PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK PADA JEMAAH HAJI

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Arimbi,Sp.P Bag. Ilmu Penyakit Paru FK UWK Surabaya.
Advertisements

Arimbi,Sp.P Ilumu Penyakit dalam FK UWK- Surabaya.
dr. Sardikin Giriputro, SpP(K)
DIABETES MELLITUS.
Mungkinkah tidak punya gejala DM tapi dinyatakan menderita DM ? Mungkinkah punya gejala DM tapi dinyatakan tidak menderita DM?
MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN ANAK DI RUMAH SAKIT Sekilas tentang Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit dan Metode Pelatihan.
Penyebab , Musim Hujan... banjir penyakit. Seperti flu, demam, malaria
PEMERIKSAAN SPIROMETRI
DIFERENSIAL DIAGNOSIS SESAK NAFAS
KESEHATAN TENTANG DIARE.
HASIL PENELITIAN TERAPI NUTRISI PADA GANGGUAN PARU OBSTRUKTIF MENAHUN
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI
5 Opini Yang Salah Tentang Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)
BEBAS TBC dan BEBAS ROKOK.
OLEH: Rina Yuniarti, S.Farm, Apt.
PENANGANAN ASMA AKUT DAN KRONIK
PNEUMONIA.
EPIDEMIOLOGI ISPA M. Atoillah.
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT SARS TOPIK 7
2. Studi Farmakoepidemiologi Analisis
RUJUKAN DAN TRANSPORTASI BAYI BARU LAHIR
ANAFILAKSIS Haryson Tondy Winoto, dr. Msi.Med. Sp.A Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Dr. Farida A. Soetedjo, Sp.P Bag. Ilmu Penyakit Dalam FK – UWKS 2007
BRONKITIS AKUT Ivan Julius Mesak Fidelis Apri Angkat
JUDUL & LATAR BELAKANG Puspo Wardoyo.
Penyakit Asma Akibat Kerja
Nyeri Abdomen KASUS.
GOLD 2017 :an update for ICS/LABA role in COPD management
Wahai Penggemar Makan Enak, Awasi Ginjalmu!
curiculum vitae Nama : dr. Widhi Usansi, Sp. P
DOKUMENTASI KLINIS dan REKAM KESEHATAN
BAHAYA MEROKOK TERHADAP TUBUH
MANFAAT SENG DALAM PENGOBATAN PNEUMONIA BERAT PADA ANAK-ANAK USIA 2 TAHUN YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT INDIA SELATAN Oleh : Annisa Nurjanah
PPOK Dr. MASRUL BASYAR Sp.P.
COPD/ PPOK PAST - PRESENT - FUTURE
ASMA BRONKHIALE Suharno, S.Kep.,Ners.,M.Kes.
Etika batuk RS PTPN VIII SUBANG. Pengertian Batuk adalah respons alami dari tubuh sebagai sistem pertahanan saluran napas jika terdapat gangguan dari.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN INFARK MIOCARDIUM
RIWAYAT ALAMI PENYAKIT &
MANAGEMEN PENCEGAHAN BUNUH DIRI
Nama kelompok : 1. Berliana Nugraheni 2. Beatrico Lyo 3
ASKEP EFUSI PLEURA KELOMPOK 7. ANALISA DATA NO.DATAMASALAH 1. DS : Klien mengatakan sesak DO : Klien terlihat kelelahan, RR=35x permenit, terdapat cuping.
Komplikasi Tetanus Inas Amalia
TBC (Tuberculosis) Achmad Ramdani Agus Setiawan Bima Nafi N.C Karmelia
HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN PENGGUNAAN
Kelompok 3 PARU - PARU.
INFEKSI AKUT KASUS OBSTETRI
ASSALAMMU’ALAIKUM WR. WB
Asuhan Keperawatan Pasien dengan PPOK
Burns in children: standard and new treatment
SELAMAT DATANG KEPADA PARA PESERTA PENYULUHAN TB DOTS PAROKI HATI KUDUS YESUS TELUK DALAM, 21 OKTOBER 2014.
CURICULUM VITAE Nama : Nanang Sukmana Gelar : Dr, SpPD-KAI
Jurnal Reading Perbandingan Dopamin dan Norepinephrine dalam Pengobatan Syok Pembimbing Dr nunung SpAn Disusun oleh Yudha Ramdani ( ) KEPANITRAAN.
ASMA.
LEBIH BAIK MENCEGAH DARIPADA MENGOBATI dr. Puspa Rosfadilla, M.Ked (Paru), Sp.P.
Cor pulmonale NOVITA HARDIANTY. Apa itu Cor Pulmonale? O Kor pulmonale didefenisikan sebagai suatu disfungsi dari ventrikel kanan yang dihubungkan dengan.
POLIOMIELITIS (PENYAKIT POLIO)
TINJAUAN MEDIS PUASA TERHADAP BEBERAPA PENYAKIT
ABSES GIGI.
Penyakit Akibat Kerja “ANTRAKOSIS”. Pendahuluan Penyakit paru dan pernapasan merupakan penyakit yang sering dijumpai di tempat kerja. Penyakit ini menyumbang.
PENYAKIT DEGENERATIF. Apa itu PENYAKIT DEGENERATIF?  Merupakan suatu penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh yaitu dari keadaan.
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN SARAF RSUD AMBARAWA 2018
REFERAT EMFISEMA Disusun Oleh: A Siti Nabila Nurfajri P Pembimbing: dr. Yusuf Kidingallo, Sp. RAD M.Kes FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM.
Meminta Pendapat Lain/ Pendapat kedua. Pendapat medis yang diberikan oleh dokter lain terhadap suatu diagnosis atau terapi maupun rekomendasi medis lain.
Migrain Without Aura; A New Definition
Kesehatan Jemaah Haji PUSKESMAS SUKAREJO DR. ANGGIA MAYA MASITA SIREGAR.
Asma Bronkiale & PPOK dr. Ketut Aditya R. Puskesmas Lindi.
NAMA KELOMPOK 1. Adam bagas 2. Hartinus alif.A. 3. Herinda nabila putri.W. 4. May citra a 5. Pandu F.
InfeksiSaluranPernafasanAkut (ISPA). Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA) Akut 1. PENGERTIAN 2. FAKTOR PENYEBAB 3. KLASIFIKASI ISPA 4. FAKTOR AGEN, HOST,
Tuberculosis (TBC) Puskesmas Pakem. TUBERKULOSIS (TB) Sebagian besar menyerang paru Sebagian besar menyerang paru Dpt juga menyerang organ tubuh lain.
Transcript presentasi:

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK PADA JEMAAH HAJI Musdalifah Bagian Paru RSUD Karanganyar Jl Laksda Yos Sudarso Bejen Karanganyar

PENDAHULUAN Pelaksanaan ibadah haji setiap tahun pada bulan Dzulhijjah di Saudi Arabia Jumlah jemaah haji sekitar 2 juta, sekitar 200 ribu berasal dari Indonesia Berkumpulnya jemaah haji dari berbagai negara dalam jangka waktu yang cukup lama menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan Aktivitas fisik yang berat, kondisi cuaca yang ekstrim, dan kondisi tempat tinggal yang padat memudahkan penyebaran penyakit khususnya airborne agents

Infeksi saluran napas merupakan masalah yang paling umum terjadi dan menjadi penyebab utama pasien menjalani rawat inap Penyakit paru yang sering menjadi penyebab perawatan di ruang intensif antara lain pneumonia, edema paru, PPOK dan asma

PERJALANAN UDARA DAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK PPOK: penyakit yang bersifat umum, dapat dicegah dan diobati, ditandai dengan gejala respirasi yang menetap dan keterbatasan aliran udara yang disebabkan oleh abnormalitas pada saluran napas dan atau alveolar, biasanya disebabkan oleh pajanan partikel atau gas berbahaya yang signifikan (GOLD 2017) PPOK  masalah kesehatan utama, diperkirakan mjd penyebab kematian ke-4 pada tahun 2030

Mencapai tempat pelaksanaan ibadah haji  perjalanan dg pesawat terbang komersial Terbang pada ketinggian 30.000-40.000 kaki Perbedaan ketinggian  penurunan tekanan di udara (penurunan tekanan barometrik) dan penurunan tekanan parsial oksigen (PaO2) Pedoman penerbangan komersial internasional : tekanan pada kabin pesawat harus dipertahankan dibawah 74 kPa~tekanan atmosfer pd ketinggian 2.450 m atau 8.000 kaki  fraksi inspirasi oksigen 15%

Jemaah haji PPOK sering mengalami masalah akibat rendahnya tekanan udara dalam kabin pesawat Penderita PPOK derajat sedang dan berat  gejala hipoksia selama penerbangan Individu sehat merespons hipoksia dengan meningkatkan ventilasi → peningkatan volume alun napas dan kecepatan respirasi Peningkatan volume alun napas pada PPOK sulit dicapai karena sering mengalami hiperinlasi Penderita PPOK derajat sedang sampai berat membutuhkan suplementasi oksigen selama penerbangan

Penilaian sebelum menjalani penerbangan : pengalaman penerbangan sebelumnya, riwayat kesehatan termasuk derajat PPOK ~ GOLD, penilaian sesak dan pemeriksaan klinis Pemeriksaan penunjang: spirometri, kapasitas difusi, analisa gas darah, penilaian saturasi oksigen, uji berjalan lima menit, hypoxemia prediction equotions, dan hypoxia inhalation test Sp O2 > 95% menjalani penerbangan tanpa suplementasi oksigen, Sp O2 < 92% harus diberikan suplementasi oksigen Sp O2 92 - 95% perlu suplementasi oksigen jika terdapat kriteria FEV1 < 50% prediksi, menderita kanker paru, berkaitan dengan penyakit paru restriksi, mengalami eksaserbasi dalam 6 pekan terakhir, memiliki penyakit vaskular atau kardiak, memerlukan support ventilasi

Prediktor penting PaO2 selama penerbangan : PaO2 saat di daratan PaO2 sebelum penerbangan 70 mmHg diperkirakan akan mampu mencapai PaO2 50 mmHg pada ketinggian 2.540 meter Penderita dengan PaO2 kurang dari 50 mmHg direkomendasikan untuk menerima suplementasi oksigen selama penerbangan British Thoracic Society dan Aerospace Medical Association  penilaian aktivitas fisik dengan kemampuan berjalan > 50 meter untuk memperkirakan kejadian hipoksia selama penerbangan Penderita PPOK yang dapat berjalan lebih dari 50 meter tanpa keluhan apapun layak menjalani penerbangan tanpa suplementasi oksigen

Tujuan suplementasi oksigen mempertahankam PaO2 > 50 mmHg Suplemetasi oksigen yang diberikan 2-3 lpm , penderita dalam suplementasi oksigen kecepatan ditingkatkan sekurang-kurangnya 33% Tabung oksigen di sediakan oleh perusahaan penerbangan Penderita PPOK disarankan membawa obat-obatan yang biasa dipakai dan di ingatkan berjalan sesedikit mungkin selama penerbangan

KEJADIAN PPOK EKSASERBASI AKUT PADA JEMAAH HAJI Eksaserbasi PPOK: perburukan gejala respirasi  perlu terapi tambahan  dibagi menjadi ringan, sedang, dan berat Kejadian kompleks ~ peningkatan inflamasi saluran napas,peningkatan produksi mukus, ditandai dengan gas trapping  berperan pada peningkatan sesak (gejala utama eksaserbasi) Gejala lain:peningkatan volume & purulensi sputum, peningkatan batuk &mengi Pencetus utama eksaserbasi PPOK pd jemaah haji: infeksi virus pd saluran napas, infeksi bakteri, faktor lingkungan (polusi&suhu), kapasitas orang yang berlebihan, aktivitas fisik yang berat, dan tekanan mental

PENATALAKSANAAN PPOK PADA JEMAAH HAJI Dibagi menjadi penatalaksanaan saat stabil dan saat eksaserbasi Penatalaksanaan PPOK stabil berdasarkan penilaian individu mengenai gejala dan risiko eksaserbasi Perokok dianjurkan dan didukung untuk berhenti Tujuan utama terapi mengurangi gejala dan risiko eksaserbasi dimasa yang akan datang Strategi terapi farmakologis dan non farmakologis

Bronkodilator pada PPOK stabil Bronkodilator inhalasi berperan penting pada managemen gejala dan diberikan secara rutin untuk mencegah atau mengurangi gejala (Evidence A) Penggunaan SABA atau SAMA secara rutin dan jika diperlukan memperbaiki FEV 1 dan gejala (Evidence A) Kombinasi SABA dan SAMA superior dibandingkan pemakaian secara sendirian dalam perbaikan FEV1 dan gejala (Evidence A) LABA dan LAMA secara signifikan memperbaiki fungsi paru, keluhan sesak, status kesehatan, dan menurunkan angka eksaserbasi (Evidence A) LAMA memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap penurunan eksaserbasi dibandingkan LABA (Evidence A), dan penurunan hospitalisasi (Evidence B)

Terapi kombinasi LABA dan LAMA meningkatkan FEV1 dan menurunkan gejala dibandingkan dengan terapi tunggal (Evidence A) Terapi kombinasi LABA dan LAMA menurunkan eksaserbasi dibandingkan dengan terapi tunggal (Evidence B) atau ICS/LABA (Evidence B) Tiotropium memperbaiki efektivitas rehabilitasi paru dalam peningkatan kinerja olah raga (Evidence B) Teofilin memberikan efek bronkodilator yang kecil pada PPOK stabil (Evidence A) dan berkaitan dengan manfaat simtomatik yang sederhana (Evidence B) GOLD 2017

Terapi anti inflamasi pada PPOK stabil Kortikosteroid Inhalasi Kombinasi ICS dan LABA lebih efektif daripada pemakaian secara sendirian dalam perbaikan fungsi paru dan status kesehatan serta penurunan eksaserbasi pada penderita PPOK eksaserbasi dan PPOK derajat sedang sampai sangat berat (Evidence A) Terapi reguler dengan ICS meningkatkan risiko pneumonia khususnya pada penyakit yang berat (Evidence A) Terapi inhalasi triple dengan ICS/LAMA/LABA memperbaiki fungsi paru, gejala, dan status kesehatan (Evidence A) dan menurunkan eksaserbasi (Evidence B) dibandingkan ICS/LABA atau LAMA terapi tunggal Glukokortikoid Oral Penggunaan glukokortikoid oral dalam waktu lama menimbulkan sejumlah efek samping (Evidence A) dan tidak ada bukti tentang manfaat (Evidence A)

PDE4 inhibitors Pada pasien bronkitis kronik, PPOK derajat berat sampai sangat berat, dan ada riwayat eksaserbasi: PDE4 inhibitor memperbaiki fungsi paru dan mengurangi eksaserbasi sedang dan berat (Evidence A) PDE4 inhibitor memperbaiki fungsi paru dan menurunkan eksaserbasi pada pasien dengan terapi kombinasi LABA/ICS (Evidence B) Antibiotik Terapi azitromisin dan eritromisin jangka lama mengurangi eksaserbasi lebih dari satu tahun (Evidence A) Terapi azitromisin berkaitan dengan peningkatan insidensi resistensi bakteri (Evidence A) dan gangguan test pendengaran (Evidence B)

Mukolitik/anti oksidan Penggunaan NAC dan karbosistein secara rutin mengurangi risiko eksaserbasi pada populasi terpilih (Evidence B) Agen anti inflasi lainnya Simvastati tidak dapat mencegah eksaserbasi pada pasien PPOK dalam kondisi risiko eksaserbasi yang meningkat dan tanpa indikasi terapi dengan statin (Evidence A) Penelitian observasional : statin berpengaruh positif pada pasien PPOK yang menerimanya atas indikasi kardiovaskuler dan metabolik (Evidence C) Leukotrien modifier tidak diuji secara adekuat pada pasien PPOK GOLD 2017

Pengelompokan pasien PPOK Spirometrically confirmed diagnosis Assessment of airflow limitation Assessment of symptoms/risk of exacerbation Exacerbation history C D A B ≥ 2 atau ≥ 1 menyebabkan hospitalisasi FEV1 (% predicted) GOLD 1 ≥ 80 GOLD 2 50 – 79 GOLD 3 30 – 49 GOLD 4 < 30 Post-bronchodilator FEV1/FVC < 0.7 0 atau 1 (tidak menyebabkan hospitalisasi) mMRC 0-1 CAT < 10 mMRC ≥ 2 CAT ≥ 10 Symptoms GOLD 2017

Pengelolaan PPOK Stabil: Farmakologi Grup A Grup B Lanjut, berhenti atau coba kelas bronchodilator lainnya LAMA + LABA Evaluasi hasil Gejala persisten Bronchodilator LABA atau LAMA Preferred treatment = GOLD 2017

Pengelolaan PPOK Stabil: Farmakologi Grup C LAMA + LABA LABA + ICS Eksaserbasi lebih lanjut LAMA Preferred treatment = GOLD 2017

Pengelolaan PPOK Stabil: Farmakologi Grup D Pertimbangkan Roflumilast jika FEV1 < 50% pred. dan pasien bronkitis kronis Pertimbangkan antibiotic gol. makrolida (pada pasien sebelumnya perokok) Eksaserbasi lebih lanjut LAMA + LABA + ICS Gejala persisten/eksaserbasi lebih lanjut Eksaserbasi lebih lanjut LAMA LAMA + LABA LABA + ICS Preferred treatment = GOLD 2017

Terapi non farmakologis: Penting dalam manajemen PPOK stabil Meliputi edukasi dan manajemen diri, aktivitas fisik, program rehabilitasi paru, dan exercise training

Terapi PPOK eksaserbasi bertujuan meminimalkan dampak negatif eksaserbasi dan mencegah terjadinya eksaserbasi lagi Dapat ditangani sebagai penderita rawat jalan maupun rawat inap tergantung beratnya eksaserbasi dan penyakit yang mendasari Eksaserbasi dibagi menjadi ringan (terapi dengan bronkodilator kerja pendek/SABDs), sedang (terapi dengan BADs ditambah antibiotik dan/atau kortikosteroid oral), dan berat (penderita membutuhkan perawatan di rumah sakit atau kunjungan ke IGD)

Indikasi perawatan PPOK eksaserbasi: gejala berat (sesak bertambah, kecepatan respirasi meningkat, penurunan saturasi oksigen, gelisah, dan mengantuk) Indikasi lain: gagal napas akut, awitan gejala fisik baru, kegagalan eksaserbasi untuk merespons terhadap terapi awal, adanya komorbid yang serius, dukungan di rumah yang tidak cukup Penderita PPOK eksaserbasi akut segera diberikan suplementasi oksigen, dinilai apakah eksaserbasi termasuk mengancam jiwa dan perlu penanganan di unit perawatan intensif Kondisi tidak mengancam jiwa penderita menjalani perawatan di ruang emergensi atau bangsal

Penanganan PPOK derajat berat tapi tidak mengancam jiwa Menilai beratnya gejala, gas darah, foto toraks Memberikan terapi oksigen, menjalani pemeriksaan gas darah secara serial, dan mengukur saturasi oksigen Bronkodilator: Meningkatkan dosis dan frekuensi bronkodilator kerja singkat Mengkombinasikan SABA dan anti kolinergik Mempertimbangkan penggunaan bronkodilator kerja lama ketika penderita mulai stabil Menggunakan spacer jika diperlukan Mempertimbangkan kortikosteroid oral Mempertimbangkan pemberian ventilasi mekanik non invasif Setiap saat: Memonitor keseimbangan cairan Mempertimbangkan heparin subkutan atau low molecular weight heparin untuk mencegah tomboemboli Mengidentifikasi dan memberikan terapi terhadap kondisi yang menyertai (gagal jantung, aritmia, emboli paru,dll) GOLD 2017 GOLD 2017

Indikasi penanganan di ruang intensip Sesak napas berat yang memberikan respons tidak cukup terhadap terapi emergensi awal Perubahan status mental (bingung, lemah, koma) Hipoksemia yang menetap atau memburuk (PaO2 < 40 mmHg) dan asidosis respiratorik (Ph < 7,25) meskipun telah diberikan suplementasi oksigen dan ventilasi noninvasif Memerlukan ventilasi mekanik invasif Hemodinamik tidak stabil-membutuhkan vasopresor GOLD 2017

PENCEGAHAN EKSASERBASI AKUT PPOK PADA JEMAAH HAJI Dapat dilakukan dengan pemberian vaksinasi influensa The Saudi Thoracic Society merekomendasikan anak < 5 tahun, dewasa > 50 tahun, dewasa dg faktor risiko spesifik spy diberikan vaksinasi pneumokokus Pencegahan lain: pemakaian masker, pembiasaan mencuci tangan, pemakaian sapu tangan sekali pakai, dan penerapan etika batuk Masker yang dipakai hendaknya memiliki kualitas yang baik dan diganti setiap 6 jam supaya lebih efektif Penderita PPOK sebaiknya menghindari kerumunan massa jika memungkinkan, mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan minum yang cukup

Penderita PPOK sebaiknya menjalani konsultasi kesehatan sebelum berangkat menjalankan ibadah haji Disarankan membawa catatan perkembangan penyakit dan pengobatan yang diberikan Diingatkan untuk membawa dan tetap memakai obat-obatan yang selama ini diberikan oleh dokter Segera mencari pertolongan medis jika muncul keluhan respirasi

KESIMPULAN PPOK merupakan masalah kesehatan utama yang diperkirakan akan menjadi penyebab kematian ke-4 pada tahun 2030 Penerbangan pada jemaah haji dengan PPOK sering mengalami masalah akibat rendahnya tekanan udara dalam kabin pesawat Penderita PPOK derajat sedang dan berat sering mengalami gejala hipoksia selama penerbangan Eksaserbasi PPOK sering terjadi pada jemaah haji, pencetus: infeksi virus pada saluran napas, infeksi bakteri, faktor lingkungan (polusi dan suhu), kapasitas orang yang berlebihan, aktivitas fisik yang berat, dan tekanan mental

Penatalaksanaan PPOK  saat stabil dan eksaserbasi Tujuan: mengurangi gejala dan risiko eksaserbasi yad Pencegahan eksaserbasi akut PPOK: pemberian vaksinasi influensa, pemakaian masker, pembiasaan mencuci tangan, pemakaian sapu tangan sekali pakai, penerapan etika batuk, menghindari kerumunan massa jika memungkinkan, mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, minum air yang cukup, tetap memakai obat-obatan yang selama ini diberikan dokter, segera mencari pertolongan medis jika muncul keluhan respirasi

TERIMA KASIH