السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
BAB IV. PERILAKU TERPUJI ADIL, RIDHA DAN AMAL SALEH
Advertisements

Asuransi Pengertian Asuransi Macam-macam Asuransi Pandangan para ulama
Pencangkokan Organ tubuh
OPERASI PLASTIK MENURUT HUKUM ISLAM
Undian dan Lotere Pengertian undian dan lotere
Esensi Puasa dari sudut pandang Hadits
OLEH: MUHAMAD FATONI,M.Pd.I BAB III. Allah Menilai Hati Manusia عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم : ' إن الله لا ينظر إلى صوركم.
ASSALAMUALAIKUM WR. WB.
HUKUM MEMINTA-MINTA FATWA TARJIH.
USHOLLI DAN QUNUT FATWA TARJIH 05.
SUMBER HUKUM ISLAM & METODE BERIJTIHAD
Pertemuan ke-3.
I J T I H A D.
Hk Acara Perdata Peradilan Agama Dr. Gemala Dewi,SH.,LL.M
JUJUR, SANTUN, MALU AKHLAK TERPUJI.
TRANSPLANTASI GINJAL (Tinjauan Hukum Islam)
S u g e n g R a w u h.
SIKAP IKHLAS, SABAR, DAN PEMAAF
HadiTH Tiga Serangkai KURSUS BIMBINGAN UGAMA (KBU)
TAQWA KEPADA ALLAH Hai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya, Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku,
SUMBER HUKUM ISLAM.
Pertemuan Kedua MANUSIA DAN AGAMA.
Pertemuan Ke-3.
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri - Kediri
ESENSI PUASA DARI SUDUT PANDANG HADITS
KEBIJAKAN NASIONAL PENDIDIKAN KARAKTER 2011
HUKUM WAKAF.
Al-Islam III (Muamalah) : Pengertian, Ruang Lingkup, Kaidah-kaidah
AL-QAWAID al-FIQHiyah
مقاصد الشريعة.
Etika Bisnis Islami Murabahah & Mudharabah Kelompok 2:
IKHLAS DALAM BERIBADAH
Tafsir Ayat dan Hadis tentang Mudharabah
RENUNGAN.
Hikmah di Balik Puasa Ramadhan
Inilah Kunci Surga Surga, dengan segala kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan terlintas dalam hati manusia, memiliki.
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Oleh : Asep Suryanto, S. Ag., M. Ag
MEDIA PENDIDIKAN Disusun oleh : NUR AMIN : KLS : D/4
Menuntut Ilmu dan Menghargai waktu
TARJIH al ADILLAH Oleh : Asep Suryanto.
Pertemuan Kedua MANUSIA DAN AGAMA.
IBADAH PUASA Masuk.
AZAS-AZAS HUKUM ISLAM.
PRESENTED BY: YENI NURHASANAH
Cinta yang membawa ke surga
WELCOME TO KEPUTRIAN 4 April 2014
BAB IV. PERILAKU TERPUJI ADIL, RIDHA DAN AMAL SALEH
By : 1. Rizal hartono 2.Muhammad fajar
HIDUP TERASA LEBIH INDAH JIKA KITA BERSYUKUR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM II
SISTEM SOSIAL:- PERBANDINGAN ANTARA ISLAM DAN MASA KINI
Tazkiyah Nafs (Penyucian Jiwa)
 Ketika Anda sedang berpuasa, merasa sangat lapar, dan tidak ada orang lain melihat Anda... KENAPA ANDA TIDAK MAKAN?  Puasa melatih muraqabah (rasa.
Oleh : Dr. Octaria Saputra SABAR dan BERSYUKUR.
Cinta yang membawa ke surga
Sesi 5 Qawaid Fiqhiyyah.
Tazkiyah Nafs (Penyucian Jiwa)
Sesi 2 Qawaid Fiqhiyyah.
JUAL BELI QS. AL Baqarah : 275.
Sesi 4 Qawaid Fiqhiyyah.
Ust Md Afiq Ariff USUL FIQH SESSI 5 SUMBER-SUMBER HUKUM YANG TIDAK DISEPAKATI ULAMAK AL-IJTIHAD DAN AT-TAQLID 1.
HUKUM WAKAF.
Cinta yang membawa ke surga
Perekonomian Dalam Islam “Jual Beli”. JUAL BELI Pengertian dan Hukum Jual Beli Rukun dan Syarat Jual Beli Macam-macam Jual Beli Bentuk-Bentuk Jual Beli.
Setiap umat manusia, baik laki-laki maupun perempuan, wajib untuk menuntut ilmu, menuntut ilmu harus dilakukan dengan penuh semangat dan tidak boleh dengan.
Esensi Puasa dari sudut pandang Hadits Ust H. Abdurrahman Makatita, Lc MA Materi Kajian Islam Ramadhan (KISRA) Hari-2.
H.M. Shiddiq Al-Jawi, S.Si, MSI
Esensi Puasa dari sudut pandang Hadits Ust H. Abdurrahman Makatita, Lc MA Materi Kajian Islam Ramadhan (KISRA) Hari-2.
Makanan Halal يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوخُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Transcript presentasi:

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

قَوَاعِدُ الْخَمْسَة Oleh : Asep Suryanto

Kaidah pokok dari segala kaidah fiqhiyah yang ada قَوَاعِدُ الْخَمْسَة قاعدة الأصول Kaidah pokok dari segala kaidah fiqhiyah yang ada Digali dari sumber-sumber hukum, baik melalui al Qur’an dan al Sunnah maupun dalil-dalil istinbath.

قاعدة الأصول اَلْأُمُوْرُ بِمَقَاصِدِهَا قَوَاعِدُ الْخَمْسَة اَلْيَقِيْنُ لَايُزَالُ بِالشَّكِّ اَلْمَشَقَّةُ تُجْلِبُ التَّيْسِيْرُ اَلضَّرَارُ يُزَالُ اَلْعَادَةُ مُحْكَمَةٌ قاعدة الأصول

اَلْأُمُوْرُ بِمَقَاصِدِهَا (١)

اَلْأُمُوْرُ بِمَقَاصِدِهَا (١) Landasan Kaidah : وَمَا َأُمِرُوْا إِلَّا لِيَعْبُدُوْا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَاءَ “Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan kepada-Nya dalam agama yang lurus”. (QS. al Bayyinah : 5)

وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الْأَخِرَةِ نُؤْتِهِ مِنْهَا “Barangsiapa yang menghendaki pahala dunia niscaya Kami berikan kepadanya pahala di dunia itu, dan barangsiapa yang menghendaki pahala akhirat niscaya Kami berikan pula pahala akhirat itu”. (QS. ali Imran : 145)

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِا لنِّيَاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَانَوَى “Sesungguhnya segala amal tergantung pada niat, dan sesungguhnya bagi seseorang itu adalah apa yang ia niatkan”. (HR. perawi yg enam dari Umar bin Khattab)

لَاعَمَلَ لِمَنْ لَا نِيَّةَ لَهُ (رواه أنس) “Tidak ada (pahala) bagi perbuatan yang tidak niat”. (HR. Anas) إِنَّمَا يُبْعَثُ النَّاسَ عَلىَ نِيَّاتِهِمْ (رواه ابن مَجة) “Sesungguhnya manusia itu dibangkitkan menurut niatnya”. (HR. Ibn Majah dari Abu Hurairah)

Eksistensi Niat

Niat sebagai rukun perbuatan Niat merupakan syarat Abu Hanifah Ahmad bin Hanbal Niat sebagai rukun perbuatan Imam Syafi’i

Dampak hukum dari perbedaan pendapat Misal : Hukum tentang talaffudhin niat

Tidak membutuhkan niat Ibadah dalam hubungannya dengan niat Ibadah Membutuhkan niat Ibadah amaliyah. Mis : salat Tidak membutuhkan niat Bukan ibadah amaliyah. Mis : beriman

Niat seseorang kadang dapat dilihat dari qarinah yg dapat dijadikan alat untuk mengetahui macam niat Contoh kasus : Pemburu yg membidik binatang buruan tetapi sasarannya mengenai manusia.

Kaidah yg berkenaan dengan NIAT, diantaranya : مَقَاصِدُ اللَّفْظِ عَلىَ نِيَّةِ اللَّافِظِ إِلَّا فِى مَوْضُعٍ وَاحِدٍ وَهُوَ الْيَمِيْنُ عِنْدَ الْقَاضِى فَإِنَّهَا عَلىَ نِيَّةِ الْقَاضِى “Maksud dari lafal menurut niat orang yang mengucapkannya, kecuali dalam satu tempat yaitu dalam sumpah di hadapan qadli, dalam keadaan demikian maksud lafal menurut niat qadli”.

اَلْعِبْرَةُ فِى الْعُقُوْدِ لِلْمَقَاصِدِ وَ الْمَعَانِى لَا لِلْأَ لْفَاظِ وَالْمَبَانِى “Yang dimaksud dalam akad adalah maksud atau makna, bukan lafal atau bentuk perkataan”.

اَلْمُنْقَطِعُ عَنِ الْعِبَادَةِ لِعُذْرٍ مِنْ اَعْذَارِهَا إِذَا نَوَى حُضُوْرَهَا لَوْلَا الْعُذْرَ حَصَلَ لَهُ ثَوَابُهَا “Seseorang yang tidak dapat melaksanakan ibadah karena suatu halangan, padahal ia berniat untuk melakukannya jika tiada halangan, maka ia mendapatkan pahala”.

اَلْيَقِيْنُ لَايُزَالُ بِالشَّكِّ (٢)

Pengertian Yakin dan Syak اَلْيَقِيْنُ هُوَ مَا كَانَ ثَابِتًا بِالنَّظَرِ وَالدَّلِيْلِ “Sesuatu yang tetap, baik dengan penganalisaan maupun dengan dalil”. اَلشَّكُ هُوَ مَا كَانَ مُتَرَدِّدًا بَيْنَ الثُّبُوْتِ وَعَدَمِهِ مَعَ تَسَاوِى طَرَفَى الصَّوَابِ وَالْخَطَاءِ دُوْنَ تَرْجِيْهِ اَحَدِ هِمَا عَلىَ الْاٰخَرِ “Sesuatu yang tidak menentu antara ada dan tiadanya, dan dalam ketidaktentuan itu sama antara batas kebenaran dan kesalahan, tanpa dapat dimenangkan salah satunya”.

اَلْيَقِيْنُ لَايُزَالُ بِالشَّكِّ (٢) Landasan Kaidah : إِذَا وَجَدَ اَحَدُ كُمْ فِى بَطْنِهِ شَيْئًا فَأَشْكَلَ عَلَيْهِ اَخْرَجَ مِنْهُ شَيْءٌ اَمْ لَا فَلَا يَخْرُجَنَّ مِنَ الْمَسْجِدِ حَتَّى يَسْمَعُ صَوْتًا اَوْ يَجِدَ رِيْحًا (رواه مسلم عن ابى هريرة) “Apabila seorang diantara kalian menemukan sesuatu di dalam perutnya kemudian ragu apakah telah keluar sesuatu dari perutnya atau belum, maka janganlah keluar dari masjid sampai mendengar suara atau mendapatkan baunya ”.

إِذَا شَكَّ اَحَدُكُمْ فِى صَلَاتِهِ فَلَمْ يُدْرِكُمْ صَلّٰى أَثَلَاثًا اَوْ اَرْبَعًا فَلْيَطْرَحِ الشَّكَّ وَلْيَبْنِ عَلَى مَااسْتَيْقَنَ (رواه الترمذى عن عبد الرحمن) “Apabila seorang diantara kalian ragu dalam mengerjakan salat, tidak tahu berapa rakaat yang telah dikerjakan apakah tiga atau empat rakaat, maka buanglah keraguan itu dan berpeganglah kepada apa yang diyakini (yang paling sedikit)”.

Kaidah yg berkaitan dengan YAKIN, diantaranya : اَلْأَصْلُ بَقَاءُ مَاكَانَ عَلَى مَاكَانَ “Hukum asal adalah tetapnya apa yang telah ada atas apa yang telah ada”. اَلْأَصْلُ بَرَاءَةُ الذِّمَّةِ “Hukum asal adalah bebasnya seseorang dari segala tanggungan”.

مَنْ شَكَّ اَفْعَلَ شَيْئًا اَمْ لَا فَالْاَصْلُ اَنَّهُ لَمْ يَفْعَلْهُ “Barangsiapa yang ragu-ragu apakah ia telah melakukan sesuatu atau belum, maka hukum yang terkuat adalah ia belum melakukannya”. مَنْ تَيَقَّنَ الْفِعْلَ وَشَكَّ فِى الْقَلِيْلِ اَوِ الْكَثِيْرِ حُمِلَ عَلَى الْقَلِيْلِ لِأَنَّهُ الْمُتَقَيَّنَ “Barangsiapa yang yakin melakukan pekerjaan tetapi ragu-ragu tentang sedikit-banyaknya perbuatan, maka yang dianggap adalah yang sedikit karena hal itu yang menyakinkan”.

اِنَّ مَا ثَبَتَ بِيَقِيْنٍ لَا يَرْتَفِحُ إِلَّا بِيَقِيْنٍ “Sesungguhnya sesuatu yang berdasarkan keyakinan, tidak dapat dihilangkan kecuali dengan yang yakin pula”.

اَلْأَصْلُ فِى الْأَشْيَاءِ اَلْإِبَاحَةُ حَتَّى يَدُلَّ الدَّلِيْلُ عَلَى التَّحْرِيْمِ “Hukum asal sesuatu adalah kebolehan, sehingga terdapat bukti yang mengharamkannya”. (Imam Syafi’i) اَلْأَصْلُ فِى الْأَشْيَاءِ اَلتَّحْرِيْمُ حَتَّى يَدُلَّ الدَّلِيْلُ عَلَى الْإِبَاحَةِ “Hukum asal sesuatu adalah kebolehan, sehingga terdapat bukti yang mengharamkannya”. (Imam Hanafi)

اَلْأَصْلُ فِى الْكَلَامِ اَلْحَقِيْقَةُ “Hukum asal dalam memahami kalimat adalah makna hakikat”

Pembagian Syak : Abu Hamid al Asfiroyini Contoh : Keraguan yg berpangkal dari yang haram Penyembelihan di negara penduduk muslim dan majusi Keraguan yg berpangkal dari yang mubah Menemukan air yg sudah berubah untuk bersuci. Penyebab perubahan : 1) Najis, 2) Sudah lama Keraguan yg tidak diketahui pangkal asalnya Jual beli dg orang yang sebagian besar modalnya haram. Tidak dapat dibedakan antara modal hala dan modal haram

اَلْمَشَقَّةُ تَجْلِبُ التَّيْسِيْرُ (٣) Landasan Kaidah : يُرِيْدُ اللهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسرَ (البقرة : ١٨٥) “Allah menghendaki kemudahan bagi kalian, dan Dia tidak menghendaki kesulitan bagi kalian”. (QS. al Baqarah : 185)

وَمَا جَعَلَ لَكُمْ فِى الدِّيْنِ مِنْ حَرَجٍ (الحج :٧٨) “Dan Dia tidak menjadikan untukmu dalam agama suatu kesulitan” اَلدِّيْنُ يُسْرٌ اَحَبُّ الدِّيْنِ اِلَى اللهِ الْحَنَفِيَّةَ السَّمْحَةَ “Agama itu memudahkan, agama yang disenangi Allah adalah agama yang benar dan mudah”. (HR. Bukhari dari Abu Hurairah ra)

Klasifikasi Kesulitan : Mu’tadah Bersifat alami : tidak menggugurkan ibadah & ketaatan Ghaer Mu’tadah Tidak bersifat alami : bolehnya rukhshah

Kaidah yg berkaitan dengan kondisi yang MENYULITKAN, diantaranya : اِذَا ضَاقَ الْأَمْرُ اِتَّسَعَ وَاِذَااتَّسَعَ الْأَمْرُ ضَاقَ “Apabila suatu perkara itu sempit, maka hukumnya menjadi luas, sebaliknya jika suatu perkara itu luas maka hukumnya menjadi sempit”.

اَلضَّرَارُ يُزَالُ (٤)

اَلضَّرَارُ يُزَالُ (٤) Landasan Kaidah : وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْأَرْضِ “Dan janganlah kamu sekalian membuat kerusakan di bumi”. (QS. al A‘raf : 55)

اِنَّ اللهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ “sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang membuat kerusakan”. (al Qashash : 77) لَا ضَرَرَ وَلَاضِرَارَ “Tidak boleh membuat kerusakan pada diri sendiri serta membuat kerusakan pada orang lain”. (HR. Ahmad dan Ibn Majah dari Ibn Abbas)

Perbedaan Masaqat dg Darurat Kesulitan yg menghendaki adanya kebutuhan hajiyah ttg sesuatu; Bila tidak terpenuhi tdk akan membahayakan eksistensi manusia; Adanya masaqat mendatangkan keringanan (rukhsah) Darurat : Kesulitan yg sangat menentukan eksistensi manusia; Bila tidak diselesaikan akan mengancam agama, jiwa, keturunan, harta dan kehormatan manusia; Adanya darurat mendatangkan penghapusan hukum.

Kaidah yg berkaitan dengan kondisi MEMBAHAYAKAN, diantaranya : اَلضَّرُوْرَاتُ تُبِيْحُ الْمَحْظُوْرَاتِ “Kemadaratan-kemadaratan itu dapat memperbolehkan keharaman”. مَااُبِيْحَ لِلضَّرُوْرَةِ يُقَدَّرُ بِقَدَرِهَا “Apa yang diperbolehkan karena darurat, maka diukur menurut kadar kemadharatannya”.

اَلْإِضْطِرَارُ لَا يُبْطِلُ حَقَّ الْغَيْرِ “Keterpaksaan itu tidak dapat membatalkan hak orang lain”. دَرْءُ الْمَفَاسِدِ اَوْلٰى مِنْ جَلْبِ الْمَصَالِحِ فَإِذَا تَعَارَضَ مَفْسَدَةٌ وَمَصْلَحَةٌ قُدِّمَ دَفْعُ الْمَفْسَدَةِ غَالِبًا “Menolak kerusakan lebih diutamakan daripada menarik kemaslahatan, dan apabila berlawanan antara yg mafsadat dan mashlahah maka yg didahulukan adalah menolak mafsadatnya”

اَلضَّرَرُ لَايُزَالُ بِالضَّرَرِ اِذَا تَعَارَضَ مَفْسَدَتَانِ رُوْعِيَ أَعْظَمُهَا ضَرَرًا بِارْتِكَابِ اَخَفَّهِمَا “Apabila dua mafsadat bertentangan, maka perhatikan mana yang lebih besar madaratnya dengan memilih yang lebih ringan madaratnya”. اَلضَّرَرُ لَايُزَالُ بِالضَّرَرِ “kemadaratan itu tidak dapat dihilangkan dengan kemadaratan yang lain”.

اَلْعَادَةُ مُحْكَمَةٌ (٥)

اَلْعَادَةُ مُحْكَمَةٌ (٥) Landasan Kaidah : وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِيْنَ “Dan serulah orang-orang yang mengerjakan yang ma’ruf serta berpalinglah dari orang yang bodoh”. (QS. al ‘Aaraf : 199) وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ “Dan pergaulilah mereka secara patut”. (QS. an Nisa : 19)

وَمَا رَوَاهُ الْمُسْلِمُوْنَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ حَسَنٌ (رواه احمد عن ابن مسعود) “Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin maka baik pula di sisi Allah”.

Syarat ‘adah/’urf untuk dapat dijadikan hukum : Perbuatan yg dilakukan logis dan relevan dengan akal sehat, tdk mungkin berkenaan dengan perbuatan maksiat; Perbuatan, perkataan yg dilakukan selalu terulang-ulang, boleh dikata sudah mendarah daging pd perilaku masyarakat; Tidak bertentangan dengan ketentuan nash, baik al Qur’an maupun al Sunnah; Tidak mendatangkan kemudharatan serta sejalan dengan jiwa dan akal yang sejahtera.

Kaidah yg berkaitan dengan ‘ADAH, diantaranya : كُلُّ مَا وَرَدَبِهِ الشَّرْعُ مُطْلَقًا وَلَا ضَابِطَ لَهُ فِيْهِ وَلَا فِى اللُّغَةِ يُرْجَعُ فِيْهِ اِلَى الْعُرْفِ “Semua yg diatur oleh syara’ secara mutlak dan belum ada ketentuan yang kuat dalam agama serta dalam bahasa, maka semua itu dikembalikan pada ‘Urf”.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته