ANTENATAL CARE (WHO - DEPKES)
Antenatal Care (ANC) sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari faktor risiko kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Antenatal care untuk mendeteksi dini terjadinya risiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin.
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2009) : 1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan 2. Pemeriksaan tekanan darah 3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas) 4. Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri) 5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ) Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada sepuluh standar pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal dengan 10 T. Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2009) : 1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan 2. Pemeriksaan tekanan darah 3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas) 4. Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri) 5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ) 6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan. 7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan 8. Test laboratorium (rutindan khusus) 9. Tatalaksana kasus 10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan. 7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan 8. Test laboratorium (rutindan khusus) 9. Tatalaksana kasus 10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan
Pemeriksaan kehamilan harus dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan berlangsung, yakni pada trimester pertama, kedua dan ketiga. Namun, idealnya pemeriksaan dilakukan sebulan sekali pada bulan 1-6, dua kali pada bulan 7-8, dan seminggu sekali pada bulan ke-9 hingga bersalin (Indiarti, 2009).
6. Pemberian Imunisasai (Tetanus Toxoid) TT lengkap Efek setelah pemberian ke dua. Pemberian Imunisasai (Tetanus Toxoid) TT lengkap Tinjauan pemberian imunisasi TT (tetanus toxoid) adalah untuk melindungi ibu dan bayi dan infeksi tetanusneonatorum. Pemberian TT baru menimbulkan efek perlindungan bila diberikan sekurang-kurangnya 2 kali dengan variabel 4 minggu kecuali bila sebelumnya ibu telah mendapat TT 2 kali pada kehamilan yang lalu atau pada masa calon pengantin. Maka TT cukup diberikan satu kali saja (TT ulang). Bila ibu pernah mendapatkan suntikan TT 2 kali, diberikan suntikan ulang/boster 1 kali pada kunjungan antenatal yang pertama (Depkes, 2007).
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan Tujuan : Memenuhi kebutuhan Fe pada Ibu hamil dan nifas. Daya serap terhadap Fe akan baik apabila dihidari konsumsi tembakau, teh dan kopi untuk bantu penyerapan. Pemberian Tablet Zat Besi Tujuan pemberian tablet zat besi adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa hamil volume darah ibu mengalami pengenceran hingga kira-kira 25%, sedangkan pada masa nifas terjadi banyak pendaharan sehingga membutuhkan Fe yang lebih banyak (Pusdiknakes, 2001). Daya serap tubuh terhadap zat besi akan baik apabila dihindari mengkonsumsi tembakau, teh dan kopi untuk membantu penyerapan, dianjurkan mengkonsumsi makanan kaya protein dan vitamin C (Wastidar, 1999).
8. Test laboratorium Tes lab terhadap Penyakit Menular Seksual dan penyakit lainnya. Tes penyakit menular seksual dapat dilakukan mulai dari: a. Mengkaji riwayat penyakit terdahulu, riwayat obstetric, riwayat sosial dan lainlain. Melakukan pemeriksaan fisik mulai dan inspeksi seperti pada alat genitalia dan mungkin juga dibutuhkan palpasi Bila ada indikasi maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan Torch, VDRI dan juga pemeriksaan AIDS. Tes terhadap Penyakit Menular Seksual Tes penyakit menular seksual sangat penting karena banyak gejala asimtomatik penyakit menular seksual ini yang tidak diketahui seperti sipilis, gonorrhoe, clamidya trachomatis ataupun AIDS. Tes penyakit menular seksual dapat dilakukan mulai dari: a. Mengkaji riwayat penyakit terdahulu, riwayat obstetric, riwayat sosial dan lainlain. b. Melakukan pemeriksaan fisik mulai dan inspeksi seperti pada alat genitalia dan mungkin juga dibutuhkan palpasi. Bila ada indikasi maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan Torch, VDRI dan juga pemeriksaan AIDS.
9. Tatalaksana kasus Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan. Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
KEK Kurang energi kronis
10. Temu wicara (konseling) Karena itu seringkali ada suatu masalah yang muncul saat persalinan, seringkali sulit melakukan upaya rujukan dengan cepat. Penundaan dalam membuat keputusan dan pengiriman si ibu ke tempat rujukan akan menyebabkan tertundanya ibu mendapatkan penatalaksanaan yang diharapkan. Temu Wicara dalam Persiapan Rujukan BACA YG DI BOLD DULU BARU BACA SLIDE !!! Kebanyakan ibu tampak sehat-sehat saja sampai waktu persalinan dan melahirkan. Meskipun sebagian besar ibu akan mengalami persalinan normal, namun ada sekitar 10-15% dari mereka khususnya di Indonesia yang perlu dirujuk ke tempat pertolongan khusus seperti transfuse darah, tindakan-tindakan khusus (ekstraksi vakum, seksio secarea dan tindakan bedah obstetric). Karena itu seringkali ada suatu masalah yang muncul saat persalinan, seringkali sulit melakukan upaya rujukan dengan cepat. Penundaan dalam membuat keputusan dan pengiriman si ibu ke tempat rujukan akan menyebabkan tertundanya ibu mendapatkan penatalaksanaan yang diharapkan. Penundaan ini akan mempertinggi angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi.
REFERENSI Pedoman ANC Terpadu http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2013/12/Pedoman-ANC-Terpadu.pdf Diakses 01/07/2014 Antenatal Care http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31266/4/Chapter%20II.pdf Diakses 30/06/2014 http://www.who.int/pmnch/media/publications/aonsectionIII_2.pdf Diakses 30/06/2014