2 Fisiologi pernafasan Spons melakukan respirasi secara aerobik biasa, yaitu melalui difusi oleh sel-sel individu dalam tubuh spons tersebut. Hyman (1990) menemukan bahwa spons tidak dapat bertahan jika kekurangan oksigen dalam air atau hidup pada air yang busuk. Oksigen yang dikonsumsi dalam waktu tertentu tergantung pada tingkat arus air. Bagian yang terhubung dengan ostium ( tempat masuknya air ) mengandung oksigen 10 sampai 50% dari seluruh oksigen, lebih banyak jika dibandingkan dengan bagian-bagian spons lainnya.
3 Fisiologi saraf Spons tidak memiliki sel-sel saraf untuk mengkoordinasikan fungsi tubuh. Kebanyakan reaksi yang terjadi berasal dari hasil reaksi dari sel individu dalam menanggapi stimulus. Sebagai contoh, sirkulasi air melalui beberapa spons adalah minimal saat matahari terbit dan maksimum sesaat sebelum matahari terbenam karena munculnya cahaya mengakibatkan penyempitan sel porocyte, ostia, dan sekitarnya. Untuk mengatasi hal tersebut spons menjaga kanal incurrentnya agar tetap terbuka. Reaksi lain menunjukkan beberapa komunikasi antar sel. Sebagai contoh, laju sirkulasi air melalui spons bisa berhenti tiba-tiba tanpa penyebab eksternal yang jelas. Reaksi tersebut dapat disebabkan hanya karena aktivitas choanocyte berhenti kurang lebih secara bersamaan menyiratkan beberapa bentuk komunikasi internal adalah unknow. Pesan kimia yang disampaikan oleh sel amoeboid dan gerakan ion di atas permukaan sel munkin merupakan mekanisme kontrol. Tubuh spons menunjukkan sedikit kemampuan dalam menanggapi rangsangan ( conduktivitas ). Kemampuan yang paling kuat dalam menanggapi rangsang yang paling adalah di daerah osculum ( Miller, Stephen dan John Harley, 1996 )
4 Fisiologi Osmoregulasi Spons laut yang tampaknya isoosmotik ( Hopkins, 1996; Wells,1961 ). Regulasi isotonik atau Isoosmotik, yaitu bila konsentrasi cairan tubuh sama dengan konsentrasi media,sehingga dapat dikatakan mereka tidak melakukan osmosis, hanya regulasi ion ( Sulmartiwi, Laksmi dan Hari suprapto.,2012 ).
5 Reproduksi Reproduksi hewan ini dilakukan secara aseksual maupun seksual. Umumnya, spons menghasilkan ovum dan juga sperma pada individu yang sama sehingga porifera bersifat Hemafrodit. Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan tunas dan gemmule. Dilakukan dengan membentuk tunas pada tubuh induk., lama-kelamaan akan terbentuk koloni porifera. Fragmen-fragmen kecil melepaskan diri dari spons induk, menempel pada substrat, dan tumbuh menjadi spons baru. Reproduksi secara seksual dilakukan dengan pembuahan sel telur suatu porifera oleh sel sprema porifera yang lain secara internal. Masing-masing individu menghasilkan sperma dan ovum. Kedua sel kelamin terbentuk dari perkembangan sel-sel amebosit atau koanosit. Sel-sel sperma dilepaskan ke dalam air, kemudian masuk ke tubuh spons lain bersama aliran air melalui ostium untuk melakukan fertilisasi. Hasil pembuahan berupa zigot yang akan berkembang menjadi larva bersilia. Larva tersebut akan keluar dari tubuh porifera induk melalui oskulum, kemudian melekat di dasar perairan untuk tumbuh menjadi dewasa.