PeRan sekolah dalam mengembangkan keberbakatan siswa
Masalah yang muncul ketika anak berbakat tidak merasa tertantang di sekolah: Mengganggu Tidak naik kelas Kehilangan semangat untuk berprestasiunderachiever Terkadang suka membolos, pasif, dan apatis terhadap sekolah (Roselli dalam Ormrod, 2007)
Komponen sekolah Kurikulum Peserta didik Personel Keuangan hubungan sekolah dengan masyarakat layanan khusus lembaga pendidikan
Konteks sosio kultural perkembangan individu E:\pendidikan\Pend0809\brofenbrenner.pdf
Pendidikan individual VS Pendidikan komunal? ...Pendidikan individual akan lebih banyak kerugiannya---akan membuang human potensi dalam jumlah besar
Educational considerations for the gifted, 4 proposisi (Ward, 1992): Berbasis nature/karakteristik dasar of the child Menghargai keunikan setiap siswa Kurikulum memfasilitasi kedalaman dan keluasan minat siswa Guru mampu memberikan tugas yang memadai
Managing the child in the school Secara periodik guru mereview karakteristik siswa Guru harus menganalisa dan menyesuaikan kemampuanya untuk dapat mengajar secara baik Guru selalu mencari sumber pembelajaran dari komunitas yang dapat digunakan sebagai materi ajaran Guru selalu mendukung program pengembangan sekolah
Penting bagi guru: Memilliki pandangan yang luas, dan bersikap demokratis artinya memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya Memberikan penguat pada setiap perilaku siswa Memperhatikan perkembangan siswa Memberikan bimbingan khusus pada siswa gifted
Program pendidikan khusus Tujuan utama: mengembangkan potensi dan kemampuannya secara optimal Kuncinya adalah mampu mengembanngkan semua aspek dalam diri siswa baik afektif, kognitif, psikomotorik dengan menciptakan hubungan sosial yang baik sehingga anak tidak merasa terasing karena merasa dirinya aneh
Contoh program pendidikan khusus Super Saturday: yaitu kursus mini untuk menyampaikan materi lebih cepat atau lebih maju. Program ini dilakukan diluar jam sekolah biasa. Children Palace: Yaitu tempat pemupukan bakat dan talenta mulai usia prasekolah sampai remaja. Anak didorong untuk menemukan bakat dan mengembangkan potensinya baik itu di bidang ilmiah maupun seni.
Akselerasi: yaitu program percepatan studi, siswa diperbolehkan untuk mempercepat studinya dengan mengikuti kelas yang lebih tinggi yang sesuai dengan kemampuannya Sanggar-sanggar seni tempat anak mengembangkan bakat dan kreativitasnya sehingga bisa mengaktualisasikan dirinya, misal sanggar lukis, teater
Sekolah khusus anak berbakat sekolah yang memang didirikan khusus untuk anak-anak gifted, yang memberikan perhatian, kurikulum, dan guru khusus untuk mengembangkan potensinya. Yayasan pengembangan anak berbakat lembaga yang khusus mengembangkan, meneliti potensi anak-anak berbakat
Empat opsi program untuk anak berbakat (Hertzog dalam Ormrod, 2007): Kelas khusus Akselerasi dan pengayaan di kelas reguler Program mentor dan pelatihancara penting yang jarang dipakai untuk memotivasi, menantang, dan mendidik anak berbakat secara efektif (fleiss & Feldhusen, 1995) Kerja/studi dan / atau program pelayanan masyarakat
Kelas khusus Secara historis merupakan cara yang lazim untuk mendidik anak berbakat Dapat dilaksanakan setelah sekolah reguler, atau dimasa liburan Kelas khusus selama masa sekolah reguler dinamakan program “pull-out”
program pengayaan ...adalah memberi murid kesempatan untuk mendapatkan pembelajaran yang tidak didapatkan di program umum Salah 1 tipe program pengayaan adalah mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan kreatif, dan memberi kesempatan kepada mereka sendiri untuk memilih sendiri bidang studinya (Renzulli & Reiss, 1997)
Model Pembelajaran untuk Peserta didik Cerdas Istimewa Karakteristik peserta didik cerdas istimewa : Mampu membaca-berhitung dengan caranya sendiri Perkembangan bahasa lebih cepat dan perbendaharaan kata lebih banyak Perkembangan nalar cepat dan sangat baik Suka bertanya-mencari tahu dan mencari alasan (why-how) Mampu bekerja mandiri, perhatiannya bertahan lama Minatnya luas, bervariasi dan mendalam Daya tahannya bagus Suka berteman dengan anak yang lebih dewasa Suka pada hal-hal/mempelajari yang baru
KONSTRUKTIVISME Bahwa menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran peserta didik. Artinya, bahwa peserta didik harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, peserta didik tidak diperlakukan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
MODEL PEMBELAJARAN : Mengkaji teori belajar konstruktivisme di atas, model pembelajaran yang relevan dijadikan acuan guru, antara lain: 1) Contextual Teaching Learning (CTL), 2) Project Based Learning, 3) Problem Based Learning.
Mengapa Menggunakan Model Pembelajaran di atas? Pemilihan model pembelajaran mengacu pada implementasi kompentesi dasar, Mengaktifkan kegiatan belajar peserta didik, Menstimulasi proses berpikir tingkat tinggi, Pembelajaran terintegrasi dimensi kompetensi, Memberikan peluang situasi belajar, lingkungan, tugas-tugas yang relevan, realistik, otentik, dinamis, dan menyajikan kompleksitas dunia nyata, Mengembangkan kecakapan hidup dan bukan sekedar reproduksi pengetahuan, Mengakomodasi kegiatan belajar individual, kolaboratif dan kompetitif, Kompleksitas belajar dicerminkan oleh penekanan pada belajar interdisipliner, Pengukuran otentik dan tidak terpisahkan dengan kegiatan pembelajaran.
1. Contextual Teaching Learning Pembelajaran kontekstual memungkinkan peserta didik untuk munguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan agar dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan. Terdapat kalimat kunci yang menjadi ciri pembelajaran kontekstual, yaitu suatu pembelajaran yang menekankan terciptanya kaitan bermakna antara sesuatu yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan nyata.
Tahap-tahap implementasi pembelajaran kontekstual : Mengidentifikasi kompetensi yang harus dicapai, materi pembelajaran dan keterkaitannya dalam kehidupan nyata, Merancang skenario pembelajaran sesuai karakteristik kompetensi yang harus dicapai dan tingkat keberagaman yang ada, Memilih atau merancang model pembelajaran sesuai skenario yang telah disusun, Merancang dan melaksanakan penilaian secara otentik dan berkelanjutan.
2. Project Based Learning Pembelajaran Berbasis Proyek dikonsepsikan sebagai model pembelajaran yang berpusat pada proses, relatif berjangka waktu, berfokus pada masalah, unit pembelajaran bermakna dengan mengitegrasikan konsep-konsep dari sejumlah komponen pengetahuan, atau disiplin, atau lapangan studi, dan kegiatan pembelajaran berlangsung secara kolaboratif dalam kelompok yang hiterogen.
Tahap-tahap implementasi pembelajaran berbasis proyek : Ciri-ciri utama pembelajaran berdasarkan masalah meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama, dan menghasilkan karya dan peragaan. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak- banyaknya kepada peserta didik.
Tahap-tahap implementasi pembelajaran berbasis proyek : Penetapan Tujuan Merancang situasi masalah Organisasi sumber daya dan rencana logistik Merancang tugas Interaktif Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Managemen Asesment dan Evaluasi