri, mereka menciptakan lebih banyak gagasan, dan sering gagasan mutu yang lebih baik, daripada kelompok-kelompok orang yang mencurahkan gagasan-gagasan bersama.
Biodata Kelompok 2 5. Dialektika manajemen, dialektika manajemen privasi berfokus pada ketegangan-ketegangan antara kainginan untuk mengungkapkan informasi privat dan keinginan untuk menutupinya. Nama Lengkap : Arbi Sangaji Nama Lengkap : Lia Pebriani Nama Panggilan : Arbi Nama Panggilan : Lia Usia : 19 tahun Usia : 18 tahun Status : Mahasiswa Status : Mahasiswa Hobby : Main Game Online Hobby : Jalan - jalan Alasan Masuk BL: Biaya Terjangkau Alasan Masuk BL : Permintaan Orang Tua Nama Lengkap : Ceacillia Daniaty Nama Lengkap : Jihan Larasati Nama Panggilan : Ceacil Nama Panggilan ; Jihan Usia : 18 tahun Usia ; 20 tahun Status : Mahasiswi Status : Mahasiswi Hobby : Hangout Hobby : Membaca Alasan Masuk BL:strategis Alasan Masuk BL : Dekat Rumah
Contoh Identifikasi Masalah Proses Manajemen Aturan Privasi Karaktersitik aturan pribadi. Merupakan salah satu proses di dalam system manajemen aturan privasi yang mendeskripsikan sifat dasar dari aturan privasi. Ada dua faktor utama yaitu: • Pengembangan aturan. Teori ini menyatakan bahwa lima criteria keputusan digunakan untuk mengembangkan aturan-aturan privasi; kriteria berdasarkan budaya, kriteria berdasrkan gender, kriteria motivasional, kriteria kontekstual, dan kriteria rasio resiko-keuntungan • Atribut aturan privasi, atribut adalah karakteristik aturan privasi yang mendeskripsikian bagaimana orang mendapatkan aturan serta properti-properti aturan. Secara umum, teori ini menyatakan bahwa orang mempelajari aturan melalui proses sosialisasi atau melalui negosiasi dengan orang lain untuk menciptakan aturan baru.
2. Koordinasi batasan, merujuk pada bagaimana kita mengelola informasi yang dimiliki bersamaorang mengatur informasi privat melalui aturan-aturan yang mengurangi pertalian batsan, dan hak kepemilikan batasan. 3. Turbulensi batasan, hal ini muncul ketika aturan-aturan koordinasi batasan tidak jelas atau ketika harapan orang untuk manajemen privasi berkonflik antara satu dengan lainnya. Turbulensi batasan dapat terjadi karena beberapa orang mengundang orang lain kedalam batasan privasi mereka
8. Pengurangan Ketidakpastian
A. Pendahuluan Teori Pengurangan Ketidakpastian diperkenalkan pada tahun 1975 di Koran beberapa eksplorasi di interaksi awal dan beyond: menuju pembangunan teori komunikasi interpersonal. Teori ini, upaya dari Charles R. Berger dan Richard J. Calabrese, diusulkan untuk memprediksi dan menjelaskan perkembangan relasional (atau kekurangan daripadanya) antara orang asing.
Pada teori menjelaskan bagaimana individu berusaha untuk mengurangi ketidakpastian antara satu sama lain selama awal interaksi, berdasarkan pengungkapan diri. Ruang lingkup teori dipersempit untuk beristirahat pada premis bahwa orang asing, setelah pertemuan, melalui langkah-langkah tertentu dan pos pemeriksaan dalam rangka untuk mengurangi ketidakpastian tentang satu sama lain dan membentuk ide apakah orang yang menyukai atau tidak menyukai lainnya. Untuk mempelajari fenomena ini, interaksi dipandang sebagai akan melalui beberapa tahap. Berger dan Calabrese juga memperkenalkan aksioma dan teorema tentang perilaku interaksi awal.
B. Tahapan Pengembangan Relasional Berger dan Calabrese memisahkan interaksi awal orang asing menjadi tiga tahap, tahap awal, tahap pribadi, dan tahap keluar. Setiap kategori mencakup perilaku interaksional yang berfungsi sebagai indicator menyukai dan tidak menyukai. Tahap masuknya perkembangan relasional adalah ditandai dengan penggunaan perilaku norma-norma. Isi dari pertukaran sering demografis dan transaksional. Awal umum pertanyaan adalah: dari mana Anda, tingkat keterlibatan akan meningkat sebagai orang asing pindah ke tahap kedua (Berger & Calabrese). Tahap kedua, atau fase pribadi, adalah ketika orang asing mulai mengeksporasi sikap dan keyakinan yang lain. Satu akan menyelidiki indikasi lain untuk mereka nilai-nilai, moral dan pribadi masalah. Emosional keterlibatan cenderung meningkat sebagai pengungkapan yang dibuat (Berger & Calabrese). Tahap akhir pengembangan interaksional adalah fase keluar. Di sini, mantan orang- orang asing memutuskan jika mereka ingin terus mengembangkan hubungan. Setiap rencana untuk masa depan yang dibuat. Jika tidak ada saling menyukai, dapat memilih untuk tidak melanjutkan hubungan (Berger & Calbrese). Memahami siklus pengembangan relasional adalah kunci untuk mempelajari bagaimana orang berusaha untuk mengurangi ketidakpastian tentang orang lain.
C. Aksioma dan Teorema Berger dan Calabrese digunakan beberapa penelitian sebagai panduan untuk mengembangkan dasar-dasar Teori Pengurangan Ketidakpastian. Penelitian dan teori pembangunan yang tenggelam dalam pasca-positivis tradisi, menggunakan metodologi ilmiah dan penalaran deduktif untuk mencapai kesimpulan mereka (Katherine Miller). Hasil dari studi membentuk dasar dari teori, tujuh aksioma dan 21 teorema: Berikut ini adalah aksioma yang ditetapkan oleh Berger dan Calabrese dlam makalah mereka: 1. Aksioma 1: mengingat tingginya tingkat ketidakpastian hadir pada awal fase masuk, sebagai jumlah komunikasi verbal antara peningkatan asing, tingkat ketidakpastian untuk setiap interactant dalam hubungan akan menurun. Seperti ketidakpastian lebih jauh berkurang, jumlah komunikasi verbal akan meningkat. 2. Aksioma 2: sebagai non verbal meningkat ekspresi afiliatif, tingkat ketidakpastian akan menurun dalam situasi interaksi awal. Selain itu, penurunan tingkat ketidakpastian akan menyebabkan peningkatan ekspresi afiliatif non verbal.
3. Aksioma 3: tinggi tingkat ketidakpastian menyebabkan peningkatan perilaku mencari informasi. Seperti penurunan ketidakpastian, pencarian informasi perilaku berkurang. 4. Aksioma 4: tinggi tingkat ketidakpastian dalam hubungan penyebab penurunan dalam keintiman tingkat isi komunikasi. Rendahnya tingkat ketidakpastian yang tinggi menghasilkan tingkat keintiman. 5. Aksioma 5: tingkat ketidakpastian yang tinggi menghasilkan tingkat tinggi timbal balik (disambiguasi diperlukan). Rendahnya tingkat ketidakpastian menghasilkan tingkat keintiman. 6. Aksioma 6: kemiripan antara orang mengurangi ketidakpastian, sementara ketidakmiripan menghasilkan peningkatan ketidakpastian. 7. Aksioma 7: peningkatan tingkat ketidakpastian penurunan produksi dalam menyukai; penurunan ketidakpastian menghasilkan peningkatan dalam menyukai. 8. Aksioma 8: bersama jaringan komunikasi, mengurangi ketidakpastian, sementara kurangnya jaringan bersama meningkatkan ketidakpastian.
Berger dan Calbrese merumuskan teorema berikut deduktif dari aksioma mereka: 1. Teorema 1: jumlah berbicara dan ekspresi komunikatif nonverbal positif terkait. 2. Teorema 2: jumlah dan tingkat keintiman komunikasi adalah positif terkait. 3. Teorema 3: waktu yang dihabiskan dalam interaksi dan pertanyaan yang diajukan yang berbanding terbalik terkait. 4. Teorema 4: waktu yang dihabiskan berkomunikasi dan contoh dari pertukaran simetris yang berbanding terbalik terkait. 5. Teorema 5: jumlah komunikasi dan menyukai berhubungan positif. 6. Teorema 6: jumlah komunikasi dan kesamaan pribadi positif terkait. 7. Teorema 7: ekspresi nonverbal dan tingkat keintiman percakapan berhubungan positif. 8. Teorema 8: ekspresi nonverbal dan mencari informasi yang berbanding terbalik terkait. 9. Teorema 9: ekspresi nonverbal dan contoh simetris pertukaran berbanding terbalik.
10. Teorema 10: ekspresi nonverbal dan menyukai berhubungan positif. 11. Teorema 11: ekspresi nonverbal dan kesamaan secara positif terkait. 12. Teorema 12: tingkat keintiman komunikasi dan mencari informasi yang berbanding terbalik terkait. 13. Teorema 13: tingkat keintiman komunikasi dan contoh dari simetris pertukaran berbanding terbalik. 14. Teorema 14: tingkat keintiman komunikasi dan menyukai berhubungan positif. 15. Teorema 15: tingkat keintiman komunikasi dan kesamaan secara positif terkait. 16. Teorema 16: menyamar pertanyaan dan pertukaran simetris positif terkait. 17. Teorema 17: menyamar pertanyaan dan keinginan yang negative terkait. 18. Teorema 18: menyamar pertanyaan dan kesamaan negative terkait. 19. Teorema 19: instance pertukaran simetris dan menyukai negative terkait.
20. Teorema 20: instance pertukaran simetris dan kesamaan negative terkait. 21. Teorema 21: kesamaan dan menyukai berhubungan positif. Dilihat secara keseluruhan, proses mengenal seseorang, serta jika ada menyukai antara dua, dapat diprediksi dengan memeriksa fenomena interaktif melalui prinsip ketidakpastian pepengurangan teori itu (Berger & Calabrese).
Pertahanan Sebelas tahun setelah Teori Pengurangan Ketidakpastian diperkenalkan, Berger diterbitkan Nilai Hasil Ketidakpastian dalam hubungan prediksi: teori pengurangan ketidakpastian dulu dan sekarang. Tujuannya adalah untuk mempertahankan teorinya dalam konteks yang baru dan memeodifikasi, sebagaimana diperlukan. Berger kemudian diusulkan tiga jenis perilaku mencari informasi, pasif (menonton interactant untuk petunjuk dalam reaksi terhadap rangsangan), aktif (mengajukan pertanyaan kepada orang lain tentang interactant), dan interaktif (mengajukan pertanyaan langsung ke interactant), kemudian penelitian oleh Berger dan Bradac menunjukkan bahwa pengungkapan oleh partisipan dapat menuntun mereka untuk dinilai sebagai lebih atau kurang menarik.
Kritik Ketidakpastian teori pengurangan telah memicu banyak diskusi dalam disiplin komunikasi. Kritikus berpendapat bahwa mengurangi ketidakpastian bukanlah pendorong interaksi. Michael Sunanfrank yang diprediksi teori nilai hasil menunjukkan bahwa motivasi sebenarnya untuk interaksi adalah keinginan untuk pengalaman relasional yang positif. Kellerman dan Reynolds menunjukkan bahwa kadang-kadang ada tingkat tinggi ketidakpastian dalam interaksi yang tidak ada yang mau mengurangi (Miller). Sebagai hasil dari kritik tersebut, peneliti membentuk teori Manajemen Ketidakpastian. Teori ini kontras dengan teori pengurangan ketidakpastian dengan mengidentifikasi pengurangan karena hanya salah satu dari banyak tindakan yang orang mengambil ketika muncul ketidakpastian. Gudykunst menunjukkan bahwa Teori Pengurangan Ketidakpastian dirumuskan untuk menggambarkan tindakan dan perilaku kelas menengah, putih orang asing Amerika Serikat.
Penggunaan Kontemporer Teori Pengurangan Ketidakpastian telah diterapkan untuk hubungan baru dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun terus secara luas dihormati sebagai alat untuk menjelaskan dan memprediksi peristiwa interaksi awal, sekarang juga digunakan untuk studi antarbudaya interaksi (Gudykunst), organisasi sosialisasi (Lester), dan sebagai fungsi dari media (Katz & Blumer). Gudykunst berpendapat bahwa penting untuk menguji teori dalam paradigma baru, sehingga menambah ketabahannya (Gudykunst).
Asumsi : Teori pengurangan ketidakpastian memiliki beberapa asumsi dasar, yaitu: 1. Orang mengalami ketidakpastian dalam latar interpersonal.Ketika berhadapan dengan orang yang baru dikenalnya, seseorang cenderung tidak memiliki definisi yang akurat terhadap orang tersebut. 2. Ketidakpastian adalah keadaan yang tidak mengenakkan, menimbulkan stress secara kognitif.Berdasarkan ketegangan dan ketidaknyamanan yang dialaminya, seseorang akan berusaha mencari informasi untuk mengurangi ketegangan yang ada. 3. Ketika orang asing bertemu, perhatian utama mereka adalah untuk mengurangi ketidakpastian mereka atau meningkatkan prediktabilitas. Ketika bertemu dengan orang baru, seseorang akan membuat dugaan awal berdasar persepsinya.
4. Komunikasi interpersonal adalah sebuah proses perkembangan yang terjadi melalui tahapan-tahapan. Komunikasi interpersonal melalui komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih dapat terjadi secara tatap muka maupun melalui media. 5. Komunikasi interpersonal adalah alat yang utama untuk mengurangi ketidakpastian. 6. Kuantitas dan sifat informasi yang dibagi oleh orang lain akan berubah seiring berjalannya waktu. 7. Sangat mungkin untuk menduga perilaku orang dengan mengunakan cara seperti hukum.
Kelebihan dan Kekurangan Teori Kelebihan teori ini adalah merupakan salah satu teori yang lintas bidang ilmu (heurisme), memiliki nilai konsistensi logis yang tinggi, dan dapat digunakan untuk kajian masa kini maupun masa depan. Sedangkan, kekurangan dari teori ini dinilai kurang memiliki kegunaan karena mengurangi ketidakpastian mengenai diri sendiri dan orang lain dalam sejumlah perjumpaan awal bukanlah tujuan utama, yang menjadi tujuan utamanya adalah memaksimalkan hasil suatu hubungan.
Teori pengurangan ketidakpastian, terkadang juga disebut Initial Interaction Theory. Teori ini diciptakan oleh Charles Berger dan Richard Calabrese pada tahun 1975. Tujuan mereka dalam mengkonstruksikan teori ini adalah untuk menjelaskan bagaimana komunikasi digunakan untuk mengurangi ketidakpastian antara orang asing yang terikat dalam percakapan mereka bersama. Versi umum dari teori ini menyatakan bahwa ada dua tipe dari ketidakpastian dalam perjumpaan pertama yaitu: Cognitive dan behavioral.
a. Cognitive uncertainty merupakan tingkatan ketidakpastian yang diasosiasikan dengan keyakinan dan sikap. b. Behavioral incertainty, di lain pihak berkenaan dengan luasnya perilaku yang dapat diprediksikan dalam situasi yang diberikan.
9. Teori Makna Terkoordinasi
A. Asumsi-asumsi Manajemen Makna Terkoordinasi Teori Manajemen Makna Terkoordinasi (Coordinated Management of Meaning, CMM) terfokus pada diri dan hubungannya dengan orang lain, serta mengkaji bagaimana seorang individu memberikan makna pada sebuah pesan. Teori ini penting karena berfokus pada hubungan individual dengan masyarakatnya (Philipsen, 1995). Jika kita melihat metafora mengenai teater, pertimbangkan bahwa semua actor harus dapat berimprovisasi menggunakan pengalaman acting pribadinya serta merujuk pada naskah yang mereka bawa dalam drama tersebut.
Manusia karenanya mampu menciptakan dan menginterpretasikan makna Manusia karenanya mampu menciptakan dan menginterpretasikan makna. Selain itu juga terdapat asumsi: a. Manusia hidup dalam komunikasi; merupakan pentingnya komunikasi, yaitu manusia hidup dalam komunikasi, maksudnya kita hidup dalam komunikasi oleh karena itu individu-individu menciptakan realitas percakapan mereka. b. Manusia saling menciptakan realita social: alam merupakan manusia saling menciptakan realita social, kepercayaan bahwa orang-orang saling menciptakan realita sosial mereka dalam percakapan disebut konstruksionalisme social.
c. Transaksi informasi bergantung kepada makna pribadi dan interpersonal: adalah dalam teori CMM berkaitan dengan cara orang mengendalikan percakapan, pada dasarnya transaksi informasi tergantung pada makna pribadi dan interpersonal, sebagai dikemukakan oleh Donald Chusman dan Gordon Whiting (1972).
B. Hierarki dari Makna yang Terorganisasi Menurut para teoretikus CMM, manusia mengorganisasikan makna dengan cara yang hierarkis yang merupakan salah satu cirri inti dari CMM. Para teoretikus CMM mengemukakan enam level makna: Isi, Tindak Tutur, Episode, Hubungan, Naskah Kehidupan, dan Pola Budaya yang seperti terdapat pada gambar di bawah ini:
Piramida Teori Makna yang Terorganisasi Pola Budaya Naskah Kehidupan (autobiografi) Hubungan (Kontrak) Episode Tindak Tutur Isi
1. Isi Level isi merupakan langkah awal dimana data mentah dikonfersikan menjadi makna. 2. Tindak Tutur Pearce (1994) mendeskripsikan tindak tutur sebagai yang kita lakukan sebagai “tindakan-tindakan yang kita lakukan dengan cara berbicara termasuk: memuji, menghina, berjanji, mengancam, menyatakan, dan bertanya” (hlm.104). Tindak tutur menyampaikan niat pembicara dan mengindikasikan bagaimana komunikasi harus dijalankan. Oleh karena itu, kita harus menyadari bahwa dua orang saling menciptakan makna dari tindak tutur, dan ini merupakan pandangan yang disinggung pada awal pembahasan mengenai CMM. Seringkali, tindak tutur ditentukan baik oleh pengirim maupun oleh respon terhadap apa yang dikatakan atau dilakukan oleh orang lain.
3. Episode Untuk menginterpretasikan tindak tutur, Pearce dan Cronen (1980) membahas episode, atau rutinitas komunikasi yang memiliki awal, pertengahan dan akhir yang jelas. Dapat dikatakan bahwa episode mendeskripsikan konteks terhadap makna. Episode dapat menjadi sangat bervariasi mulai dari memberikan tumpangan hingga berselingkuh dengan rekan kerja. Dalam sebuah interaksi, individu- individu mungkin akan memiliki perbedaan dalam bagaimana mereka menandai atau menekankan sebuah episode perbedaan penandaan akan dapat menghasilkan kesan dari suatu episode, dan karenanya menciptakan perspektif “dalam” dan “luar” terhadap suatu episode yang sama.
4. Hubungan Level makna yang keempat adalah level hubungan, di mana dua orang menyadari potensi dan batasan mereka sebagai mitra dalam sebuah hubungan. Hubungan dapat dikatakan seperti kontak, di mana terdapat tuntutan dalam berperilaku. Level hubungan menyatakan bahwa batasan-batasan hubungan dalam parameter tersebut diciptakan untuk tindakan dan perilaku. Pearce dan Cronen (1980) menyatakan bahwa batasan membedakan “kita” dan “mereka”, atau orang-orang yang termasuk dan tidak termasuk di dalam kontrak. Para teoretikus menggunakan istilah keterlibatan untuk menggambarkan batasan di mana orang, mengidentifikasi dirinya seabgai bagian dari suatu sistem hubungan. Sebuah hubungan dapat menjadi sangat bernilai ketika dua orang berdiskusi mengenai masalah yang menantang.
5. Naskah Kehidupan Kelompok-kelompok episode masa lalu dan masa kini disebut sebagai naskah kehidupan. Kita harus mengingat pula bahwa naskah kehidupan juga termasuk episode-episode yang diciptakan bersama oleh dua orang. 6. Pola Budaya Pola busaya dapat dideskripsikan sebagai “gambaran sangat luas dari susunan dunia dan hubungan (seseorang) dengan susunan tersebut” (Cronen & Pearce, 1981, hlm.21), maksudnya, hubungan seseorang dengan kebudayaan yang lebih besar menjadi relevan ketika menginterpretasikan makna. Tindak tutur, episode, hubungan, dan naskah kehidupan dapat dipahami dalam level budaya. Hal ini menjadi penting ketika dua orang dari dua budaya yang berbeda berusaha untuk memahami perkataan satu sama lain. Selain itu, perlu diingat bahwa individu-individu berbeda-beda dalam interaksi masa lalu and masa kini mereka.
C. Koordinasi Makna: Mengartikan Urutan Dalam diskusinya mengenai koordinasi, Pearce (1989) dengan bijak menyatakan bahwa “Koordinasi lebih mudah ditunjukkan dari pada dijelaskan” (hlm 37). Maksudnya, cara terbaik untuk memahami koordinasi adalah dengan mengamati orang-orang berinteraksi dalam sehari-hari. Karena orang memasuki suatu percakapan dengan kemampuan dan kompetensi yang berbeda-beda, mencapai koordinasi dapat menjadi sulit pada saat-saat tertentu. Selain itu, koordinasi dengan orang lain merupakan hal yang penuh tantangan, sebagiannya karena orang lain juga sedang berusaha untuk mengkoordinasikan tindakannya dengan tindakan kita. Koordinasi (Coordination) ada ketika dua orang berusaha untuk mengartikan pesan-pesan yang berurutan dalam percakapan mereka.
D. Pengaruh terhadap Proses Koordinasi Koordinasi dipengaruhi oleh beberapa hal, termasuk moralitas dan ketersediaan sumber daya. Pada bagian ini keduanya akan dibahas. Pertama-tama, koordinasi mengharuskan individu untuk menganggap tingkatan moral yang lebih tinggi sebagai suatu hal yang penting (Pearce, 1989). Banyak teoretikus CMM, seperti Pearce, menjelaskan moralitas sebagai penghargaan, martabat, dan karakter. Tigkatan moral sendiri terdiri atas etika. Tingkatan moral pada dasarnya merupakan suatu kesempatan bagi individu untuk mengemukakan sudut pandang etis dalam sebuah percakapan. Para teoretikus CMM berpendapat bahwa etika merupakan bagian yang instrinsic dalam setiap alur percakapan. Selain moralitas, koordinasi juga dapat dipengaruhi oleh sumber daya yang ada pada seseorang. Ketika seorang teoretikus CMM membahas mengenai sumber daya, mereka merujuk pada “cerita, gambar, symbol, dan intuisi yang digunakan orang untuk memaknai dunia mereka” (Pearce, 1989, hlm.23). Sumber daya juga termasuk persepsi, kenangan, dan konsep yang membantu orang mencapai koherensi dalam realitas social mereka. Ketika terdapat ketidaksesuaian atau kekurangan sumber daya dalam sebuah percakapan, maka koordinasi akan mengalami kesulitan.
E. Aturan dan pola Berulang yang Tidak Diinginkan Salah satu cara yang digunakan individu untuk mengelola dan mengorganisasikan makna adalah penggunaan aturan. Bagi Pearce dan Cronen, aturan memberikan kesempatan pada orang untuk memilih dari alternative-alternatif yang ada. Ketika aturan sudah dibuat dalam sebuah percakapan, para partisipan akan memiliki kerangka simbolik bersama yang cukup untuk melakukan sebuah komunikasi (Chusman & Whiting, 1972). Para teoretikus CMM berpendapat bahwa penggunaan aturan; hal ini juga membutuhkan “kemampuan flexible yang tidak dapat disederhanakan menjadi sebuah teknik belaka” (Cronen, 1995, hlm.224). Oleh karena itu, aturan lebih dari sekedar tuntunan perilaku. Para partisipan harus memahami realitas social dan kemudian mengintegrasikan aturan ketika mereka memutuskan bagaimana harus bertindak dalam situasi tertentu.
F. Rangkaian Seimbang and Rangkaian Tidak Seimbang Pearce dan Cronen menyebut proses berfleksi ini sebagai rangkaian, karena hierarki ini tidak dapat berjalan terus-menerus, para teoretikus berpendapat bahwa beberapa level dapat berfleksi kembali, hal ini mendukung pendapat mereka yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang berkesinambungan, dinamis, dan senantiasa berubah. Pada saat-saat tertentu, beberapa episode dapat menjadi tidak konsisten dengan level-level yang lebih tinggi di dalam hierarki yang ada. Pearce dan Cronen menyebut hal ini sebagai rangkaian tidak seimbang (strange loop). Rangkaian tidak seimbang biasanya muncul karena adanya komunikasi interpersonal yang terjadi saat individu-individu sedang sibuk dengan dialog internal mereka mengenai sikap mereka yang merusak diri sendiri. Dalam rangkaian tidak seimbang, terlihat sekali akan adanya kebingungan. Naskah kehidupan seorang pecandu alcohol, misalnya menunjukkan bahwa kebiasaan minum tidak dapat dikendalikan, sehingga si pecandu alcohol menolak untuk minum. Jelas sudah bahwa rangkaian tidak seimbang akan terus berulang. Hal ini disebut sebagai lingkaran setan.
10. Teori Interaksionisme Simbolik
A. Sejarah Interaksi Simbolik George Herbert Mead dikenal sebagai pencetus awal Teori Interaksi Simbolik, sangat mengagumi kemampuan manusia untuk menggunakan symbol; dia menyatakan bahwa orang bertindak berdasarkan makna simbolik yang muncul di dalam sebuah situasi tertentu. Teori Interaksi Simbolik (Symbolic Interaction Theory-SI) menekankan pada hubungan antara symbol dan interaksi. Ralph Larossa dan Donald C. Reitzes (1993) mengatakan bahwa interaksi simbolik adalah “pada intinya…sebuah kerangka referensi untuk memahami bagaimana manusia, bersama dengan orang lainnya, menciptakan dunia simbolik dan bagaimana dunia ini; sebaliknya membentuk perilaku manusia” (hlm.136). Liska Belgrave (1984), SI berargumen bahwa masyarakat dibuat menjadi “nyata” oleh interaksi individu-individu, yang “hidup dan bekerja untuk membuat dunia social mereka bermakna” (hlm.253).
B. Tema dan Asumsi Teori Interaksi Simbolik Interaksi Simbolik didasarkan pad aide-ide mengenai diri dan hubungannya dengan masyarakat. Karena ide ini dapat diinterpretasikan secara luas, akan dijelaskan secara detaik tema-tema teori ini dan, dalam prosesnya, dijelaskan pula kerangka asumsi teori ini. Ralph Larossa dan Donald C. Reitzes (1993) telah mempelajari Teori Interaksi Simbolik yang berhubungan dengan kajian keluarga. Mereka mengatakan bahwa tujuh asumsi mendasari SI dan bahwa asumsi- asumsi ini memperlihatkan tiga tema besar: 1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia 2. Pentingnya konsep mengenai diri 3. Hubungan antara individu dengan masyarakat
C. Pentingnya Makna Bagi Perilaku Manusia Teori Interaksi Simbolik berpegang bahwa individu membentuk makna melalui proses komunikasi karena makna tidak bersifat intrinsic terhadap apapun. Dibutuhkan konstruksi interpretif diantara orang- orang untuk menciptakan makna. Bahkan tujuan dari interaksi, menurut SI, adalah untuk menciptakan makna yang sama. Menurut Larossa dan Reitzes, tema ini mendukung tiga asumsi SI yang diambil dari karya Herbert Blumer (1969). Asumsi-asumsi ini adalah sebagai berikut: 1. Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain pada mereka. 2. Makna diciptakan dalam interaksi antarmanusia. 3. Makna dimodifikasi melalui proses interpretif.
D. Manusia Bertindak terhadap Manusia Lainnya Berdasarkan Makna yang Diberikan orang Lain kepada Mereka. Asumsi ini menjelaskna perilakua sebagai suatu rangkaian pemikiran dan perilaku yang dilakukan secara sadar antara rangsangan dan respons orang berkaitan dengan rangsangan tersebut. Teoretikus SI seperti Herbert Blumer tertarik dengan makna yang ada di balik perilaku. Mereka mencari makna dengan mempelajari penjelasan psikologis dan sosiologis mengenai perilaku. Makna yang kita berikan pada symbol merupakan produk dari interaksi social dan menggambarkan kesepakatan kita untuk menerapkan makna tertentu pada symbol tertentu pula.
E. Makna Diciptakan dalam Interaksi Antarmanusia Mead menekankan dasar intersubyektif dari makna. Makna dapat ada, menurut Mead hanya ketika orang-orang memiliki interpretasi yang sama mengenai symbol yang mereka pertukarkan dalam interaksi. Blumer (1969) menjelaskan bahwa terdapat tiga cara untuk menjelaskan asal sebuah makna.
F. Makna Dimodifikasi Melalui Proses Interpretif Blumer menyatakan bahwa proses interpretif ini memiliki dua langkah. Pertama, para pelaku menentukan benda-benda yang mempunyai makna. Blumer berargumen bahwa bagian dari proses ini berbeda dari pendekatan psikologis dan terdiri atas orang yang terlibat di dalam komunikasi dengan dirinya sendiri. Kedua, melibatkan si pelaku untuk memilih, mengecek, dan melakukan transformasi makna di dalam konteks di mana mereka berada. Ketiga, dalam proses interpreatasinya pemberian makna social yang sama dan relevan dan yang secara budaya dapat diterima.
G. Pentingnya Konsep Diri Konsep diri (self-concept), atau seperangkat persepsi yang relative stabil yang dipercaya orang mengenai dirinya sendiri. SI menggambarkan individu dengan diri yang aktif, didasarkan pada interaksi social dengan orang lainnya. Hal ini mempunyai dua asumsi menurut Larossa dan Reitzes: 1. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain 2. Konsep diri memberikan motif yang penting untuk perilaku
H. Individu Mengembangkan Konsep Diri Melalui Interaksi dengan Orang Lain Asumsi ini menyatakan bahwa kita membangun perasaan akan diri (sense of self) tidak selamanya melalui kontak dengan orang lain. Orang-orang tidak lahir dengan konsep diri; mereka belajar tentang diri mereka melalui interaksi. Menurut SI, bayi tidak mempunyai perasaan mengenai dirinya sendiri sebagai individu. Selama tahun pertama kehidupannya, anak-anak mulai untuk membedakan dirinya dari alam sekitarnya. Ini merupakan perkembangan paling awal dari konsep diri. SI menyatakan bahwa proses ini terus berlanjut melalui proses anak mempelajari bahasa dan kemampuan untuk memberikan respons kepada orang lain serta menginternalisasi umpan balik yang ia terima.
I. Konsep Diri Memberikan Motif Penting untuk Perilaku Pemikiran bahwa keyakinan, nilai, perasaan, penilaian-penilaian mengenai diri mempengaruhi perilaku adalah sebuah prinsip penting pada SI. Mead berpendapat bahwa karena manusia memiliki diri, mereka memiliki mekanisme untuk berinteraksi dengan dirinya sendiri. Mekanisme ini digunakan untuk menuntun perilaku dan sikap. Penting juga bahwa Mead melihat diri sebagai sebuah proses, bukan struktur.
J. Hubungan antara Individu dan Masyarakat Tema yang terakhir berkaitan dengan hubungan antara kebebasan individu dan batasan social. Mead dan Blumer mengambil posisi di tengah untuk pertanyaan ini. Mereka mencoba untuk menjelaskan baik mengenai keteraturan dan perubahan dalam proses social. Asumsi- asumsi yang berkaitan dengan tema ini adalah sebagai berikut: -Orang dan kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan social -Struktur social dihasilkan melalui interaksi social
K. Orang dan Kelompok Dipengaruhi oleh Proses Sosial dan Budaya Asumsi ini mengakui bahwa norma-norma social membatasi perilaku individu. Selain itu budaya secara kuat mempengaruhi perilaku dan sikap yang kita anggap penting dalam konsep diri. Pada banyak budaya Asia, kerjasama dan komunitas dihargai sangat tinggi, dan kolektivitas lebih penting daripada individual. Jadi, orang Asia yang melihat dirinya sebagai orang yang asertif mungkin akan merasa malu dengan konsep diri semacam itu.
L. Struktur Sosial Dihasilkan melalui Interaksi Sosial Asumsi ini menengahi posisi yang diambil oleh asumsi sebelumnya. SI mempertanyakan pandangan bahwa struktur social tidak berubah serta mengakui bahwa individu dapat memodifikasi situasi social. Ada 4 konsep penting dalam SI: 1. Pikiran Mead mendefinisikan pikiran (mind) sebaagi kemampuan untuk menggunakan symbol yang mempunyai makna social yang sama, dan Mead percaya bahwa manusia harus mengembangkan pikiran melalui interaksi dengan orang lain.
2. Diri Mead mendefinisikan diri(self) sebagai kemampuan untuk merefleksikan diri kita sendiri dari perspektif orang lain. Mead mengemukakan cermin diri (looking glass self) atau kemampuan kita untuk melihat diri kita sendiri dalam pantulan dari pandangan orang lain. Menurut Cooley (1972) ada 3 prinsip pengembangan yang dihubungkan dengan cermin diri: a. Kita membayangkan bagaimana kita terlihat di mata orang lain, b. Kita membayangkan penilaian mereka mengenai penampilan kita c. Kita merasa tersakiti atau bangga berdasarkan perasaan pribadi ini.
3. Masyarakat Mead berargumen bahwa interaksi mengambil tempat di dalam sebuah struktur social yang dinamis-budaya, dan sebagainya. Individu-individu lahir ke dalam konteks social yang sudah ada. Mead mendefinisikan masyarakat (society) sebagai jejaring hubungan social yang diciptakan manusia. Individu-individu terlibat di dalam masyarakat melalui perilaku yang merasa pilih secara aktif dan sukarela. Jadi, masyarakat menggambarkan keterhubungan beberapa perangkat perilaku yang terus disesuaikan oleh individu-individu. Masyarakat ada sebelum individu tetapi juga diciptakan dan dibentuk oleh individu, dengan melakukan tindakan sejalan dengan orang lainnya (Forte, 2004). Masyarakat karenanya terdiri atas individu-individu, dan Mead berbicara mengenai dua bagian penting masyarakat yang mempengaruhi pikiran dan diri. Pemikiran Mead mengenai orang lain secara khusus (particular others) merujuk pada individu-individu dalam masyarakat yang signifikan bagi kita. Orang-orang ini biasanya adalah anggota keluarga, teman, dan kolega di tempat kerja serta supervisor. Kita melihat orang lain secara khusus tersebut untuk mendapatkan rasa penerimaan social dan rasa mengenai diri.