KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN KESEHATAN Dr. Ahsan, S.Kp, M.Kes
1. Pengertian Komunikasi Komunikasi merupakan proses kompleks yg melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dg orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan Perry (1993), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik. Komunikasi interpersonal adalah interaksi yg terjadi antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam keperawatan. Komunikasi interpersonal yg sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal.
2. Prinsip-prinsip Komunikasi (Carl Rogers) Perawat harus mengenal dirinya sendiri Komunikasi harus ditandai dg sikap saling menerima, percaya, menghargai Perawat harus memahami, menghayati nilai yg dianut oleh pasien Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien, baik fisik maupun mental Perawat harus dapat menciptakan suasana yg nyaman dan aman bagi pasien Kejujuran dan terbuka Mampu sbg role model Altruisme Bertanggung jawab
3. Komponen-komponen dalam Komunikasi Sender (pemberi pesan): Receiver (penerima pesan): Pesan : informasi yg diterima, bisa berupa kata, ide atau perasaan. Media: metode yg digunakan dalam pesan yaitu kata, bisa dg cara ditulis, diucapkan, diraba, dicium. Umpan balik: penerima pesan memberikan informasi/ pesan kembali kepada pengirim pesan dalam bentuk komunikasi yg efektif.
Komunikasi menjadi penting karena : Sarana terbina hubungan yg baik antara pasien &nakes Melihat perubahan perilaku yg terjadi pada individu atau pasien Kunci keberhasilan tindakan kes yg telah dilakukan Tolok ukur kepuasan pasien Tolak ukur komplain tindakan dan rehabilitasi
Prinsip komunikasi yg penting Komunikasi bukanlah benda, ia sebuah proses Komunikasi bersifat kompleks Komunikasi tidak dapat digantikan Komunikasi melibatkan keterlibatan yg total dari kepribadian kita
Faktor yg Mempengaruhi Komunikasi a.Situasi/suasana Situasi/suasana yg hiruk pikuk atau penuh kebisangan akan mempengaruhi baik/tidaknya pesan diterima oleh komunikan, suara bising yg diterima komunikan saat proses komunikasi berlangsung membuat pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima. Proses komunikasi dilaksanakan, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa supaya tenang dan nyaman. Komunikasi yg berlangsung dan dilakukan pada waktu yg kurang tepat mungkin diterima dg kurang tepat pula.
b.Kejelasan pesan Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan yg kurang jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara komunikan dan komunikator dapat berbeda persepsi ttg pesan yg disampaikan. Hal ini akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan komunikasi yg dijalankan. komunikator harus memahami pesan sebelum menyampaikannya pada komunikan, dapat dimengerti dan menggunakan artikulasi dan kalimat yg jelas.
Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan Manusia makhluk sosial tentunya selalu memerlukan orang lain dalam menjalankan dan mengembangkan kehidupannya. Hubungan dg orang lain akan terjalin bila setiap individu melakukan komunikasi diantara sesamanya. Kepuasan dan kenyamanan serta rasa aman yg dicapai oleh individu dalam berhubungan sosial dg orang lain merupakan hasil dari suatu komunikasi. Komunikasi dalam hal ini menjadi unsur terpenting dalam mewujudkan integritas diri setiap manusia sbg bagian dari sistem sosial. Komunikasi yg terjadi dalam kehidupan sehari-hari memberikan dampak yg sangat penting dalam kehidupan, baik secara individual maupun kelompok. Komunikasi yg terputus akan memberikan dampak pada buruknya hubungan antar individu atau kelompok. Tatanan klinik seperti RS dinyatakan sbg salah satu sistem dari kelompok sosial mempunyai kepentingan yg tinggi pada unsur komunikasi.
Konsumen Internal Konsumen internal melibatkan unsur hubungan antar individu yg bekerja di RS, baik hubungan secara horisontal ataupun hubungan secara vertikal. Hubungan yg terjalin antar tim multidisplin termasuk keperawatan, unsur penunjang lainnya, unsur adminitrasi sbg provider merupakan gambaran dari sisi konsumen internal. Sedangkan konsumen eksternal lebih mengarah pada sisi menerima jasa pelayanan, yaitu klien baik secara individual, kelompok, keluarga maupun masyarakat yg ada di RS sakit. Seringkali hubungan buruk yg terjadi pada suatu RS, diprediksi penyebabnya adalah buruknya sistem komunikasi antar individu yg terlibat dalam sistem tersebut.
Penyebab Komunikasi yg buruk Ellis (2000) menyatakan jika hubungan terputus atau menjadi sumber stres, pada umumnya yg ditunjuk sebagai penyebabnya adalah komunikasi yg buruk. Hal ini terjadi beberapa sebab diantaranya adalah: Lemahnya pemahaman mengenai penggunaan diri secara terapeutik saat melakukan intraksi dg klien. Kurangnya kesadaran diri para perawat dalam menjalankan komunikasi dua arah secara terapeutik. Lemahnya penerapan sistem evaluasi tindakan (kinerja) individual yg berdampak thd lemahnya pengembangan kemampuan diri sendiri.
KOMUNIKASI INTERPERSONAL Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yg terjatara dua individu atau lebih dan pesan berisi verbal maupun non verbal. Komunikasi ini sering digunakan dalam kegiatan sehari-hari dan penting untuk kehidupan sosial, dg tujuan: Dapat untuk bertukar pikiran Dapat membantu menyelesaikan masalah Dapat membantu membuat keputusan Dapat melakukan tindakan yg sesuai dg kehidupannya
Komunikasi interpersonal dipengaruhi faktor thd isi pesan dan sikap penyampaian pesan antara lain: Perkembangan : Pada prinsipnya dalam berkomunikasi yg perlu diperhatikan adalah siapa yg diajak berkomunikasi. Persepsi : Persepsi adalah pandangan personal thd suatu kejadian. Persepsi dibentuk oleh harapan dan pengalaman.. Nilai : Nilai adalah standar yg mempengaruhi perilaku sehingga sangat penting bagi pemberi pelayanan kesehatan untuk menyadari nilai seseorang. Latar belakang budaya :Gaya berkomunikasi sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya inilah yg akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi.
Lanjutan Emosi : Emosi adalah perasaan subjektif tentang suatu peristiwa. Pengetahuan : Komunikasi akan sulit dilakukan jika orang yg kitan ajak berkomunikasi memiliki tingkat pengetahuan yg berbeda. Peran : Gaya komunikasi harus di sesuaikan dg peran yg sedang kita lakukan. Tatanan interaksi : Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika dilakukan dalam lingkungan yang menunjang.
Hambatan psikologis dalam proses komunikasi: Adanya perbedaan persepsi Terlalu cepat menyimpulkan Adanya pandangan stereotipe Kurangnya pengetahuan Kurangnya minat Sulit mengekspresikan diri Adanya emosi Adanya tipe kepribadian tertentu
KOMUNIKASI NON VERBAL Bila diamati dalam kehidupan sehari-hari kadang-kadang kita menggunakan bahasa tubuh dalam melakukan komunikasi. Mungkin penggunaan bahasa tubuh dalam berkomunikasi bisa dg disengaja ataupun tidak disengaja. Hal ini akan berpengaruh pada pesan yg disampaikan sehingga pesan dg menggunakan bahasa tubuh tersebut dapat diterima kadangkala juga tidak. Tetapi pada dasarnya komunikasi menggunakan bahasa tubuh lebih mudah diterima dan dicerna oleh penerima pesan dibandingkan dg komunikasi verbal. Hal ini didukung dari hasil penelitian yg menunjukkan 55% menggunakan bahasa tubuh atau dari ekspresi tubuh 38% dari nada suara 7% dari kata-kata yg diungkapkan
Lanjutan Jika melihat pada hasil penelitian maka komunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh atau yg dikenal dg komunikasi non verbal sangat berperan penting dalam penerimaan pesan yg disampaikan. Komunikasi non verbal juga secara tidak sengaja dapat menimbulkan motivasi dan indikasinya lebih akurat dari kata yg disampaikan seseorang dengan hal yg diucapkan. Yg dimaksud komunikasi non verbal adalah isyarat, tekanan suara, pergerakan tubuh, ekspresi wajah, dan penampilan fisik.
Bahasa non verbal dikatagorikan, diamati menjadi 4 (empat) Penampilan fisik, lebih pada ke arah pandangan seseorang thd orang lain. penampilan seseorang meliputi karakteristik fisik dan cara berpakaian. Pakaian dan perhiasan atau dandanan merupakan sumber informasi ttg seseorang. Jarak, prinsipnya setiap orang punya jarak untuk berkomunikasi tergantung pada kenyamanan dan kedekatan hubungannya. Jarak merupakan isyarat yg umum digunakan saat melakukan hubungan antara dua orang Gerakan tubuh, adalah gerakan tangan, gerakan kaki, gerakan kepala, ekspresi wajah (misalnya tersenyum), kontak mata dan postur tubuh. Sentuhan merupakan kecepatan dari individu dan tindakan. Kemungkinan pesan yg disampaikan dalam bentuk nonverbal (Smith et al, 1997).
Pemahaman Kolaborasi Pemahaman mengenai prinsip kolaborasi dapat menjadi kurang berdasar jika hanya dipandang dari hasilnya saja. Pembahasan bagaimana proses kolaborasi itu terjadi justru menjadi point penting yg harus disikapi. Bagaimana masing-masing profesi memandang arti kolaborasi harus dipahami oleh kedua belah pihak sehingga dapat diperoleh persepsi yg sama. Seorang dokter saat menghadapi pasien pada umumnya berfikir, “ Apa diagnosa pasien ini dan perawatan apa yg dibutuhkannya “ pola pemikiran seperti ini sudah terbentuk sejak awal proses pendidikannya.
Trend dan Issu Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan Hubungan perawat dg adalah satu bentuk hubungan interaksi yg telah cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perspektif yg berbeda dalam memendang pasien, dalam prakteknya menyebabkan munculnya hambatan teknik dalam melakukan proses kolaborasi. Kendala psikologi keilmuan dan individual, factor sosial, serta budaya menempatkan kedua profesi ini memunculkan kebutuhan akan upaya kolaborsi yg dapat menjadikan keduanya lebih solid dg semangat kepentingan pasien. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak aspek positif yg dapat timbul jika hubungan kolaborasi dokter dg perawat berlangsung baik.
Anggota Tim Interdisiplin Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok profesional yg mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik. Anggota tim kesehatan meliputi: pasien, perawat, dokter, fisioterapi, pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim kolaborasi hendaknya memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai antar sesama anggota tim. Perawat sebagai anggota membawa perspektif yg unik dalam interdisiplin tim. Perawat menfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek profesi kesehatan lain. Perawat berperan sbg penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan.
Produktifitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner dapat digunakan untuk mencapai tujuan kolaborasi team: Memberikan pelayanan kesehatan yg berkualitas dg menggabungkan keahlian unik professional Produktifitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya Meningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas Meningkatnya kohensifitas antar professional Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan memahami orang lain.
KOMUNIKASI TERAPEUTIK A. Pengertian Komunikasi yg dilakukan seorang perawat saat melakukan intervensi keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan pasien. Perawat harus meningkatkan pengetahuan, kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik agar kebutuhan, kepuasan pasien dapat dipenuhi. Northouse (1998) sbg kemampuan/keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi thd stres, mengatasi gangguan psikologis, belajar bagaimana berhubungan dg orang lain. Stuart G.W (1998) merupakan hubungan interpersonal antara perawat, klien, dalam hubungan ini perawat, klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien. S.Sundeen (1990) hubungan kerjasama yg ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran, pengalaman dalam membina hubungan intim yg terapeutik.
Beberapa pengertian diatas komunikasi terapeutik adalah komunikasi yg memiliki makna terapeutik bagi klien dan dilakukan oleh perawat (helper) untuk membantu klien mencapai kembali kondisi yg adaptif dan positif.
C. Tujuan Realisasi diri, penerimaan diri, peningkatan penghormatan diri. Kemampuan membina hubungan interpersonal yg tidak superfisial, saling bergantung dg orang lain. Peningkatan fungsi, kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yg realistis. Rasa identitas personal yg jelas dan peningkatan integritas diri.
D. Unsur-unsur Komunikasi Terapeutik Penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan baik secara verbal maupun non verbal, Menggunakan media atau tidak. Pesan yg diterima oleh komunikan kemudian akan diproses oleh komunikan, proses ini disebut dg decoding. Proses encoding (transformasi informasi menjadi sebuah bentuk pesan yg dapat disampaikan kepada orang lain) dalam dirinya Menyampaikan umpan balik (feedback) thd pesan yg diterimanya.
E. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik Meningkatkan pemahaman, membantu terbentuknya hubungan yg konstruktif diantara perawat-klien. Mempunyai tujuan membantu klien mencapai suatu tujuan dalam asuhan keperawatan. Hubungan perawat-klien hubungan terapeutik yg saling menguntungkan, didasarkan prinsip ‘humanity of nurses and clients’. Hubungan ini tidak hanya sekedar hubungan seorang penolong (helper/perawat) dg kliennya, tetapi hubungan antara manusia yg bermartabat (Dult-Battey,2004). Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan karakter, memahami perasaan, perilaku klien, melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya, keunikan setiap individu. Dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan, perawat harus mampu menjaga harga dirinya,harga diri klien. Menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust) harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan, memberikan alternatif pemecahan masalah (Stuart,1998).
Hubungan Perawat dan Klien/Helping Relationship Salah satu karakteristik dasar dari komunikasi yaitu ketika seseorang melakukan komunikasi thd orang lain maka akan tercipta suatu hubungan diantara keduanya, selain itu komunikasi bersifat resiprokal dan berkelanjutan. Hal inilah yg pada akhirnya membentuk suatu hubungan ‘helping relationship’. hubungan yg terjadi diantara dua (atau lebih) individu maupun kelompok yg saling memberikan, menerima bantuan / dukungan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sepanjang kehidupan. Pada konteks keperawatan hubungan yg dimaksud hubungan antara perawat- klien. Ketika hubungan antara perawat, klien terjadi, perawat sbg penolong (helper) membantu klien sbg orang yg membutuhkan pertolongan, untuk mencapai tujuan yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar manusia klien.
Tidak membingungkan dan cukup ekspresif Bersikap positif Menurut Roger dalam Stuart G.W (1998), karakteristik seorang helper (perawat) yg dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yg terapeutik, : Kejujuran Tidak membingungkan dan cukup ekspresif Bersikap positif Empati bukan simpati Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien Menerima klien apa adanya Sensitif terhadap perasaan klien Tidak mudah terpengaruh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri
G. Tahapan Komunikasi Terapeutik Stuart G.W, 1998 1. Tahap Persiapan/Pra-interaksi Menggali perasaan, menilik dirinya dg cara mengidentifikasi kelebihan, kekurangannya. Mencari informasi ttg klien sbg lawan bicaranya. Merancang strategi untuk pertemuan pertama dg klien. Tahapan ini dilakukan dg tujuan mengurangi rasa cemas atau kecemasan yg mungkin dirasakan perawat sebelum melakukan komunikasi terapeutik dg klien. Kecemasan yg dialami seseorang dapat sangat mempengaruhi interaksinya dg orang lain Hal ini disebabkan oleh adanya kesalahan dalam menginterpretasikan apa yg diucapkan oleh lawan bicara. Perawat merasa cemas, dia tidak akan mampu mendengarkan apa yg dikatakan klien dg baik sehingga tidak mampu melakukan active listening (mendengarkan dg aktif dan penuh perhatian).
2. Tahap Perkenalan/Orientasi Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dg klien dilakukan. Tujuan tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yg telah dibuat sesuai dg keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yg telah lalu. Tugas perawat dalam tahapan ini adalah: Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan,komunikasi terbuka. Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, topik pembicaraan) bersama-sama dg klien, menjelaskan atau mengklarifikasi kembali kontrak yg telah disepakati bersama. Menggali pikiran, perasaan, mengidentifikasi masalah klien yg umumnya dilakukan dg menggunakan teknik komunikasi pertanyaan terbuka. Merumuskan tujuan interaksi dg klien. Sangat penting bagi perawat untuk melaksanakan tahapan ini dg baik karena tahapan ini merupakan dasar bagi hubungan terapeutik antara perawat dan klien.
3. Tahap Kerja Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik Tahap yg terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena didalamnya perawat dituntut membantu, mendukung klien menyampaikan perasaan, pikirannya, menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan non verbal yg disampaikan oleh klien. Perawat mendengarkan secara aktif, dg penuh perhatian sehingga mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah yg sedang dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya. Akhir tahap ini, perawat diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dg klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan, menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, membantu perawat, klien memiliki pikiran, ide yg sama Penarikan kesimpulan oleh perawat maka klien dapat merasakan keseluruhan pesan atau perasaan yg telah disampaikannya diterima dg baik, benar-benar dipahami perawat.
4. Tahap Terminasi Terminasi merupakan akhir pertemuan perawat dan klien. dibagi dua yaitu terminasi sementara, terminasi akhir Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan bertemu kembali pada waktu yg berbeda sesuai dg kontrak waktu yg telah disepakati bersama. Terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah menyelesaikan seluruh proses keperawatan. Tugas perawat dalam tahap ini adalah: Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yg telah dilaksanakan (evaluasi objektif). Brammer dan McDonald (1996) menyatakan meminta klien untuk menyimpulkan ttg apa yg telah didiskusikan merupakan sesuatu yg sangat berguna pada tahap ini. Melakukan evaluasi subjektif dg cara menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi dg perawat. Menyepakati tindak lanjut interaksi yg telah dilakukan. Tindak lanjut yg disepakati harus relevan dg interaksi yg baru saja dilakukan atau dg interaksi yg akan dilakukan selanjutnya. Tindak lanjut dievaluasi dalam tahap orientasi pada pertemuan berikutnya.
H. Sikap Dalam Melakukan Komunikasi Terapeutik Berikut tindakan/sikap yg dilakukan ketika menunjukkan kehadiran secara fisik : Berhadapan dg lawan bicara : Dg posisi ini perawat menyatakan kesiapannya (“saya siap untuk anda”). Sikap tubuh terbuka; kaki dan tangan terbuka (tidak bersilangan) Sikap tubuh yg terbuka menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk mendukung terciptanya komunikasi. Menunduk/memposisikan tubuh kearah/lebih dekat dg lawan bicara, Hal ini menunjukkan perawat bersiap untuk merespon dalam komunikasi (berbicara-mendengar). Pertahankan kontak mata, sejajar, dan natural, Dg posisi mata sejajar perawat menunjukkan kesediaannya untuk mempertahankan komunikasi. Bersikap tenang, Akan lebih terlihat bila tidak terburu-buru saat berbicara dan menggunakan gerakan/bahasa tubuh yg natural.
Macam-macam Teknik Komunikasi Stuart dan Sundeen tahun 1995, Mendengar aktif; Konsentrasi aktif, persepsi terhadap pesan orang lain yg menggunakan semua indra, Mendengar pasif; Mendengar pasif adalah kegiatan mendengar dg kegiatan non verbal untuk klien. Misalnya dg kontak mata, menganggukkan kepala, juga keikutsertaan secara verbal Penerimaan: mendukung, menerima informasi dg tingkah laku yg menunjukkan ketertarikan, tidak menilai. Penerimaan bukan berarti persetujuan. Menunjukkan penerimaan berarti kesediaan mendengar tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan.
Lanjutan 4. Klarifikasi; Klarifikasi sama dg validasi yaitu menanyakan kepada klien apa yg tidak dimengerti perawat thd situasi yg ada. Klarifikasi dilakukan apabila pesan yg disampaikan oleh klien belum jelas bagi perawat, perawat mencoba memahami situasi yg digambarkan oleh klien. 5. Fokusing; adalah kegiatan komunikasi yg dilakukan untuk membatasi area diskusi sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti
6. Observasi; Observasi merupakan kegiatan mengamati klien/orang lain. Observasi dilakukan apabila terdapat konflik antara verbal dan non verbal klien dan saat tingkah laku verbal dan non verbal nyata dan tidak biasa ada pada klien, Observasi dilakukan sedemikian rupa sehingga klien tidak menjadi malu atau marah. 7. Menawarkan informasi; Menyediakan tambahan informasi dg tujuan untuk mendapatkan respon lebih lanjut. Beberapa keuntungan dari menawarkan informasi akan memfasilitasi komunikasi, mendorong pendidikan kes., memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan, Penahanan informasi pada saat klien membutuhkan akan mengakibatkan klien tidak percaya. Hal yg tidak boleh dilakukan adalah menasehati klien pada saat memberikan informasi.
7. Menawarkan informasi; Menyediakan tambahan informasi dg tujuan untuk mendapatkan respon lebih lanjut. Beberapa keuntungan dari menawarkan informasi akan memfasilitasi komunikasi, mendorong pendidikan kes., memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan, Penahanan informasi pada saat klien membutuhkan akan mengakibatkan klien tidak percaya. Hal yg tidak boleh dilakukan adalah menasehati klien pada saat memberikan informasi.
Lanjutan 8. Diam (memelihara ketenangan); Dilakukan dg tujuan mengorganisir pemikiran, memproses informasi, menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk menunggu respon. Kediaman ini akan bermanfaat pada saat klien mengalami kesulitan untuk membagi persepsinya dg perawat. Diam tidak dapat dilakukan dalam waktu yg lama karena akan mengakibatkan klien menjadi khawatir. Diam dapat juga diartikan sbg mengerti, atau marah. Diam disini juga menunjukkan kesediaan seseorang untuk menanti orang lain agar punya kesempatan berpikir, meskipun begitu diam yg tidak tepat menyebabkan orang lain merasa cemas.
Lanjutan 9. Assertive: Assertive adalah kemampuan dg secara meyakinkan, nyaman mengekspresikan pikiran, perasaan diri dg tetap menghargai hak orang lain, 10. Menyimpulkan; Membawa poin-poin penting dari diskusi untuk meningkatkan pemahaman. Memberi kesempatan mengklarifikasi komunikasi agar sama dg ide dalam pikiran, 11. Giving recognition (memberikan pengakuan/ penghargaan); Memberi penghargan merupakan tehnik untuk memberikan pengakkuan dan menandakan kesadaran,
Lanjutan 12. Offering Sel (menawarakan diri); Menawarkan diri adalah menyediakan diri anda tanpa respon bersyarat atau respon yg diharapkan, 13. Offering general leads (memberikan petunjuk umum); Mendukung klien untuk meneruskan, 14. Giving broad opening (memberikan pertanyaan terbuka): Mendorong klien untuk menyeleksi topik yg akan dibicarakan. Kegiatan ini bernilai terapeuitik apabila klien menunjukkan penerimaan, nilai dari inisiatif klien , menjadi non terapeutik apabila perawatan mendominasi interaksi, menolak respon klien,
Lanjutan 15. Placing the time in time/sequence (penempatan urutan/waktu); Melakukan klarifikasi antara waktu dan kejadian atau antara satu kejadian dg kejadian lain. Teknik bernilai terapeutik apabila perawat dapat mengeksplorasi klien dan memahami masalah yg penting. Tehnik ini menjadi tidak terapeutik bila perawat memberikannasehat, meyakinkan atau tidak mengakui klien. 16. Encourage deskripition of perception (mendukung deskripsi dari persepsi); Meminta kepada klien mengungkapkan secara verbal apa yg dirasakan atau diterima, 17. Encourage Comparison (mendukung perbandingan); Menanyakan kepada klien mengenai persamaan atau perbedaan
Lanjutan 18. Restating (mengulang) adalah pengulangan pikiran utama yg diekspresiakn klien, 19. Reflekting (Refleksi): Digunakan pada saat klien menanyakan pada perawat penilaian atau kesetujuannya. Tehnik ini akan membantu perawat tetap memelihara pendekatan yg tidak menilai, 20. Eksploring (Eksporasi); Mempelajari suatu topik lebih mendalam 21. Presenting reality (menghadikan realitas/kenyataan); Menyediakan informasi dg perilaku yg tidak menilai 22. Voucing doubt (menunjukkan keraguan); Menyelipkan persepsi perawat mengenai realitas. Tehnik ini digunakan dg sangat berhati-hati dan hanya pada saat perawat merasa yakin ttg suatu yg detil. Ini digunakan pada saat perawat ingin memberi petunjuk pada klien mengenai penjelasan lain
Lanjutan 23. Seeking consensual validation; Pencarian pengertian mengenai komunikasi baik oleh perawat maupun klien. Membantu klien lebih jelas thd apa yg mereka pikirkan. 24. Verbalizing the implied: Memverbalisasikan kata-kata yg klien tunjukkan atau anjuran. 25. Encouraging evaluation (mendukung evaluasi): Perawat membantu klien mempertimbangkan orang dan kejadian kedalam nilai dirinya 26. Attempting to translate into feeling (usaha menerjemahkan perasaan); Membantu klien untuk mengidentifikasi perasaan berhubungan dg kejadian atau pernyataan .
Lanjutan 27. Suggesting collaborating (menganjurkan kolaborasi): Penekanan kegiatan kerja dg klien tidak menekan melakukan sesuatu untuk klien. Mendukung pandangan bahwa terdapat kemungkinan perubahan melalui kolaborasi. 28. Encouragingformulation of plan of action (mendukng terbentuknya rencana tindakan): Memberikan kesempatan pada klien untuk mengantisipasi alternative dari tindakan untuk masa yg akan datang. 29. Estabilising guidelines (menyediakan petunjuk); Statemen yg menunjukkan peran, tujuan dan batasan untuk interaksi. Hal ini akan menolong klien untuk mengetahui apa yg dia harapkan dari dirinya.
Lanjutan 30. Open- ended comments (komentar terbuka-tertutup): Komentar secara umum untuk menentukan arah dari interaksi yg seharusnya dilakukan. Hal ini akan mengijinkan klien untuk memutuskan apa topik/materi yg paling relevan, mendukung klien untuk meneruskan interaksi. 31. Reducing distant (penurunan jarak); Menurunkan jarak fisik antara perawat dank lien. Hal ini menunjukkan komunikasi non verbal dimana perawat ingin terlibat dg klien. 32. Humor; sbg hal yg penting dalam komunikasi verbal dikarenakan: tertawa mengurangi keteganan dan rasa sakit akibat stress, serat meningkatkan keberhasilan asuhan keperawatan .
PENUTUP Komunikasi terapeutik merupakan tanggung jawab moral seorang perawat. Komunikasi terapeutik bukanlah hanya salah satu upaya yg dilakukan oleh perawat untuk mendukung proses keperawatan yg diberikan kepada klien. Untuk dapat melakukannya dg baik dan efektif diperlukan latihan dan pengasahan keterampilan berkomunikasi sehingga efek terapeutik yg menjadi tujuan dalam komunikasi terapeutik dapat tercapai. Ketika seorang perawat berusaha untuk mengaplikasikan pengetahuan yg ia miliki untuk melakukan komunikasi terapeutik, ia pada akhirnya akan menyadari bahwa komunikasi terapeutik yg ia lakukan tidak hanya memberikan khasiat terapeutik bagi pasiennya tetapi juga bagi dirinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA Fortinas, K.M. and Worret, P.A.H. (2004). Psychiatic mental health nursing. Third edition. St. Louis: Mosby. Potter and Perry’s. (2001). Fundamental of nursing. Australia: St. Louis, Missouri. Stuart, G.W., and Laraia, M.T. (2001). Principles and practice of psychiatric nursing. Seventh edition. St. Louis: Mosby Inc.