TERAPI BOBATH Terapi Modalitas untuk Disabilitas pada Pasien Post Stroke BONDAN PALESTIN.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
TIPS ERGONOMI BAGI PENGGUNA KOMPUTER
Advertisements

Praktek Profesi Keperawatan KMB 1
MANUAL HANDLING Manual Handling :
4 Bab Mulai Bekerja di Komputer Teknologi Informasi dan Komunikasi
TIPS ERGONOMI BAGI PENGGUNA KOMPUTER
Mekanik Tubuh & Ambulasi
Oleh : Nina Erliana, AMd.Keb.SPd. Pertemuan -5
Senam Lantai.
BAHAN AJAR RENANG.
LATIHAN FLEKIBILITAS.
PENIMBANGAN BERAT BADAN DAN PENGUKURAN TINGGI / PANJANG BADAN
Ade Maesyaputra Oktofiansyah
Oleh : Tika Indah Primasari DIV Kebidanan STIKES NWU 2013
Senam Hamil; Langkah bijak mempersiapkan persalinan
Psb-psma Ikhlas berbagi rela memberi REFERENSI LATIHAN MATERI PENYUSUN INDIKATOR SK / KD UJI KOMPETENSI BERANDA SELESAI.
STRETCHING LENNY.
BUGNET EXCERCISE.
1. PENGUATAN ABDOMINAL DASAR
LATIHAN STABILISASI Wahyuddin
Renang Gaya Punggung (Backstroke)
Perkembangan Motorik Anak
AND SELECTIVE MOVEMENT
William Fleksion Exercise
Asessment Fisioterapi
ADL ACTIVITY DAILY LIVING
FISIOTERAPI DALAM PASCA BEDAH ORTHOPEDI
Teknologi Informasi dan Komunikasi SMA Negeri 1 Mantewe Tahun Pelajaran 2016/2017.
Aplikasi Ergonomi untuk perancangan tempat kerja
ERGONOMI.
LATIHAN FISIK PADA LANSIA
Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi
Matakuliah Keterampilan Dasar dan Lanjut Bolavoli
LOMPAT JAUH Nazerul Ramadanni, S.Pd.
K3 DALAM MENGGUNAKAN PERANGKAT TEKNOLOGI INFORMASI
LESI PLEKSUS BRACHIALIS PADA BAYI
Aplikasi Ergonomi untuk perancangan tempat kerja
1. PENGUATAN ABDOMINAL DASAR
SENAM HAMIL MATERI PERKULIAHAN MAHASISWA FISIOTERAPI
William Fleksion Exercise
AND SELECTIVE MOVEMENT
Kemampuan Gerak Dasar.
Praktek profesi GERONTIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
William Fleksion Exercise
BUGNET EXCERCISE.
Mempelajari Administrasi Perkantoran
Tes dan Pengukuran irfan.
SIKAP TUBUH YANG ERGONOMI DALAM BEKERJA DAN DAMPAKNYA
Devi Baniarti Eka Novitasari Eva Laili Rahmawati Nini Ariani
TIPS ERGONOMI BAGI PENGGUNA KOMPUTER
Komponen penting dalam berjalan
PRINSIP SANITASI, HYGIENE DAN K3
MEMAHAMI KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN JASA
TEHNIK MENGATUR DAN MEMINDAHKAN PASIEN
SARANA BANTU Mandi Untuk Lansia Separuh Badan
FT CARDIPULMONAR JENNIFER DHEA FISIOTERAPI 2014.
ERGONOMI DAN FAAL KERJA OLEH KELOMPOK 5 Alief Wijayanto Vivi Sefrinta Izza Afkarina Dewi Titah
BIOMEKANIKA OLAHRAGA.
ROM.
POSISI DAN POSTUR TUBUH YANG BAIK UNTUK MENCEGAH NYERI PINGGANG BAWAH
Oleh Mahasiswa Program Studi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta 2015.
Pemeriksaan Fisik Oleh Zaenal Arifin.
BY : FITRIA OKTARINA.  suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas (kosier,1989).  kemampuan seseorang untuk berjalan bangkit berdiri.
Pemeriksaan tonus-kekuatan otot Sumber:Buku Pemeriksaan Klinis Neurologi Praktis Umum halaman
ADL ACTIVITY DAILY LIVING. ACTIVITY DAILY LIVING PEMERIKSAAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL MERUPAKAN PROSES UNTUK MENGETAHUI KEMAMPUAN PASIEN DALAM MELAKUKAN AKTIVITAS.
MANUAL HANDLING. Apa Itu Manual Handling ? Salah satu tujuan utama dari kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja untuk menciptakan kondisi.
AKTIVITAS GERAK BERIRAMA MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA & KESEHATAN By. Nina Aprianti, S. Pd.
1. Penilaian Maturitas Neuromuskular Postur Untuk mengamati postur, bayi ditempatkan terlentang dan pemeriksa menunggu sampai bayi menjadi tenang pada.
Dipresentasikan oleh Enggar. Anatomi adalah: ilmu urai atau ilmu yang mempelajari tentang susunan tubuh dan hubungan bagian yang satu dengan yang lain.
SIKAP DAN GERAKAN ANATOMI
ROLLING DEPAN, SIKAP LILIN DAN KAPAL TERBANG PADA SENAM LANTAI.
Transcript presentasi:

TERAPI BOBATH Terapi Modalitas untuk Disabilitas pada Pasien Post Stroke BONDAN PALESTIN

Prevalensi DM, HIPERTENSI DAN STROKE menurut Provinsi (Riskesdas 2007) No. URUT PROVINSI Prevalensi DM Prevalensi hipertensi Prevalensi Stroke 1 ACEH 1.7 9.2 16.6 2 GORONTALO 1.3 9.1 14.9 3 KEPULAUAN RIAU 1.4 7.3 4 DKI JAKARTA 2.6 9.5 12.5 5 NUSA TENGGARA BARAT 6.4 6 SUMATERA BARAT 1.2 7.6 10.6 7 SULAWESI UTARA 1.6 11.2 10.4 8 SULAWESI TENGAH 7.7 10 9 KALIMANTAN SELATAN 9.8 PAPUA BARAT 6.9 11 JAWA BARAT 8.8 9.3 12 DI YOGYAKARTA 8.3 8.4 15 JAWA TENGAH

PENGANTAR Penurunan KEMAMPUAN AKTIVITAS FUNGSIONAL individu Gangguan KOORDINASI Gangguan KESEIMBANGAN Penurunan KEMAMPUAN AKTIVITAS FUNGSIONAL individu Gangguan KONTROL POSTUR Gangguan SENSASI Gangguan REFLEKS GERAK

Otot utama STABILITAS POSTUR

Otot utama STABILITAS POSTUR STABILITAS adalah sebuah proses dinamis yang meliputi dua hal, yaitu POSISI STATIS dan GERAKAN YANG TERKONTROL (Barr, 2005) Konsep STABILITAS LUMBOPELVIC FUNGSIONAL  stabilitas sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh kerja antara tiga subsistem: PASIF, AKTIF dan PERSARAFAN

PRINSIP Mobilitas gerak ekstremitas (anggota gerak) hanya dapat dilakukan dengan stabilitas postur yang memadai. Mengikuti prinsip gerak normal dimana suatu gerak terbentuk (mobility) diawali oleh stabilitas (stability). Penurunan kemampuan sensorik dan motorik pada salah satu sisi anggota gerak akan berdampak pada stabilitas postural, dan akan berdampak kembali (feedback) pada kemampuan gerak ekstrimitas tersebut. Dari hasil pengamatan umumnya penanganan perawat hanya dilakukan pada anggota gerak (extremity) tanpa adanya perbaikan stabilitas postural terlebih dahulu. Dengan demikian peningkatan gerak hanya membentuk pola yang tidak normal.

Stroke Care Stroke Hyper acute Acute Community Rehab 7

“Penurunan kapasitas fungsional lansia dapat distabilkan atau dikurangi meskipun tidak dapat pulih seperti sediakala..” (Beck et al., 1993; Paffenbarger et al., 1993; Bijnen et al., 1998; Wannamethee, Shaper & Walker, 1998; Spillman, 2004). Beck, C., Heacock, P, Rapp, C. & Mercer, S. (1993). Assisting cognitively impaired alders with activities of daily living. Am J of Alzheimer’s Care and Related Disorder and Research, 8(6): 11-20. Paffenbarger, R.S., Hyde, R.T., Wing, A.L., Lee, I.M., Jung, D.L. & Kampert, J.B. (1993). The association of changes in physical-activity level and other lifestyle characteristics with mortality among men. N Engl J Med, 328: 538–545. Bijnen, F.C.H., Caspersen, C.J., Feskens, E.J.M., Saris, W.H.M., Mosterd, W.L. & Kromhout, D. (1998). Physical activity and 10-year mortality from cardiovascular diseases and all causes, the Zutphen Elderly Study. Arch Intern Med, 158: 1499–1505. Wannamethee, S.G., Shaper, A.G. & Walker, M. (1998). Change in physical activity, mortality, and incidence of coronary heart disease in older men. Lancet, 351: 1603–1608. Spillman, B.C. (2004). Changes in Elderly Disability Rates and the Implications for Health Care Utilization and Cost. The Milbank Quarterly, 82(1): 157–194.

Ambang batas disabilitas FASE AWAL FASE DEWASA FASE LANSIA Pertumbuhan dan perkembangan Pemeliharaan kondisi fungsional yang paling optimal Pemeliharaan kemandirian dan mencegah disabilitas Rentang fungsional individu Kapasitas Fungsional Ambang batas disabilitas Rehabilitasi dan jaminan kualitas hidup U m u r (Kalachea & Kickbusch, 1997)

METODE BOBATH (Neuro Developmental Treatment ~ NDT) Dikembangkan oleh Berta Bobath (physiotherapist) dan Dr. Karel Bobath (pediatric neurologist) di awal tahun 1940 Konsep Bobath  sebuah pendekatan untuk rehabilitasi neurologis yang diterapkan dalam pengkajian pasien dan terapi (hemiplegia pasca stroke, cerebral palsy) (International Bobath Instructors Training Association, 2008) Metode Bobath pada awalnya memiliki konsep perlakuan yang didasarkan atas inhibisi aktivitas abnormal refleks (Inhibition of abnormal reflex activity) dan pembelajaran kembali gerak normal (The relearning of normal movement), melalui penanganan manual dan fasilitasi. NDT  menggunakan pendekatan problem solving dengan cara pemeriksaan dan tindakan secara individual yang diarahkan pada TONUS OTOT, GERAK dan FUNGSI AKIBAT LESI PADA SISTEM SARAF PUSAT. Tujuan  optimalisasi fungsi dengan peningkatan kontrol postural dan gerakan selektif melalui fasilitasi

TUJUAN METODE BOBATH Melakukan identifikasi pada area-area spesifik otot-otot antigravitasi yang mengalami penurunan tonus. Meningkatkan kemampuan input proprioceptive Melakukan identifkasi tentang gangguan fungsi setiap individu dan mampu melakukan aktivitas fungsi yang efisien “Normal” Fasilitasi specific motor activity Minimalisasi gerakan kompensasi sebagai reaksi dari gangguan gerak Mengidentifikasi kapan dan bagaimana gerakan menjadi lebih efektif

METODE BOBATH Pasien stroke seolah-olah kembali pada usia bayi sehingga pertumbuhan dan perkembangannya sesuai dengan pertumbuhan bayi normal Pasien stroke harus dilatih mulai dari posisi berbaring, miring, tengkurap, merangkak, duduk, berdiri, dan berjalan Meningkatkan kemampuan fungsional secara bertahap Mengatasi tonus otot yang berlebihan  berikan POSISI INHIBISI (posisi yang dapat menghambat terjadinya hypertonus) dan FASILITASI (posisi yang dapat mengurangi hypertonus) Selanjutnya dilakukan latihan gerak pada pola normal

Pola Gerakan METODE BOBATH Gerakan yang ada dalam suatu pola yang telah dikontrol oleh sistem persyarafan  yaitu saraf pusat (bukan gerakan perotot) Gerakan yang dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dilakukan berdasarkan pada pola gerakan dan perkembangam normal. Dilakukan pada gerakan yang disebabkan oleh : perkembangan pola gerakan yang abnormal dan Kompensasi / adaptasi terhadap abnormalitas Tujuan : Seluruh gerakan diajarkan dalam kondisi yang normal atau kondisi yang mendekati normal serta meningkatkan kualitas dari gerakan Harus memahami pola – pola gerakan yang abnormal untuk menimbulkan lebih banyak pola gerakan yang normal.

Komponen Gerakan METODE BOBATH Tonus postural yang normal untuk menahan gravitasi bila bagian lain bergerak Gerakan yang responsive dan efektif hanya terjadi pada penanganan yang benar. Penanganan untuk menormalisasi postural, meningkatkan sikap dari gerakan, meningkatkan keterampilan dan meningkatkan adaptasi terhadap rangsang.

Prinsip Kerja METODE BOBATH Fasilitasi Menggunakan kontrol sensory dan proprioceptive untuk mempermudah gerakan. Pemberian fasilitasi adalah bagian dari satu proses belajar secara aktif dimana individu memungkinkan untuk mengatasi inersia, inisiatif, melanjutkan atau menyelesaikan satu tugas fungsional. Stimulasi Merupakan suatu bentuk pemberian rangsangan yang terdiri dari 2 bentuk antara lain: a). Stimulasi verbal (dengan aba – aba, suara/bunyi – bunyian) b). Stimulasi non verbal (menggunakan rangsang taktil dan propioseption) Stabilitas Salah satu bagian dari teknik terapi yang bertujuan untuk membentuk stabilitas untuk mengurangi gerakan yang abnormal. Stabilisasi yang diberikan antara lain postural stability dan proximal stability.

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan Penanganan Dini Penanganan dini akan memberikan respon yang lebih baik, karena belum terjadi kontraktur dan pola gerakan yang abnormal belum berkembang Sensory Motor Learning Proses Dengan seringnya pasien merasakan tonus dan gerakan yang normal, maka pasien akan berkembang dan melakukan suatu gerakan yang normal pula All Day Management Untuk memberikan rangsang sensory motor learning proses, keluarga dilibatkan dalam kehidupan sehari – hari pada pola pengasuhannya Key point of control (KPOC) Bentuk handling yang diberikan perawat saat melakukan latihan (pada bahu, pelvic, knee). KPOC : menghambat spastisitas dan pola gerak abnormal sekaligus memberi fasilitasi pola gerak yang normal. Proximal KPOC (shoulder, hip dan trunk). Distal KPOC (tangan dan kaki) Tidak menganjurkan pemakaian alat bantu jalan, oleh karena latihan Bobath menekankan penggunaan dan weight bearing pada sisi lumpuh

METODE BOBATH Bersifat individual, tergantung masalah yang ditemukan pada pemeriksaan Langkah awal  aktifasi otot-otot INTERNAL TRUNK (otot abdominal, otot para spinal, otot pelvic floor). Otot-otot INTERNAL TRUNK merupakan otot yang memberikan stabilitas yang utama pada postur Dengan stabilitas postur yang adekuat, maka fungsi mobilitas dari ekstremitas menjadi lebih mudah Peningkatan aktifasi otot untuk memelihara stabilitas postural sebagai persiapan gerak (mobilitas). Gerakan akan terbentuk dengan pola yang benar, jika stabilitas postural dan proksimal anggota gerak dapat terpenuhi.

Posisi pegangan perawat Posisi bentuk lumbrikal (lumbrical grip)

Latihan Passive Range of Motion (PROM) sebagai prelimanary exercise Latihan Pada Anggota Gerak Atas (upper extremity)

01. Gerakan pasif fleksi-ekstensi bahu Posisi pasien stroke tidur terlentang. Pegangan perawat pada pergelangan tangan dan juga pada lengan bawah (sedikit dibawah siku pasien stroke). Peletakan tangan pasien stroke sebaiknya menyilang agar mempermudah gerakan saat ekstensi dilakukan. Posisi awal dari lengan pasien stroke adalah mid position, kemudian lakukan gerakan fleksi, instruksikan agar pasien stroke rileks. Pada saat bahu membentuk sudut 900 berikan gerakan eksternal rotasi (berputar keluar) pada lengan hingga membentuk posisi supinasi lengan bawah. Rasakan endfeel pada akhir gerakan. Hindari penguluran berlebihan pada bahu yang mengalami kelemahan. Lakukan pengulangan sebanyak 7 kali atau sesuai toleransi

02. Gerakan pasif ekstensi bahu Posisi pasien stroke tidur mirirng (side lying). Pegangan perawat pada pergelangan tangan dan pada bagian bahu. Posisi lengan pasien stroke semi fleksi dengan lengan bawah mid position. Berikan topangan pada siku atau lengan bawah pasien stroke dengan lengan bawah perawat . Berikan gerakan ekstensi secara penuh. Hindari adanya kompensasi gerak berupa elevasi bahu dengan pemberian stabilisasi. Rasakan endfeel pada akhir gerakan. Hindari adanya keluhan nyeri saat gerakan dilakukan. Pertahankan gerakan terjadi pada mid posisi lengan bawah pasien stroke. Lakukan pengulangan minimal 7 kali atau sesuai toleransi.

03. Gerakan pasif abduksi bahu Posisi pasien stroke tidur terlentang, dengan siku semi fleksi. Pegangan perawat pada pergelangan tangan dan lengan atas (sedikit diatas siku). Lakukan gerakan abduksi Awali gerakan dengan posisi prpnasi pada lengan bawah, kemudian pada 900 abduksi lakukan otasi kearah supinasi lengan bawah pasien stroke. Berikan instruksi untuk tetap rileks Rasakan endfeel di akhir gerakan Lakukan pengulangan sebanyak 7 kali atau sesuai toleransi.

04. Gerakan pasif abduksi dan adduksi horizontal Posisi pasien stroke tidur terlentang dengan bahu membentuk 900 abduksi dan siku ekstensi penuh dengan lengan bawah dalam posisi supinasi. Posisikan pasien stroke dalam keadaan rileks. Pegangan perawat pada pergelangan tangan dan juga pada sendi siku. Berikan gerakan kearah dalam (adduksi) dan kearah luar (abduksi) pada sendi bahu. Berikan instruksi agar pasien stroke tetap rileks Rasakan end feel di akhir gerakan. Hindari adanya nyeri saat gerakan dilakukan. Lakukan pengulangan minimal 7 kali.

05. Gerakan pasif eksternal dan internal rotasi Persiapkan posisi pasien stroke dengan menghindari adanya hambatan gerak oleh faktor tempat tidur atau benda lainnya. Posisi pasien stroke tidur terlentang dengan bahu membentuk 900 abduksi dan siku 900 fleksi. Pegangan perawat pada pergelangan tangan dan juga pada sendi siku sebagai stabilisasi gerak. Berikan gerakan kearah ekternal (a) dan internal (b) pada sendi bahu. Berikan instruksi untuk tetap rileks, rasakan endfeel di akhir gerakan. Perhatikan jarak gerak sendi yang dibentuk apakah dalam jarak yang normal atau terbatas. Lakukan pengulangan minimal 7 kali.

06. Gerakan pasif fleksi-ekstensi siku Posisi pasien stroke tidur terlentang. Posisi tangan pasien stroke supinasi. Tangan perawat berada pada pergelangan tangan dan sendi siku. Lakukan gerakan fleksi dan ekstensi pada sendi siku. Berikan Intruksi agar pasien stroke tetap rileks. Pastikan gerakan yang diberikan berada pada midline yang benar. Rasakan endfeel pada akhir gerakan. Perhatikan jarak gerak sendi yang dibentuk apakah dalam jarak yang normal atau terbatas.

07. Gerakan pasif pada fleksi-ekstensi ulnar dan radial deviasi pada wrist joint Posisi pasien stroke tidur terlentang dengan fleksi siku 900 Tangan perawat diletakkan pada pangkal pergelangan dan pada telapak tangan. Berikan gerakan kearah luar (ekstensi) dan kearah dalam (fleksi). Pada saat gerakan fleksi wrist dilakukan maka sebaiknya jari-jari dalam kondisi lurus (ekstensi), sedangkan saat dilekukan gerakan ekstensi wrist, maka sebaiknya jari-jari menggenggam. Berikan instruksi untuk tetap rileks Tambahkan gerakan dengan peregangan pada punggung tangan untuk membentuk arkus telapak tangan. Rasakan end-feel di akhir gerakan

08. Elevasi-Depresi dan Protraksi-Retraksi Bahu (Shoulder Joint) Posisi pasien stroke tidur tengkurap (pronelying). Tangan perawat diletakkan pada area bahu dan lengan bawah pasien stroke. Berikan gerakan kearah atas (elevasi) dan kearah bawah (Depresi), kedepan (protraksi) dan kebelakang (Retraksi) pada sendi bahu. Berikan instruksi untuk tetap rileks Rasakan endfeel di akhir gerakan. Lakukan pengulangan minimal 7 kali.

Latihan Passive Range of Motion (PROM) sebagai prelimanary exercise 2. Latihan Pada Anggota Gerak Bawah (Lower Extremity)

01. Fleksi-ekstensi panggul (hip) dan lutut (knee) Posisi pasien stroke tidur terlentang Posisi tangan perawat pada tumit serta sisi bawah dan tepi luar lutut pasien stroke. Lakukan gerakan ke atas-depan sehingga membentuk gerakan fleksi hip dan fleksi knee. Berikan instruksi untuk tetap rileks. Lakukan gerakan kembali pada posisi awal Rasakan endfeel di akhir gerakan. Lakukan pengulangan minimal 7 kali.

Terapi Latihan Khusus dengan METODE BOBATH Latihan dengan posisi tidur terlentang di atas bed Latihan dengan posisi pasien duduk Latihan pasien pada posisi berdiri

Latihan dengan posisi tidur terlentang di atas bed

LATIHAN 1: Latihan bridging Posisi awal pasien tidur terlentang Kedua lutut ditekuk 900 Kedua tangan berada disamping badan dengan posisi pronasi Berikan instruksi kepada pasien untuk mengangkat pantatnya Lakukan dengan 10 kali pengulangan

LATIHAN 2: Latihan foreward dan backward pelvic Posisi awal pasien tidur terlentang Tekuk kedua lutut 900 Kedua tangan berada disamping badan dengan posisi pronasi Berikan instruksi untuk melakukan secara aktif gerakan foreward dan backward pada pelvic Setiap gerakan dilakukan bersamaan dengan ekspirasi. Lakukan dengan 10 kali pengulangan

LATIHAN 3: Latihan gerak fleksi pada tungkai Posisi awal pasien stroke tidur terlentang. Berikan fiksasi pada bagian pelvic. Letakkan tangan pada sisi lateral telapak kaki sebagai fasilitasi. Berikan intruksi melakukan gerakan menekuk pada lutut dengan tetap mempertahankan alignment dari tungkai.

LATIHAN 4: Latihan gerak aktif pada tungkai bawah Posisi pasien stroke tidur terlentang Posisi awal fleksi lutut dan hip Pegangan perawat pinggung dan telapak kaki yang memberikan stimulasi kearah dorsal fleksi saat tungkai di gerakkan. Berikan stabilisasi pada sisi lateral lutut untuk menjaga alignment tungkai. Berikan instruksi untuk melakukan gerakan ekstensi lutut (seperti menendang dengan tumit) dengan dorsofleksi pada ankle dan internal rotasi untuk menjaga alignment tungkai. Lakukan secara perlahan minimal 7 kali pengulangan.

LATIHAN 5: Latihan untuk otot internal obligue Posisi pasien stroke tidur terlentang Salah satu tungkai ditekuk (fleksi 900). Berikan fiksasi pada panggul (hip joint). Berikan fasilitasi pada lutut tungkai yang ditekuk dengan memberikan stimulasi kearah lateral (abduksi hip). Berikan instruksi untuk melakukan gerakan secara aktif dan perlahan. Lakukan minimal sebanyak 7 kali pengulangan.

LATIHAN 6: Latihan gerak postural set Posisi pasien tidur terlentang dengan lengan posisi supinasi. Pegangan perawat pada proksimal lengan bawah pasien. Pegangan berbentuk lumbrikal grip. Instruksikan agar kepala fleksi hingga dagu mencapi sternum. Berikan fasilitasi agar pasien melakukan gerakan mengangkat tubuh ±450,tidak sampai pada posisi duduk. Kemudian kembali baringkan ke bed secara perlahan. Instruksikan agar pasien bernafas seperti biasa. Lakukan pengulangan sebanyak 10 kali.

LATIHAN 7: latihan aktif abdominal Posisi awal pasien tidur terlentang Berikan sanggahan berupa box sehingga hip dan knee membentuk 900 Lakukan koreksi alignment kepala terhadap sternum. Berikan fasilitasi agar kepala mengarah ke sternum (fleksi leher). Berikan fasilitasi agar pasien mengangkat tubuh kearah fleksi. Berikan fasilitasi pada upper thorakal untuk melakukan gerakan fleksi. Berikan instruksi agar pasien meniup setiap gerakan dilakukan

LATIHAN 8: Latihan aktif lateral abdominal Posisi awal pasien stroke tidur terlentang. Kedua tungkai disanggah dengan paha perawat Arahkan kedua tungkai pasien stroke ± 450 kontra lateral. Berikan fasilitasi pada sisi lateral pelvic dan abdominal. Berikan fasilitasi untuk elevasi pelvic Lakukan secara perlahan dengan 7 kali pengulangan.

LATIHAN 9: Latihan aktif persiapan posisi tidur ke duduk Posisi awal pasien tidur terlentang. Kedua tungkai berada di tepi bed. Berikan fasilitasi pada siku untuk melakukan tumpuan. Berikan fiksasi pada salah satu sisi pelvic (ipsilateral dengan tumpuan siku). Berikan fasilitasi pada lengan sisi kontra lateral agar mengangkat tubuh diawali dengan fleksi kepala sejajar dengan sternum. Lakukan secara perlahan agar terjadi tumpuan tubuh pada salah satu sisi pinggul.

Latihan dengan posisi pasien duduk

LATIHAN 10: Fasilitasi pada abdominal dan back muscle Posisi awal pasien duduk di tepi bed/kursi Gunakan bed dimana telapak kaki dapat menyentuh lantai(menapak di lantai) Berikan koreksi kepada kedua telapak kaki agar menapak secara sempurna (base of support ~ BOS yang baik) Berikan koreksi pada tungkai atas (paha) agar berada pada posisi alignment yang benar. Koreksi ini akan memperbaiki posisi duduk terhadap bed (BOS pada bed) Posisi perawat ada di samping atau pun di depan pasien. Berikan fasilitasi pada abdominal dan back muscle untuk melakukan backward dan foreward. Pastikan upper trunk tidak ikut bergerak sehingga gerakan pelvic dapat dilakukan secara selektif. Lakukan gerakan sebanyak 10 kali pengulangan.

LATIHAN 11: Fasilitasi pada abdominal dan back muscle dari belakang Berikan fasilitasi pada abdominal dan back muscle agar melakukan gerakan backward dan foreward. Lakukan agar antara otot bekerja secara sinergi Perhatikan reaksi stabilisasi pada upper trunk sehingga gerak pelvic dapat dilakukan secara selektif. Dapat pula dimodifikasi dengan posisi perawat di belakang pasien stroke

LATIHAN 12: Fasilitasi pada abdominal dan back muscle dari belakang Posisi pasien stroke duduk dengan tangan diletakkan pada dinding. Lakukan persiapan dengan memberikan korekasi pada BOS telapak kaki, alignment tungkai dengan hip dan knee 900. Berikan rangsangan pada pelvic bagian atas kearah foreward dan backward. Berikan rangsangan stabilisasi pada daerah bahu. Lakukan pengamatan terhadap adanya reaksi tegak dari postur, dan arahkan agar alignment yang dibentuk tegak. Reaksi tegak yang dihasilkan diikuti oleh terjadinya alongasi pada sisi tubuh mengukuti posisi lengan pada dinding. Lakukan pengulangan sebanyak 7 kali

LATIHAN 13: Mobilisasi pada scapula Posisi pasien stroke tidur tengkurap atau duduk ditepi bed Berikan topangan pada kedua tangan pasien stroke dengan meletakkan di tepi meja. Berikan stabilisasi pada daerah bahu. Posisi tangan fisoterapis pada sisi margomedial dan angulus inferior scapula Lakukan mobilisasi pada daerah scapula dengan arah medial dan lateral serta rotasi scapula. Lakukan pengulangan sebanyak 7 kali

LATIHAN 14: Mobilisasi pada scapula Posisi pasien stroke duduk di tepi bed Berikan fasilitasi pada kedua tungkai untuk berposisi menapak dan membentuk alignment yang baik. Berikan stimulasi agar postur pasien stroke tegap. Tempatkan jari tangan di sisi medial scapula atau berada diantara margo medialis scapula. Berikan instruksi agar pasien stroke melakukan gerak retraksi pada scapula atau mempertemukan kedua sisi medial scapula. Lakukan sebanyak 7 kali

LATIHAN 15: Fasilitasi area lengan Posisi pasien stroke duduk di tepi bed. Pegangan perawat pada lengan bawah. Berikan fasilitasi gerak pada lengan pasien stroke kearah fleksi bahu yang diikuti oleh eksternal rotasi mulai pada 900 fleksi shoulder dengan mengarahkan secara aktif siku bergerak kedalam.

LATIHAN 15: Fasilitasi area lengan Posisi pasien stroke duduk di tepi bed. Pegangan perawat pada lengan bawah. Berikan fasilitasi gerak pada lengan pasien stroke kearah fleksi bahu yang diikuti oleh eksternal rotasi mulai pada 900 fleksi shoulder dengan mengarahkan secara aktif siku bergerak kedalam.

LATIHAN 16: Latihan dorsofleksi dan core stability Posisi duduk di tepi bed. Pegangan perawat pada area abdominal dan lumbal. Berikan instruksi pada pasien stroke untuk melakukan gerakan dorsal fleksi pada kaki dengan mempertahankan sikap tegak pada postur. Berikan stimulasi pada abdonimal untuk melakukan stabilisasi saat melakukan gerakan dorsofleksi. Lakukan sebanyak 7 kali pengulangan.

LATIHAN 17: Latihan dorsofleksi dan core stability Posisi duduk di tepi bed. Pegangan perawat pada area abdominal dan lumbal. Berikan instruksi pada pasien stroke untuk melakukan gerakan dorsal fleksi pada kaki dengan mempertahankan sikap tegak pada postur. Berikan stimulasi pada abdonimal untuk melakukan stabilisasi saat melakukan gerakan dorsofleksi. Lakukan sebanyak 7 kali pengulangan.

Latihan pasien pada posisi berdiri

Meningkatkan stabilitas Base of Support Untuk aplikasi latihan dengan posisi berdiri, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah prinsip dasar dari Base of Support, distribusi berat badan (weight distribution), kontrol kepala (head control), stabilitas dan mobilitas anggota gerak. Untuk meningkatkan stabilitas Base of Support, maka perawat perlu memberikan manipulasi berupa penguluran kearah lateral pada punggung dan telapak kaki Intervensi ini merupakan upaya pencegahan terjadinya kontraktur dan peningkatan input sensoris bagi proses gerak pasien stroke.

LATIHAN 18: Fasilitasi pelvic control Posisi pasien stroke berdiri dengan topangan meja. Pastikan agar kedua telapak kaki menapak dengan sempurna. Buatlah sudut 450 fleksi knee dan hip, serta berikan sanggahan pada kedua lengan pasien stroke. Berikan fasilitasi daerah pelvic agar secara aktif pasien stroke melakukan gerakan foreward dan backward rotation. Stabilisasi ada pada area knee dan upper thoracal. Perhatikan reaksi stabilitas pada postur. Anjurkan pasien stroke untuk menatap kedepan (kepala tidak menunduk) Lakukan pengulangan gerakan sebanyak 7 kali dengan perlahan.

LATIHAN 19: Fasilitasi posisi berdiri Posisi pasien stroke berdiri dengan ditopang meja. Pastikan agar kedua telapak kaki menapak dengan sempurna. Posisi tungkai lurus (netral) Posisi tangan full ekstensi siku dan 350 – 450 ekstensi bahu. Berikan fasilitasi pada kedua lengan. Perhatikan reaksi stabilitas pada postur. Anjurkan pasien stroke untuk menatap kedepan (kepala tidak menunduk) Anjurkan untuk mempertahankan posisi yang benar.

LATIHAN 20: Fasilitasi kontrol kepala Posisi pasien stroke berdiri dengan atau tanpa ditopang pada knee dan berikan topangan dengan kotak pada sisi depan dada. Gunakan ball exercise untuk memfasilitasi gerakan tangan kedepan. Perhatikan reaksi dari kontrol kepala untuk membentuk stability dengan alignment yang baik. Gerakan bola dapat disesuaikan kesisi kiri atau kanan untuk menghasilkan reaksi kepala membentuk alignment yang baik.

LATIHAN 21: Latihan stabilisasi postur Posisi pasien stroke berdiri Letakkan alat bantu dengan menggunakan kotak atau benda lainnya setinggi 30 cm yang dapat menopang salah satu kaki. Tempatkan salah satu kaki diatas kotak, sehingga membentuk sudut 900 fleksi. Posisi tangan perawat pada sisi abdominal dan gluteal. Lakukan fasilitasi pada pelvic kearah backward dan superior. Lakukan secara bergantian kearah foreward.

PERSIAPAN Stimulasi manual Sebagai persiapan berikan stimulasi pada sisi lateral telapak kaki berupa goresan kecil agar mudah teraktifasi dan membentuk BOS yang sempurna.

LATIHAN 22: Fasilitasi pola berjalan #01 Posisi pasien stroke berdiri Berikan topangan pada postur dengan eksternal rotasi lengan. Berikan fasilitasi kepada pasien stroke untuk melakukan pemindahan berat badan ke salah satu sisi (salah satu tungkai). Berikan instruksi agar pasien stroke mempertahankan pelvic dengan gerakan backward. Berikan fasilitasi pada tungkai bawah agar melakukan gerakan melangkah. Pegangan pada sisi lateral telapak kaki, kemudian berikan fasilitasi agar punggung kaki melakukan gerakan dorsal fleksi. Berikan instruksi kepada pasien stroke agar menjaga kepala tetap tegap (tidak menunduk). Berikan instruksi agar fase menapak diawali oleh tumit atau gerakan searah dengan tumit.

LATIHAN 23: Fasilitasi pola berjalan #02 Posisi pasien stroke berdiri Posisi perawat di depan atau dibelakang pasien stroke. Biasanya pasien stroke merasa lebih aman bila posisi perawat didepan. Pegangan perawat pada kedua sisi lateral pelvic. Berikan fasilitasi kepada pasien stroke untuk melakukan pemindahan berat badan ke salah satu sisi (salah satu tungkai). Berikan rangsangan agar pasien stroke mempertahankan pelvic dengan gerakan backward. Berikan instruksi kepada pasien stroke agar menjaga kepala tetap tegap (tidak menunduk). Berikan instruksi agar fase menapak diawali oleh tumit atau gerakan searah dengan tumit.

LATIHAN 24: Fasilitasi pada tangan Posisikan tangan pasien stroke lumbrikal Gunakan benda yang mudah untuk digenggam Lakukan koreksi pada jari-jari agar menggenggam dengan sempurna. Berikan gerakan fleksi dan ekstensi pada pergelangan tangan (wrist joint) Lakukan gerakan dengan 7 kali pengulangan

LATIHAN 25: Fasilitasi pada tangan posisi lumbrikal Fasilitasi terbentuknya stabilisasi aktif pada wrist joint. Fasilitasi yang diberikan juga mengaktifkan otot fungsional tangan secara sinergi membentuk posisi tangan lumbrikal. Fasilitasi diberikan melalui rangsangan pada permukaan dorsal setiap jari tangan dan sela-sela jari. Posisi tangan lumbrikal secara aktif memungkinkan terjadinya mobilitas jari tangan yang lebih mudah dalam melakukan fungsi-fungsi prehension.

LATIHAN 26: Fasilitasi untuk stabilisasi pada pergelangan tangan Secara prinsip latihan ini sama dengan latihan sebelumnya yaitu melakukan pola gerak pada tangan degan posisi lumbrikal. Latihan ini memberikan fasilitasi secara bersamaan dalam membentuk gerakan pada metacarpophalangeal joint dan wrist joint. Perhatikan fasilitasi yang diberikan oleh perawat , pada sisi phalangs diberikan stimulasi kearah proksimal sedangkan pada wrist joint diberikan stimulasi kearah distal.

LATIHAN 27: Fasilitasi pada tangan dan jari-jari Dilakukan dengan mengikuti bentuk target obyek yang akan digenggam. Sebelumnya diberikan latihan membentuk posisi lumbrikal pada tangan. Dengan adanya obyek yang menjadi target gerakan, maka diharapkan terjadi proses planning, programming, adjustment, terhadap gerakan yang akan dilakukan. Perawat harus mampu memberikan fasilitasi agar selama proses gerakan terbentuk secara aktif dilakukan oleh pasien stroke.

Melatih pemenuhan aktivitas dasar sehari-hari [ADS]

ADS : Transfer. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan sebaliknya, termasuk duduk di tempat tidur Berjalan di jalan yang datar (jika tidak mampu berjalan, lakukan dengan kursi roda) Aktivitas di toilet (ke/dari WC, menyiram, menyeka, lepas/pakai celana) Kebersihan diri (mencuci muka, menyisir, mencukur, dan menggosok gigi)

Mengontrol defekasi (b.a.b) Mengontrol berkemih (b.a.k). Mandi ADS : Mengontrol defekasi (b.a.b) Mengontrol berkemih (b.a.k). Mandi Berpakaian termasuk mengenakan sepatu, Makan Naik turun tangga

Latihan berpakaian (cara menggunakan kemeja) Masukkan terlebih dahulu lengan yang lemah ke dalam lengan baju Tarik lengan baju ke atas sampai bahu. Putar baju kearah lengan lengan yang sehat. Masukkan tangan yang sehat ke lengan baju lainnya.

Latihan berpindah (dari tempat tidur ke kursi) Letakkan kursi roda/kursi disebelah sisi yang lemah. Pastikan bahwa tempat tidur dan kursi roda dalam keadaan terkunci. Anjurkan agar pasien bergeser ke tepi tempat tidur, duduk dengan telapak kaki menapak di lantai. Pegang pinggang pasien dengan kedua tangan anda, anjurkan pasien untuk memegang kedua bahu perawat . Bantu pasien untuk berdiri dan mundur ke belakang untuk duduk di kursi.

Melatih keseimbangan berdiri Sediakan cermin besar supaya pasien dapat melihat apakah berdirinya sudah tegak atau belum. Berikan kesempatan kepada pasien untuk berusaha berdiri sendiri semaksimal mungkin. Berdirilah dekat sisi pasien yang lumpuh untuk memberikan pererasaan aman padanya.

Latihan naik turun tangga Naik tangga dibantu penolong Penolong berdiri di belakang pasien. langkahkan kaki yng sehat terlebih dahulu sambil tangan berpegang pada pergelangan tangga, kemudian kaki lumpuh langkahkan pada anak tangga yang sama Turun tangga dibantu penolong Sambil berpegang pada pegangan tangga, langkahkan terlebih dahulu kaki yang lemah, kemudian diikuti kaki yang sehat. Penolong berdiri di depan pasien menghadap ke pasien.

Latihan berjalan menggunakan tongkat berkaki empat Posisi pasien berdiri tegak Anjurkan pasien untuk meletakkan tongkat di depannya agak kesamping Langkahkan kaki yang lemah terlebih dahulu diikuti kaki yang sehat Ulangi cara ini untuk belajar jalan selanjutnya.

Terima kasih

KEPUSTAKAAN Barr KP, Griggs M, Cadby T. 2005. Lumbar Stabilization, Core Concept And Current Literature, part 1: American Journal of Physical Medicine & Rehabilitation. Lippincott Williams & Wilkins : p.473-480 Brammer CM, Herring GM. 2002. Stroke Rehabilitation. In: Brammer CM, Spires MC. (ed). Manual of Physical Medicine and Rehabilitation. Philadelphia: Hanley & Belfus, Inc. 139-66. International Bobath Instructors Training Association. 2008. Theoretical assumptions and clinical practice. [Internet]. 2006 [updated 2008 September; cited 2011 May 10]. Available from http://ibita.org/pdf/assumptions-EN.pdf Irfan M. 2012. Fisioterapi bagi pasien Stroke. Yogyakarta: Graha Ilmu Knox V, Evans AL. 2002. Evaluation of the functional effects of a course of Bobath therapy in children with cerebral palsy: a preliminary study. Developmental Medicine & Child Neurology. 44: 447-460. Lennon S, Ashburn, A. 2000. The Bobath concept in stroke rehabilitation: a focus group study of the experienced physiotherapists' perspective. Disability and Rehabilitation. 22(15): 665-674. Panjabi M. 1992. The stabilising system of the spine: Part I, Function, dysfunction, adaptation and enhancement. Part II, Neutral zone and instability hypothesis. J Spinal Disord 5:383- 97 Raine S, Meadows L, Lynch-Ellerington M. 2009. Bobath Concept: Theory and Clinical Practice in Neurological Rehabilitation, Wiley-Blackwell Beck, C., Heacock, P, Rapp, C. & Mercer, S. 1993. Assisting cognitively impaired alders with activities of daily living. Am J of Alzheimer’s Care and Related Disorder and Research, 8(6): 11-20. Paffenbarger, R.S., Hyde, R.T., Wing, A.L., Lee, I.M., Jung, D.L. & Kampert, J.B. 1993. The association of changes in physical-activity level and other lifestyle characteristics with mortality among men. N Engl J Med, 328: 538–545. Bijnen, F.C.H., Caspersen, C.J., Feskens, E.J.M., Saris, W.H.M., Mosterd, W.L. & Kromhout, D. 1998. Physical activity and 10-year mortality from cardiovascular diseases and all causes, the Zutphen Elderly Study. Arch Intern Med, 158: 1499–1505. Wannamethee, S.G., Shaper, A.G. & Walker, M. 1998. Change in physical activity, mortality, and incidence of coronary heart disease in older men. Lancet, 351: 1603–1608. Spillman, B.C. 2004. Changes in Elderly Disability Rates and the Implications for Health Care Utilization and Cost. The Milbank Quarterly, 82(1): 157–194. Kalachea, A & Kickbusch, I. 1997. A Global Strategy for Healthy Ageing. World Health. (4) July-August: 4-5.