Teori Komunikasi Massa By : Martina Permata : 2008.58.058 Bogie Fajar : 2008.58.037 Raditya Firmansyah : 2008.58.052
Marshal MCLuhan mengatakan bahwa kita sebenarnya hidup dalam suatu “desa global”. Pernyataan tersebut mengacu pada perkembangan media komunikasi modern yang telah memungkinkan jutaan orang di seluruh dunia untuk dapat berhubungan dengan orang di sudut dunia. Kehadiran media secara serempak di berbagai tempat telah menghadirkan tantangan baru bagi para ilmuan dari berbagai disiplin ilmu. Pentingnya komunikasi massa dalam kehidupan manusia modern ini, terutama dengan kemampuannya untuk menciptakan publik, menentukan issue, memberikan kesamaan kerangka pikir, dan menyusun perhatian publik, pada gilirannya telah mengundang berbagai sumbangan teoritis terhadap kajian tetntang komunikasi massa.
Teori awal mengenai komunikasi massa lahir melalu berbagai penelitianyang did dorong oleh penelitian terhadap pengaruh politikterhadap media surat kabar. Penelitian sejenis yang abnyak dilakukan pada abad ini, serta mengenai dampak sosial & moraldari radio dan film, terus berkembang hingga saat ini. Penelitian ini menguji efesiensi dan efektivitas dalam bidang propaganda, telekomunikasi, advertensi, PR, dan human relation. Diawali dengan aspek praktis, penelitian teori komunikasi massa selanjutnya didukung oleh pendekatan psikologis & sosiologis yang sedang bekembang pada saat ini. Di samping itu, kemajuan-kemajuan yang sedang terjadi dalam bidang metodologi. Khususnya dalam hal menggunakan metode eksperimen, survei, dan statistik. Pembahasan berikut menguraikan sejumlah teori dasar yang cukup berpengaruh & telah memberikan inspirasi bagi perkembangan teori dan penelitian komunikasi massa.
Secara khusus kita dapat mempelajari serta mengenal dan memahami tentang : Teori dasar komunikasi massa Teori Peluru atau Jarum Hipodermik Teori Proses Selektif Teori Difusi Inovasi Teori Kultivasi Teori Komunikasi Banyak Tahap Teori Pembelajaran Sosial
TEORI Peluru atau Jarum Hipodermik Teori ini mengasumsikan bahwa media memiliki kekuatan yang sangat perkasa, dan komunikan dianggap pasif atau tak tahu apa-apa. Seorang komunikator dapat menembakan peluru komunikasi yang begitu ajaib kepada khalayak yang pasif. Pengaruh media sebagai hypodermic injection (jarum suntik) didukung oleh munculnyakekuatan propaganda perang dunia I dan perang dunia II. Lazarfeld mengatakan bahwa jika khalayak diterpa peluru komunikasi, mereka tidak jatuh terjerembab, karena kadangkala peluru itu tak menembus. Adakalanya pula efek yang timbul berlainan dengan tujuan si penembak. Seringkali pula khalayak yang dijadikan sasaran senag untuk ditembak. Sedangakan Baurer menyatakan bahwa khlayak sasarn tak pasif, mereka secara aktif mencari yang diiinginkan oleh media massa. Jika menemukanya mereka melakukan interpretasi sesuai dengan presdisposisi dan kebutuhan mereka.
Teori Proses Selektif Teori proses selektif (selective processes theory) merupakan hasil penelitian lanjutan tentang efek media massa yang mengatakan bahwa penerimaan selektif media massa mengurangi sejumlah dampak media. Teori ini menilai orang-orang cenderung melakukan selective exposure (terpaan selektif). Mereka menolak pesan yang berbeda dengan kepercayaan mereka.
Teori Difusi Inovasi Model difusi inovasi banyak digunakan sebagai pendekatan dalam komunikasi pembangunan, terutama dinegara berkembang seperti Indonesia atau dunia ketiga. Difusi adalah suatu jenis khusus komunikasi yang berkaitan dengan penyebaran pesan sebagai ide baru. Sedangkan komunikasi didefinisikan sebagai proses dimana para pelakunya menciptakan informasi dan saling bertukar informasi tersebut untuk mencapai penegrtian bersama. Unsur utama difusi adalah : 1.Inovasi 2.Dikomunikasikan melalui saluran tertentu 3.Dalam jangka waktu tertentu 4.Diantara para angota suatu sistem sosial
Teori Kultivasi Menurut teori kultivasi, media, khususnya televisi merupakan sarana utama untuk belajar tentang masyarakat serta kultur kita. Melalui kontak kita dengan televisi kita dapat belajar tentang dunia, masyarakatnya, nilai-nilai serta adat kebiasannya. Teori ini berpendapat bahwa seorang pecandu berat televisi membentuk suatu citra realitas yang tidak konsisten dengan kenyataan. Para pecandu televisi seringkali mempunyai sikap stereotip tentang suatu peran yang biasa muncul dalam televisi. Jadi, msekipun televisi bukanlah satu-satunya sarana yang membentuk pandangan kitatentang dunia, televisi merupakan salah satu media yang paling ampuh, terutama bila kontak dengan televisi sangat sering dan berlangsung dalam waktu lama.
Ex : (teori jarum hipodermik) CONTOH KASUS......@!! Ex : (teori kultivasi) Misalnya pemirsa ringan berpenghasilan rendah melihat kejahatan dan sebagai masalah yang serius sedangkan pemirsa berpenghasilan tinggi tidak demikian berfikir secara rasional kronologi peristiwa tang terjadi. Sama dengan perbandingan wanita pecandu berat melihat kejahatan yang terjadi secara serius ketimbang pria. Ex : (teori jarum hipodermik) Seorang anak yang berumur sekitar 4-5 tahun menonton suatu acara di televisi yang menampikan beberapa hal keras (smack down) ataupun film perang tentara. Secara tidak sengaja pesan yang dtembakkan kepada si anak itu dapat diterima dengan cepat, karena pada dasarnya ank yang berumur sperti itu mempunyai keingintahuan yang tinggi dan slelalu ingin mencoba hal baru yang belunm pernah dicobanya. Seperti dengan menonton adengan film perang tentara, maka mereka pasti ingin mengikuti tindakan yang dilakukan para tentara dalam film tersebut, dengan memperagakan bermain tembak-tembakan dsb.
The EnD’s Thank You......!!!@!!