PRINSIP-PRINSIP KONSUMSI MENURUT ISLAM
Membangun Produksi meningkat Faktor ideologi pemikiran ekonomi: Kapitalis - Sosialis - Campuran Kapitalis & Sosialis - Faktor kondisi ekonomi dunia: Angka 10/90 (10% dari masyarakat menghasilkan 90% uang yang ada (Kiyosaki, 2000) Kapitalisme Penguasaan Pasar Membangun Sistem Kapitalisme (Pasar Bebas) Produksi meningkat Prinsip Konsumsi Islam: (Pengeluaran/belanja harta) Zakat - Infaq - Shodakoh – Waqaf - Kondisi sosial ekonomi masya. Peran Zakat, Infaq, Shodaqah, Wakaf (ZIS-W) terhadap permasalahan sosial-ekonomi masyarakat Kapasitas ZIS (Baitulmal) 8 penerima zakat: Fakir - Miskin - Amil zakat - Membebaskan Budak - Mu’allaf - Orang yang berhutang - Sabilillah - Ibnusabil/musafir - Masalah-masalah Sosial: - Kefakiran - Kemiskinan - Kebodohan - Pengangguran Merebut Konsumen Proses eksploitasi Sumberdaya/modal dari masyarakat
Masalah Ekonomi Merupakan Persoalan Yang Sangat Penting Dalam Kehidupan 1) KONSUMSI Untuk itu tidak mungkin Islam sebagai agama yang komprehensif tidak mengaturnya. Dalam masalah KONSUMSI, Islam mengatur mengenai apa yang boleh dikonsumsi (halal) & apa yang tidak boleh dikonsumsi (haram) Konsumsi yang halal pun bukan berarti tanpa aturan & batasan. Disamping halal, yang kita konsumsi juga harus baik (thayyib). Selain itu, dalam konsumsi, manusia tidak boleh berlebih-lebihan, bermewah-mewahan & pamer
Ilmu ekonomi makro modern menganggap penting respon konsumsi terhadap perubahan dalam pendapatan. Konsep ini disebut the marginal propensity to consume (MPC). Kecenderungan marginal untuk mengkonsumsi adalah jumlah eksptra yang dikonsumsi orang ketika menerima pendpaatn ekstra dari pendapatan setelah pajak.
Keynes menjelaskan bahwa konsumsi saat ini (current consumption) sangat dipengaruhi oleh pendapatan disposable saat ini (current disposable income). Menurut Keynes, ada batas minimal yang tidak tergantung tingkat pendapatan. Artinya, tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi, walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol. Itulah yang disebut dengan konsumsi otonomus (autonomous consumption).
Pola Konsumsi Menurut Konsep Islam Perilaku Konsumen muslim 1. Etika konsumsi - Tahuid - Adil - Free Will (kehendak bebas) - Amanah - Halal - Sederhana 2. Prioritas konsumsi (keseimbangan dunia dan akhirat) 3. Kepuasan dalam konsumsi - QS: 5 : 4 - QS: 17 : 27 - QS: 7 : 31 - QS: 20 : 81 - QS: 25 : 67 - dan beberapa hadist Spiritual Garanted ZIS-W: 1. Zakat - Zakat fitrah - Zakat kekayaan - Zakat pengahasilan - Zakat barang temuan 2. Infaq 3. Shodaqoh 4. Wakaf Tidak Terkoordinir Perorangan/pribadi Terkoordinir (Baitulmal) - LAZIS - BAZIS Penerima Zakat: (8 Asnah) Penerima Zakat: (8 Asnah) Pemberdayaan 5 Aset 1. Sumberdaya Manusia 2. Sumberdaya Alam 3. Sumberdaya Infrastruktur 4. Sumberdaya Keuangan 5. Sumberdaya Sosial Spiritual capital Sustainable Livelihoods Approach (SLA) Department for International Development (DFID)-UK
Pola Konsumsi Rumah Tangga Faktor Ekonomi Penghasilan 1) Tabungan 1) Kredit 1) Kekayaan 1) Harga Barang Konsumsi 3) Masa Lalu Ekspektasi 4) Faktor Sosial Ukuran Rumah Tangga Lingkungan 3) Usia 2) Pendidikan Faktor Budaya Gaya Hidup Nilai Tradisi Faktor Agama Balasan surga 5) Keteguhan jiwa/hati Ampunan Dosa Balasan berlipat ganda Jaminan Keuntungan Keterangan: Diturunkan dari teori konsumsi Keynes, dan sejalan dengan Penelitiannya Raut & Virmani (1990); Kimin (2002); dan Hall & Angeletos (2001). Diturunkan dari teori konsumsi Life Cycle Hypotesis (Modigliani), dan sejalan dengan penelitiannya –Kelly & Lanot (2002); Browning & Crossley (2001). Diturunkan dari teori konsumsi Relative Income – Hypotesis (Duesenberry), dan sejalan dengan penelitiannya Wallis (1942); Sun & Wu (2004); Dockner & Feicthinger (1993); Ratnawati & Rizki (2004). Diturunkan dari teori konsumsi Permanent Income Hypotesis (Milton Friedman), dan sejalan dengan penelitiannya Flavin (1985); dan Ismail.et.al, (2005). Diturunkan dari Al Quran
Yuridhullah = memberi pinjaman kepada Allah Membelanjakan PENGELUARAN (KONSEP ISLAM) Meminjamkan Yuridhullah = memberi pinjaman kepada Allah Pahala yang banyak (QS: 57 ; 11) Balasan yang baik disisi Allah (QS: 57 ; 11) pembayaran dgn lipat ganda yg banyak (QS: 2 ; 245) Membelanjakan Yunfikuna = nafkahkan Pahala (QS: 2 ; 274) Melipat gandakan 7 x 100 (QS; 2; 261) Surga (QS: 3 ; 15) Membersihkan harta (QS: 93 ; 18) Keteguhan jiwa (QS: 2; 265) Tidak ada kekhawatiran & sedih hati (QS; 2; 262) Ampunan dosa (QS: 2 ; 271) Pengeluaran Zakatu = zakat Mendapat balasan surga Firdaus (QS: 23 ; 1-11) Menyuburkan sifat- sifat kebaikan (QS; 9; 103) Membersihkan hati dari penyakit cinta dunia (QS: 9 ; 103) Tidak ada kekhawatiran & sedih hati (QS; 9; 103) Memperdagangkan / Perniagaan Tijaroh = perniagaan (QS: 35 ; 29)
TUJUAN KONSUMSI Tujuan : Maslahah secara syari’ah : sesuai kebutuhan KONSEP ISLAM Tujuan : Maslahah secara syari’ah : sesuai kebutuhan tercapainya kesejahteraan manusia Bentuk Maslahah: - Daruriyah: Kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia - Hajiayah: sesuatu yang diperlukan oleh manusia dengan tujuan untuk memperingan dan kenyamanan untuk menanggulangi kesulitan-kesulitan - Tahsiniyah : sesuatu diperlukan untuk tatanan hidup KONSEP KONVENSIONAL Tujuan : Satisfaction (utility)/kepuasan
DASAR PERILKU KONSUMEN KONSEP ISLAM Al Qur’an Makanlah dan minumlah, namun janganlah berlebih-lebihan, sesunggunhnya Allah itu tidak menyukai orang-orang yang berlebihan (QS: 7:31) Al Hadist Siapa yang mempunyai kelebihan kendaraan harus dibantukan pada yang tidak mempunyai kendaraan. Dan siapa yang mempunyai kelebihan bekal harus dibantukan pada orang yang tidak berbekal. Ijtihad KONSEP KONVENSIONAL Tidak mempunyai dasar hukum
LIMA PRINSIP KONSUMSI MENURUT KONSEP ISLAM (Menurut Mannan) Prinsip Keadilan Prinsip Keberhasilan Prinsip Kesederhanaan Prinsip Kemurahan Hati Prinsip Moralitas
PERILAKU KONSUMEN MUSLIM Etika Konsumsi - Tauhid (Unity) - Adil (Equlibrium) - Bebas (Free Will) - Amanah (Responsibility) - Halal - Sederhana Prioritas Konsumsi t = t1 + t2 + t3 + t4 Diamana: t1 = Konsumsi waktu hidup dalam kandungan t2 = Konsumsi waktu dilahirkan sampai ajal t3 = Konsumsi waktu di alam kubur t4 = Konsumsi waktu di alam akhirat
Y menunjukkan pendapatan yang dibelanjakan ke jalan Allah dan X merupakan pendapatan yang dibelanjakan untuk kebutuhan duniawi. Gambar tersebut juga menunjukkan bahwa permintaan terhadap barang dan jasa untuk kebutuhan duniawi harus memperhatikan kebutuhan akhirat (cause of Allah) dan sebaliknya. Lain halnya dengan pendekatan yang berlaku dalam ekonomi konvensional, permintaan konsumen tidak dapat dilakukan pada setiap titik pada garis anggaran [garis X2 dan Y2]. Hal ini disebabkan karena permintaan konsumen yang cenderung ke arah kebutuhan duniawi [X] akan menyebabkan ia tidak dapat memenuhi kebutuhan akhirat [atau dapat memenuhi tetapi lebih kecil dari yang sebenarnya dapat dilakukan]. Hal ini sangat tidak efisien dalam pandangan Islam.
SASARAN KONSUMSI Konsumsi untuk diri sendiri dan keluarga Tabungan Investasi Konsumsi Untuk Tanggung Jawab Sosial Zakat dan Konsumsi
KEPUASAN MAKSIMUM BISA DICAPAI MENURUT KONSEP ISLAM Hai sekalian manusia,makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat dibumi..(QS: 2 ; 68) Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan..(QS: 2 ; 172) Sesunggunhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah..(QS: 2 ; 173) Diharamkan bagimu (makanan) bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam bintang buas kecuali sempat dibelihnya. (QS: 5 ; 3)
KEPUASAN MAKSIMUM BISA DICAPAI MENURUT KONSEP ISLAM Makanlah, minumlah, dan berpakaianlah dan bersedekahlah tanpa kecongkakan dan berlebih-lebihan, karena sesungguhnya Allah suka melihat nikmatNya atas hambaNya (HR: Ahmad) …cukuplah baginya baginya beberapa (suap) makanan yang dapat menegakan tulang punggungnya, jika memang demikian maka sepertiga (perutnya) untuk makanannya; sepertiga untuk minumannya dan sepertiga untuk nafasnya (HR: Ibnu Majah) Jauhilah olehmu berfoya-foya karena hamba-hamba Allah (yang taat) itu bukanlah orang yang berfoya-foya. (HR: Ahmad) Orang-orang yang paling buruk dari umatku adalah orang-orang yang dijejali kenikmatan mereka yang makan dengan bermacam-macam makanan, berpakaian dengan bermacam-macam busana dan banyak bicara omong kosong (HR: Ibnu Abid Dunya) Seorang muslim makan dalam satu usus sedangkan orang kafir makan dalam tujuh usus (HR: Abu Hurairah)
LANJUTAN …dan janganlah kamu berlebih-lebihan (dalam berkonsumsi). Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan. (QS: 5 ; 4) …Sesunggunhnya pemboros-pemboros itu saudara-saudara syetan, dan syetan itu sangat ingkar terhadap Tuhanmu.(QS: 17 ; 27) Makankah dan minumlah, namun jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (QS: 7 ; 13) MAkanlah diantara rejeki yang baik yang telah KAmi berikan. Dan janganlah melampaui batas kepadanya.. (QS: 20 ; 81)