“NASIB SEORANG ANAK DESA” Saya lahir pada tanggal 17 maret 1995 di sebuah desa yang bernama Desa Leppangeng, Kecematan Pitu riase, kabupaten Sidrap. Sejak lahir sampai sekarang saya tidak perna merasakan air susu, pelukan dan kasi sayang dari seorang Ibu kandung ku sendiri. Pada hari jumat dimana hari itu saya di lahirkan dan hari itu juga ibu saya relah mengorbagkan nyawanya demi saya, agar bisa melihat dunia ini. Sampai sekarang saya masi bertanya-tanya dan penuh penyesalan kenapa aku harus di lahirkan jika harus mengorbankan nyawa Ibu ku sendiri.
Setelah kepergian Ibu untuk selamanya dan meninggalkan saya dan ketiga saudara Q, saya di rawat oleh saudara dari Ibu sendiri (tante). Tiap hari aku di rawat dan di peluknya dia suda menganggap aku sebagai anak kandunganya , dia tidak perna membeda-bedakan antara aku dengan anak kandungnya. Kepergian ibu untuk selamanya meninggalkan duka yang mendalam terutama bagi keluargaQ apalagi ayah dia sangat kehilangan Istri yang sangat di cintainya, sampai-sampai dia jatu pingsan dan sakit.
Setelah menginjak umur 6 tahun saya masuk Sekola Dasar (SD) , kadang kala saya di ejek oleh teman-teman sekolah, kau yang telah membunu ibu mu, gara-gara kau dilahirkan nyawanya jadi korban, “kata mereka”. Akan tetapi saya selalu ingat nasehat ayah bahwa Ibu meninggal karena suda kehendak Tuhan yang kuasa, Allah punya rencana di balik semua musibah yang di berikan kepada keluarga kita. Seiring berjalannya waktu, 9 tahun setelah kepergian ibuQ, ayahpun menyusul ibu karena sakit yang di deritanya yang tak kunjung sembuh dan pada saat itu saya duduk di kelas 3 SD. Kini kami suda kehilangan kedua orang tua kami dan menjadi anak Yatim Piatu.
Seiring berjalannya waktu dari tahun ke tahun tak terasa saya suda tamat SD dan kini saya akan melanjutkan ke jenjang yang selanjutnya yaitu SMP. Untuk menuntut ilmu saya harus merantau ke kota untuk melanjutkan pendidikan dan meninggalkan kampung halaman. Hanya dengan modal pakaian dan sedikit uang saku, saya pun menuju ke kota tepatnya Kota parepare . Disana saya tinggal dan menumpang di rumah Orang, pahitnya hudup harus saya jalani demi menuntut ilmu, mulai dari yang mudah hingga pekerjaan yang tdk seharusnya saya kerjakan harus saya hadapi demi kelangsungan hidup di rumah Orang.
Hidup tanpa keluarga harus saya jalan selama bertahun-tahun demi membuktikan kepada semua Orang bahwa saya juga bisa di banggakan maskipun tak punya kedua Orang tua. Tak terasa dari kelas satu hingga tamat SMP suka dan duka saya jalani dan hanya Tuhan yang jadi saksi atas perjuangan yang harus saya alami.
Sejak tamat SMP saya akan bertekat untuk tetap melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu SMA , dari kecil saya suda tanamkan dalam diri saya bahwa saya harus merai cita-cita untuk menjadi seorang Guru,Oranglain bisa kenapa saya tidak, walaupun suda masuk jenjang SMA penderitaan hidup yang saya alami belum berakhir pahitnya hidup suda jadi teman ku. Di SMA saya suda mulai menemukan jadi diri ku yang sebenarnya.
Berkat Organisasi yang saya masuki seperti Osis, Paskibra, Remas dan lain-lain saya mulai mendapatkan pelajaran yang tidak saya dapatkan dalam kelas. Seiring berjalannya waktu tak terasa sekarang saya suda kelas tiga SMA dan sebentar lagi akan menghadapi Ujian Nasional, saya berdoa agar tahun ini angkatan saya lulus 100% dengan nilai yang memuaskan. Itulah kisaku anak dari Desa yang hidup tanpa merasakan kasi sayang dari seorang Ibu. Saya hanya berdoa suatu saat nanti saya bisa merai cita-cita saya. . Amin....
SAYA AKAN MEMUTARKAN SEBUAH VIDIO DENGAN TUJUAN AGAR ANDA SADAR BETAPA BERHARGANYA SEORANG IBU DI DUNIA INI... DIAM DAN RESAPI BAIK-BAIK..!!