Sejarah Filsafat dari Timur Kelompok 9 : Mayang Irmayanti (160711614273) Ria Cahyaningrum Santoso (160711614276) Sulin Irma Rahayu (160711614339)
Filsafat ( zaman kuno ) di India (“anviksi” atau “darsana”=system) Filsafat ( zaman kuno ) di India (“anviksi” atau “darsana”=system).Agak berlainan dengan filsafat modern (barat). Filsafat timur lebih dikenal dengan “ngelmu” daripada “ilmu” lebih merupakan ajaran hidup yang bertujuan memaparkan bagaimana orang dapat mencapai kebahagiaan yang kekal. Dalam filsafat timur ada lima aliran yang paling berpengaruh yaitu : Hinduisme Buddisme Konfusianisme Taosime Islam
Sejarah filsafat dari timur terbagi menjadi 3, yaitu : Filsafat India Filsafat Cina Filsafat Negara-Negara Islam
Filsafat India India termasuk salah satu tonggak peradaban tertua di dunia dengan situsnya di sekitar lembah sungai Indus. Dari penemuan fosil-fosil, tampak bahwa di daerah itu terdapat dua tipe penduduk. Pertama, penduduk asli dengan ciri-ciri: Kulit gelap ( hampir mendekati hitam ) Kecil dan pendek Hidung lebar dan pesek dengan bibir tebal menonjol. Keturunan dari tipe ini sampai sekarang masih dapat kita jumpai diantara kasta rendah masyarakat India. Kedua, mereka yang sekuturunan dengan suku Mediteranian, ciri-cirinya : Kulit terang Tubuh langsing Hidung mancung Bermata lebar
Kedatangan bangsa arya menandai perubahan penting sejarah filsafat India. Gerak pemikiran filsafat India sudah dimulai pada zaman Weda dengan menjadikan alam semesta sebagai objek utama pembahasannya Manusia dipandang sebagai bagian kecil dari alam yang maha luas, sifat-sifat manusia identik dengan sifat alam ini. Manusia yang demikian tidak dapat berkonfrontasi dengan alam sehingga harus mengalah dengan alam, sehingga manusia lebih banyak menderita. Filsafat India sebagian besar bersifat mistis dan intuitif , dan baru berubah saat mulai berkenalan dengan filsafat barat. Ada tujuh ciri umum dari filsafat India : Motif spiritual yang mendasarinya. Sikap introspektif. Mengakui hubungan erat antara hidup dengan filsafat. Idealis Memberikan peran sentral intuisi. Mengakui otoritas. Tendensi untuk mendekati berbagai aspek pengalaman dan realitas dengan pendekatan sintesis.
Filsafat Cina Dilihat dari sejarahnya filsafat Cina dibagi kedalam 4 periode besar, yaitu : Zaman Klasik Zaman permulaan filsafat Cina dikenal dengan nama seratus sekolah, yang terpenting ada enam sekolah yaitu Konfusiaisme (bangsa ilmuwan), Taoisme (rahib-rahib), Yin-Yang (ahli-ahli magis), Maoisme (Kaum Ksatria), Dialetik (Para Pendebat), dan Legalisme (Ahli-ahli politik). 2. Zaman Neotaoisme dan Buddhisme Zaman ini dimulainya penafsiran baru terhadap konsep tao, dikembangkan oleh Wong Pi dan Hiang Hsiu. Dalam waktu yang bersamaan dating agama Budha yang mengreinterpretasi terhadap pemikiran-pemikiran Hindu.
3. Zaman Neokonfusiaisme Konfusiaisme klasik menjadi ajaran filsafat terpenting, Buddhisme melalaikan tiga hal yang sangat penting dalam Cina yaitu Kepentingan dunia ini, kepentingan hidup berkeluarga, dan Kemakmuran material yang merupakan nilai-nilai tradisonal dalam Cina. Sehingga pada Zaman ini, ajaran Buddhisme dianggap asing oleh orang Cina. 4. Zaman Modern Bangsa barat banyak yang masuk ke Cina, yang petama adalah Portugis. Pada pertengah abad ke-19 banyak bermunculan perang saudara dan pemberontakan-pemberontakan terhadap bangsa barat. Dengan pemberontakan-pemberontakan yang muncul itu merefleksikan bahwa kebudayaan Barat tidak memiliki akes ke Cian dengan mudah, kedatangan bangsa Barat menjadikan Cina ingin berfilosofi mengembalikan lagi tradisi- tradisi Cina yang asli.
Filsafat Negara-Negara Islam Filsafat ini mencakup berbagai Negara yang amat luas, pembahasn filsafat islam meliputi berbagai persoalan alam semesta dan bermacam masalah manusia atas dasar ajaran-ajaran agama yang turun bersama dengan agama islam. Dari pihak umat Islam timbul satu golongan yang melihat bahwa serangan itu tidak dapat ditangkis kecuali dengan memakai argumen-argumen filosofis pula. Untuk itu mereka pelajari filsafat dan ilmu pengetahuan Yunani.Kedudukan akal yang tinggi dalam pemikiran Yunani mereka jumpai sejalan dengan kedudukan akal yang tinggi dalam al-Qur'an dan Sunnah Nabi. Dengan demikian timbullah di panggung sejarah pemikiran Islam teologi rasional yang dipelopori kaum Mu'tazilah. Teologi rasional Mu'tazilah inilah, dengan keyakinan akan kedudukan akal yang tinggi, kebebasan manusia dalam berfikir serta berbuat dan adanya hukum alam ciptaan Tuhan, yang membawa pada perkembangan Islam, bukan hanya filsafat, tetapi juga sains, pada masa antara abad ke VIII dank ke XIII M. Ketika filsafat bersentuhan dengan Islam maka yang terjadi bahwa filsafat terinspirasi oleh pokok-pokok persoalan yang bermuara pada sumber-sumber Wahyu Islam. Semua filosof muslim seperti al Kindi, al Farabi, Ibn Sina, Mulla Sadra, Suhrawardi dan lain sebagainya hidup dan bernafas dalam realitas Al Quran dan Sunnah. Kehadiran Al Quran dan Sunnah telah mengubah pola berfilsafat dalam konteks Dunia Islam. Realitas dan proses penyampaian Al Quran merupakan perhatian utama para pemikir Islam dalam melakukan kegiatan berfilsasfat.
Al-Kindi merupakan seorang Aristotelian, ia mengartikan filsafat sebagai pola pikir manusia untuk lebih mengetahui dirinya, dari pengertian tersebut al-Kindi berusaha lebih “mengetahui dirinya sendiri” yang kemudian ia jadikan sebagai cara atau alat untuk lebih mengetahui hal-hal yang sifatnya lebih besar, misalnya tentang lingkungan sekitarnya tempat ia berdiam, adat istiadat, alam ciptaan yang mana karenanya manusia diciptakan. Dari semua itu al-Kindi semata-mata bertujuan untuk lebih mengetahui bahwasanya di balik semua ini ada dzat yang merupakan pencipta atau penggagas keseluruhan dimuka bumi yaitu Allah SWT. Filsafat al-Kindi juga mengarah kepada al-Ilmu al-Insani Wa Ilmu al-Ilâhi, yang mana bagi al-Kindi filsafat merupakan segala upaya untuk menyerupai segala perbuatan Tuhan sesuai dengan batas kemampuan manusia. Sehingga dari pengertian tersebut al-Kindi mengatakan bahwa seorang filosof adalah sosok yang menjadikan kesempurnaan dan kemuliaan Tuhan sebagai contoh atau sandaran utama. Dengan demikian seorang filosof berusaha sekuat tenaga untuk menyerupai keutamaan dan keunggulan Tuhan sehingga pada akhirnya mereka menjadi manusia sempurna/supermen (manusia super).Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa al-Kindi merupakan filosof yang mengatakan bahwa filsafat adalah larutan pewarna agama yang dengan demikian secara sekilas ada korelasi atau keterkaitan antara agama dan filsafat. Pola filsafat al-Kindi yang menyatukan antara agama dan filsafat, senada dengan filosof yunani yaitu Arestoteles.
Selanjutnya yaitu al-Farabi yang merupakan al-Muallim al-Tsani yang mempunyai nama lengkap Abu Nasr al-Faraby. Al-farabi memaknai filsafat sebagai ilmu yang mengkaji tentang alam fisika sebagaimana keberadaannya. Ia juga mengatakan bahwa tujuan filsafat adalah untuk mengetahui Tuhan sebagai Dzat yang Esa dan tidak digerakkan dan Tuhan merupakan sebab utama bagi segala sesuatu. Filsafat al-Farabi sedikit banyak dipengaruhi oleh Arestoteles yang mana ia juga mengatakan bahwa adanya Tuhan adalah yang menggerakkan dan tidak digerakan, dalam hal ini filsafat al-Farabi lebih ditekankan pada disiplin ilmu filsafat (analisis filsafat). Filosof ketiga dari filosof masa pertengahan adalah Ibnu Shina, yaitu sekitar tahun 370H, ia terkenal dengan sebutan "al-syeikh al-raîs". Ibnu Sina memaknai filsafat sebagai kreativitas pemikiran yang denganya manusia memperoleh berbagai pengetahun tentang dirinya. Sehingga dengan pengetahuan dirinya tersebut manusia bisa menentukan segala amal perbuatan yang seharusnya ia lakukan untuk menjadikan dirinya sebagai manusia yang mulia, logis sesuai dengan alam fisika dan menyiapkan diri untuk meraih kebahagian di akhirat sesuai dengan batas kemampuan manusia. Dengan pengertian tersebut, maka Ibnu Sina adalah seorang filosof yang berusaha menyatukan antara analisa filsafat dan aplikasinya.
THANK YOU