PENDEKATAN OPEN ENDED
Landasan Pengembangan Pendekatan Open Ended Pendekatan open-ended dikembangkan sebagai reaksi atas pendidikan matematika sekolah saat itu yang aktifitas kelasnya disebut sebagai issei jugyou (frontal teaching), dimana guru menjelaskan konsep baru di depan kelas kepada siswanya, kemudian memberikan contoh soal untuk menyelesaikan beberapa soal rutin. Soal rutin yang biasa diberikan pada siswa sebagai latihan atau tugas selalu berorientasi pada tujuan akhir, yakni jawaban yang benar. Akibatnya proses atau prosedur yag dilakukan siswa kurang mendapat perhatian guru. Untuk mengetahui kemampuan matematika tingkat tinggi siswa, guru harus menelaah bagaimana siswa menggunakan segala sesuatu yang telah dipelajarinya dapat digunakan dalam mengatasi masalah yang dihadapinya. Dengan kata lain kreativitas dan pola pikir matematis siswa akan muncul secara simultan. Namun dalam tes yang menggunakan close problem hal itu tidak akan muncul. Pendekatan ini lahir dari hasil penelitian yang dilakukan Sigeru Simada, Toshio Sawada, Yoshiko Yashimoto, dan Kenichi Sibuya
Prinsip Pembelajaran Open Ended Jenis masalah yang digunakan dalam pembelajaran open-ended adalah masalah yang bukan rutin yang bersifat terbuka, sedangkan dasar keterbukaannya (openness) dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tipe yaitu, 1. Process is open. Proses terbuka maksudnya adalah tipe soal yang diberikan mempunyai banyak cara penyelesaianyang benar. 2. End Process are open. Hasil akhir yang terbuka maksudnya tipe soal yang diberikan mempunyai jawaban benar yang banyak (multiple). 3. Ways to develop are open. Cara pengembang lanjutannya terbuka yaitu, ketika siswa telah menyelesaikan masalahnya, mereka dapat mengembangkan masalah baru dengan mengubah kondisi dari masalah yang pertama (asli).
Contoh Masalah Open Ended Tiga tim A, B dan C mengikuti perlombaan marathon. Setiap tim terdiri dari 10 pelari. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut. Coba kalian pikirkan manakah tim yang menjadi juara pada perlombaan tersebut! Tentukan bagaimana cara menentukan pemenangnya! Rangking pelari Tim pelari ABACBBCACCCBAAB Rangking pelari Tim pelari BCACBCBBACAAACB
Tipe Masalah Shimada & Becker mengemukakan bahwa secara umum terdapat tiga tipe masalah yang dapat diberikan, yakni menemukan hubungan, pengklasifikasian, dan pengukuran. 1. Menemukan Hubungan. Siswa diberikan fakta-fakta kemudian siswa dapat menemukan beberapa aturan atau hubungan yang matematis. Contoh: Tabel di atas menunjukkan catatan 5 tim sepak bola. Coba kamu cari pengaitan atau aturan yang menghubungkan aturan nilai-nilai pada kolom-kolom tersebut. Tuliskan cara atau strategi penyelesaiannya.
2. Mengklasifikasi. Siswa ditanya untuk mengklasifikasi yang didasarkan atas karaktersitik yang berbeda dari beberapa objek tertentu untuk memformulasi beberapa konsep matematika. Contoh: Pilih satu atau lebih bangun yang memiliki ciri atau karakteristik yang sama dengan dengan bangun B dan tuliskan ciri-ciri yang sama tersebut!
3. Pengukuran. Siswa diminta untuk menentukan ukuran-ukuran numerik dari suatu kejadian tertentu. Siswa diharapkan menggunakan pengetahuan dan ketrampilan matematika yang telah dipelajarinya. Contoh: Tiga orang siswa melemparkan lima buah kelereng, yang hasilnya terlihat pada gambar di atas. Dalam permainan ini, pemenangnya adalah yang pencaran hasil lemparannya terkecil. Derajat pencaran dari A ke B menurun. Pikirkan beberapa cara yang dapat kamu lakukan untuk menentukan derajat pencaran.
Mengkonstruksi Masalah Berdasarkan penelitian di Jepang, telah ditemukan beberapa hal yang dapat dijadikan acuan dalam mengkonstruksi masalah, antara lain adalah: 1.Menyajikan pemasalahan melalui situasi fisik yang nyata. 2.Menyajikan soal-soal pembuktian yang dapat diubah menjadi berbagai rupa. 3.Menyajikan bentuk-bentuk atau bangun-bangun (geometri). 4.Menyajikan urutan bilangan atau tabel. 5.Memberikan beberapa contoh konkrit dalam beberapa kategori sehingga dapat mengelaborasi sifat-sifat dari contoh untuk menemukan sifat umum. 6.Memberikan beberapa latihan serupa kemudian siswa diminta untuk menemukan beberapa kesamaan sifat yang mungkin terjadi paling sedikit diantara dua soal yang diberikan.
Kelebihan Pendekatan Open Ended 1.Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya. 2.Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan matematika secara komprehensif. 3.Siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri. 4.Siswa secara intrinsic termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan. 5.Siswa memiliki banyak pengalaman untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.
Kelemahan Pendekatan Open Ended 1.Membuat dan menyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan mudah. 2.Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan. 3.Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.