Robiatul adawiyah XI IPS 2
Membudayakan seni budaya banjar Wayang Gung
Sejarah Wayang Gong Sejarah Singkat Wayang Gong Pada awalnya, Abdul Muluk membawa kesenian Dalmuluk dari Pahat, Malaysia ke Sumatera. Kemudian beliau membawa kesenian tradisi Dalmuluk itu ke Kalimantan. Di Kalimantan, kesenian Dalmuluk dibagi menjadi dua, yaitu Dalmuluk Cabang dan Dalmuluk Mamanda. Pada akhirnya tetuha atau sesepuh seni (budaya) memberikan unsur-unsur seni tradisi khas kalimantan dalam kedua Dalmuluk tersebut dan mengubah namanya. Dalmuluk cabang dikenal sebagai Wayang Gong dan Dalmuluk Mamanda dikenal sebagai Mamanda, yang akhirnya kedua teater tersebut menjadi teater tradisi kalimantan selatan.
Aspek pertunjukan Pra Pertunjukan Sebelum pertunjukan berlangsung, ada beberapa hal yang mereka lakukan, yaitu: - Setting panggung - Make-up Pertunjukan Dalam aspek berikut, merupakan segala sajian yang terdiri dari realitas panca indra. Pertunjukan tersebut menggunakan panggung yang berbentuk semi arena (tapal kuda) yang bagian atasnya dikelilingi dengan hiasan-hiasan dari janur. Properti yang di gunakan, meja, diiringi dengan musik gamelan. Peralatan dari gamelannya berupa satu set gamelan lengkap. Hand profnya tongkat kecil berwarna hitam yang ujungnya diberi warna putih. Perlengkapan lain berupa mikrophone 4 buah, wireless clip on 2 buah, kostum yang digunakan di dominasi dengan pakaian kerajaan, namun selain itu ada pula yang menggunakan kostum kera (hanoman).
Kekurangan dan Kelebihannya Kekurangan: - Pemain kurang optimal dalam berlakon. Karena terdapat beberapa kecelakaan yang kecil yang tidak mampu diatasi dengan improvisasi, dan ada pula pemain yang hanya setengah-setengah melakukan aktingnya (seperti dewi shinta). - Tidak sadar penonton (tidak memperhatikan bloking) - Pemain yang tidak berlakon (statis) lepas dari suasana. - Suara kurang jelas Kelebihan: - Gerakan tari bagus. (gerakan yang menyerupai gerakan wayang kulit) - Make-upnya sederhana namun pas - Para pemain musik sudah mahir dalam memainkan gamelannya.
Wayang Gong “terpinggirkan” Wayang gong kini mulai 'terpinggirkan'. Dengan perkembangan pesatnya informasi dan teknologi sekarang ini, membuat banyak masyarakat mulai melupakan kebudayaan asli daerahnya, dan salah satunya adalah Wayang Kulit atau Wayang Gong. Budaya Wayang Banjar merupakan sarana penyampaian pesan moral, maupun pesan keagamaan, sekarang ini budayanya tidak terkedepankan. Dengan digelarnya budaya festival-festival, yang khusus mengangkat budaya-budaya Banjar, diharapkan wayang Banjar identitasnya terangkat kembali, lebih dikenal para generasi muda. saat ini sedikit sekali warga masyarakat yang berminat menjadi dalang, sehingga seni budaya wayang keberadaannya mulai pudar. “Dengan pelan-pelan seni budaya wayang Banjar akan terus ditampilkan sehingga akan lebih dikenal lagi,”.
Cara Melestarikan Budaya Banjar Beberapa kesenian tradisional Kalsel terancam punah jika tidak segera dilestarikan. Kesenian itu adalah balamut, madihin, wayang gong, damar wulan, bagandut, babasingaan, bajapin, manopeng (tari topeng), musik kintung Kesenian maupun seniman dari kesenian tradisional itu memang masih ada, tetapi sangat jarang tampil. Meskipun tetap tampil, tetapi pentas dari sembilan kesenian tersebut umumnya hanya setahun sekali. Untuk melestarikan kesenian daerah, kata Bihman, perlu sinergi antar pihak terkait dan masyarakat. Misalnya untuk Kabupaten/Kota yakni Dewan Kesenian Daerah Kabupaten diharapkan membina para seniman lokal. Sinergi yang dimaksud berupa pembinaan dari Kabupaten dan Kota. Sedangkan Provinsi menyelenggarakan kegiatan lomba misalnya lomba tari kreasi, lomba baturai pantun dan lomba lainnya. Dengan kerjasama itu, maka menurut Bihman kesenian tradisional daerah akan cepat berkembang.