Inflasi: Teori, Empiris dan Kebijakan Pengendaliannya Disampaikan oleh: Pemimpin Bank Indonesia Tegal Tegal, 22 Februari 2012
Definisi Inflasi dan Perkembangan Empirisnya
Konsep dan Definisi Inflasi (1) Apakah Inflasi? “...a condition of generally rising prices..” (Okun, 1970) “…kecenderungan kenaikan harga secara umum dan terus menerus…” (Boediono,1999) Mengapa peduli dengan Inflasi? Menurunkan daya beli Mencuri pendapatan ? Memperlebar kesenjangan pendapatan Menghambat investasi produktif Menghambat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang
Konsep dan Definisi Inflasi (2) Apakah indikator inflasi? Indeks Harga Produsen (PPI) Indeks Harga Pedagang Besar (WPI) Indeks Harga Konsumen/IHK (CPI) Digunakan secara luas Keranjang barang dan jasa berdasar Survey Biaya Hidup (SBH) Indikator inflasi yang lain? Indeks Harga Assets Perilaku pergerakan harga aset baik aset berupa properti dan saham indikator tekanan terhadap harga ke depan (melalui jalur wealth effect). GDP Deflator Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.
Inflasi IHK dan Inflasi Inti Dihitung berdasarkan keranjang barang dan jasa yg ditentukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH). Berdasarkan SBH 2007, jumlah komoditi dlm keranjang IHK adalah 774 komoditi yg disurvei di 66 kota. IHK di Kota Tegal sejumlah 318 komoditi. Selain inflasi IHK (umum/headline), inflasi inti dihitung utk mendapatkan indikator yg lebih mencerminkan kondisi fundamental, dgn mengeluarkan komoditas yg dipengaruhi musiman dan kebijakan Pemerintah. Metode perhitungan inflasi inti: a. Metode exclusion (rujukan perhitungan BPS) mengeluarkan komoditas pangan yg harganya bergejolak (volatile food) dan yg harganya diatur pemerintah (administered prices) jenis komoditas yang dikeluarkan tetap b. Metode trimmed mean memangkas terhadap item yang mengalami perubahan harga bulanan ekstrem jenis komoditas yang dipangkas berubah setiap bulannya
Grafik: Event Analysis Inflasi 2001-2011 Karakteristik Inflasi Indonesia (1) Meskipun dalam trend menurun, inflasi Indonesia masih relatif tinggi dan sering bergejolak. Terutama karena adanya kejutan (shocks) seperti kenaikan harga komoditas strategis (BBM, Tarif Angkutan, TTL) maupun gejolak pasokan bahan pangan. Grafik: Event Analysis Inflasi 2001-2011
Karakteristik Inflasi Indonesia (2) Peran sisi supply cukup dominan.... Dalam 20 tahun tahun terakhir, inflasi terendah rata-rata mencapai sekitar 5% (kecuali 1999 dan 2009). Hal tersebut didukung oleh (1) terjaganya/melimpahnya pasokan bahan pangan pokok, dan (2) minimalnya kenaikan administered prices. 7
Karakteristik Inflasi Indonesia (3) Terdapat disparitas harga yg cukup besar baik antar pelaku, antar waktu maupun antar daerah.... Bulan Grafik: Disparitas antar Pelaku Grafik: Disparitas antar Waktu Grafik: Disparitas antar Daerah
Karakteristik Inflasi Indonesia (4) Siklus musiman a.l. panen dan hari raya berdampak pada disparitas harga antar waktu yang cukup besar... Historis Inflasi Beras Historis Inflasi Cabe Merah Historis Inflasi Bawang Merah Historis Inflasi daging Sapi
Determinan Inflasi (1) Demand pull inflation Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan barang dan jasa meningkat Ciri: Kenaikan harga barang output mendahului kenaikan harga barang input & faktor produksi Cost push inflation Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi Ciri: Kenaikan harga barang input & faktor produksi mendahului kenaikan harga output Ekspektasi inflasi Inflasi yang ada di benak masyarakat luas
Faktor-faktor yang mempengaruhi Inflasi IHK Indonesia... INTI NON-INTI Output Gap Eksternal Ekspektasi Populasi Impor Makanan Produksi Permintaan Penawaran Administered Price Volatile Food Price Investasi Konsumsi Ekspor Supply Shocks Kebijakan Pemerintah Inflasi Dunia Nilai Tukar Inersia 11
Faktor-faktor yang mempengaruhi Inflasi Inti dari eksternal... Output Gap INFLASI INTI Eksternal Grafik. Inflasi Mitra Dagang dan Nilai Tukar Ekspektasi INFLASI IHK INFLASI NON-INTI Grafik. Inflasi IHPB Impor, komoditas impor dan Inti
Grafik. Penjualan Ritel Grafik. Kapasitas Produksi Terpakai dari kesenjangan output... Output Gap INFLASI INTI Eksternal Grafik. Penjualan Ritel Ekspektasi INFLASI IHK INFLASI NON-INTI Grafik. Kapasitas Produksi Terpakai
dari ekspektasi inflasi... Output Gap INFLASI INTI Eksternal Ekspektasi INFLASI IHK Grafik. Ekspektasi Konsumen Grafik. Ekspektasi Pedagang Grafik. Ekspektasi Inflasi dari Consensus Forecast 14
Faktor-faktor yang mempengaruhi Inflasi Administered Prices INTI Ekspektasi Inflasi INFLASI IHK Kebijakan Administered Grafik. Inflasi Adm Prices vs Non Adm-Prices Pemerintah Price INFLASI NON-INTI Grafik. Inflasi Adm Prices dan Ekspektasi Inflasi
Kebijakan Strategis (terutama Kebijakan energi) Dampak Kebijakan Administered Prices Kebijakan Strategis (terutama Kebijakan energi) Dampak Langsung Dampak Lanjutan Potensi Ekses Kenaikan inflasi dari harga komoditas energi tsb Kenaikan harga –harga komoditas lainnya: jalur harga input (cost-push) jalur ekspektasi inflasi Jika tidak terkelola dengan baik, berpotensi terjadi kelangkaan, penimbunan, dan bbrp bentuk kriminalitas lain.
Impor : Food and Live Animals Pola Produksi dan Inflasi Bulanan Beras Faktor-faktor yang mempengaruhi Inflasi Volatile Foods Selain dari domestik, pasokan pangan juga bergantung dari impor - harga pangan global - nilai tukar Rupiah Produksi bbrp komoditas pangan domestik bersifat musiman Pola permintaan bahan pangan juga dipengaruhi oleh siklus musiman hari raya Impor : Food and Live Animals Pola Produksi dan Inflasi Bulanan Beras
Harga Gandum Internasional & Tepung Terigu Harga CPO dan Minyak Goreng Perilaku harga komoditas domestik cenderung asimetri dalam merespon harga komoditas global…. Ditandai dengan fenomena down-ward price rigidity Harga Gandum Internasional & Tepung Terigu Harga CPO dan Minyak Goreng
Realisasi Inflasi dan Sasaran Inflasi Kebijakan moneter diarahkan dengan pencapaian sasaran akhir adalah kestabilan harga.... Sasaran akhir : Inflasi Sasaran inflasi dijadikan prioritas pencapaian (overriding objective) dan acuan (nominal anchor) kebijakan moneter. Bersifat antisipatif (forward looking) adanya efek tunda (lag) kebijakan moneter. Mengikatkan diri kepada suatu aturan (rule), tetapi cukup fleksibel dalam operasionalisasinya (constrained discretion). Sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola yang sehat (good governance): transparan dan berakuntabilitas. Realisasi Inflasi dan Sasaran Inflasi
Ilustrasi Respon Kebijakan Moneter Sasaran Inflasi (2) Respon kebijakan moneter untuk mencapai sasaran inflasi.... Ilustrasi Respon Kebijakan Moneter 20
Sasaran Inflasi (3) Sasaran inflasi adalah alat bantu untuk mencapai tujuan kestabilan harga.... OPERASI MONETER RESPON KEBIJAKAN INDIKATOR KEBIJAKAN SASARAN AKHIR Instrumen Moneter BI RATE PRAKIRAAN INFLASI SASARAN INFLASI + Stabilisasi nilai tukar Kebijakan perbankan Kebijakan makroprudential + Koordinasi Pemerintah KREDIBILITAS KEBIJAKAN KOMUNIKASI KEBIJAKAN 21
Perkembangan Inflasi IHK Inflasi Pra dan Paska Krisis Sasaran Inflasi (4) Beberapa faktor penting yg menjadi pertimbangan dlm penetapan sasaran inflasi: Karakteristik inflasi Peran sisi supply masih dominan Faktor kejutan (shocks) dari VF dan adm prices masih besar 2. Proyeksi dan risiko inflasi Identifikasi tekanan dari faktor eksternal: ekonomi dunia, harga komoditas global, nilai tukar Rupiah Identifikasi tekanan dari domestik: pertumbuhan ekonomi domestik, Identifikasi faktor risiko : (i). kebijakan adm prices (ii). Risiko dari kelompok pangan, dsb Perkembangan Inflasi IHK Inflasi Pra dan Paska Krisis 3. Kredibilitas Relatif masih rendah, dalam kurun waktu 2005–2010 hanya 1 kali inflasi sesuai sasarannya (th 2007) 4. Transmisi Kebijakan Moneter Lag kebijakan moneter
Kebijakan Pengendalian Inflasi
Koordinasi Kebijakan Pengendalian Inflasi (1) Inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat ... Kesejahteraan Masyarakat PERTUMBUHAN EKONOMI YG DIDUKUNG INFLASI RENDAH Tersedianya barang yg dibutuhkan dgn mudah dan murah PEMERINTAH (PUSAT dan DAERAH) Menciptakan Ketahanan Pangan Menjaga iklim investasi Meyediakan infrastruktur Mengatur adm. prices BANK INDONESIA/PERBANKAN Menciptakan stabilitas moneter dan sistem keuangan Memfasilitasi pembiayaan dan jasa keuangan lainnya Produksi yg efisien Distribusi yg lancar Pasar yg tidak terdistorsi Pembiayaan yg mudah & murah Daya saing yang tinggi DUNIA USAHA Memanfaatkan SDA dan SDM sbg faktor produksi KENDALA Biaya distribusi mahal Pembiayaan mahal Daya saing rendah Struktur pasar terdistorsi
Koordinasi Kebijakan Pengendalian Inflasi (2) Pengendalian inflasi memerlukan kerjasama dan koordinasi lintas instansi... 25
Koordinasi Kebijakan Pengendalian Inflasi (3) Koordinasi Kebijakan antara Pemerintah dan Bank Indonesia diwujudkan dalam pembentukan TimPengendalian Inflasi (TPI) di level pusat sejak th 2005. Selanjutnya, pada tahun 2008 mulai dirintis pembentukan Tim Pengendalian Inflasi di level daerah (TPID). Sampai saat ini telah terbentuk di 65 TPID dari 66 kota yg disurvei BPS. Selanjutnya, pada Juli 2011 terbentuk Kelompok Kerja Nasional (POKJANAS) TPID yang diharapkan menjadi katalisator yg dapat memperkuat efektivitas peran TPID.
Pengendalian Inflasi Th 2011 : Upaya TPI Kegiatan TPI diarahkan pada langkah antisipasi terhadap potensi tekanan kenaikan inflasi bahan pangan, pengelolaan komoditas strategis yang harganya diatur Pemerintah, dan pengelolaan ekspektasi inflasi masyarakat Intensifikasi pemantauan produksi, distribusi, dan kebijakan pangan strategis Optimalisasi peran BULOG dalam pengadaan dan penyaluran beras Kajian awal efektifitas kebijakan HPP fleksibel Meminimalkan dampak adm prices, dengan mempertimbangkan pengaturan besaran (magnitude) dan waktu implementasi (timing) kebijakan Nota Kesepahaman BI dan Kementerian ESDM untuk pertukaran data dan informasi. Merumuskan sasaran inflasi nasional th 2013-2015, disertai strategi komunikasi Diseminasi analisis inflasi (bulanan) untuk TPI dan TPID. Menjaga ekspektasi masyarakat.
Pengendalian Inflasi Th 2011 : Upaya TPID (1) Strategi Pengendalian Inflasi di Level Daerah Pengendalian Inflasi Th 2011 : Upaya TPID (1) Agenda Aksi Jakarta 2011 yg merupakan hasil Rakornas TPID ke-dua (Maret 2011) menegaskan komitmen daerah utk bersama-sama menjaga stabilitas harga. Sepanjang 2011, forum pertemuan TPID di daerah menghasilkan berbagai rekomendasi utk mengatasi permasalahan inflasi di daerah dan beberapa diantaranya telah dapat diimplementasikan, yaitu antara lain: Pemantauan dan perbaikan di sisi pasokan, antara lain : Mendorong pelaksanaan operasi pasar di sejumlah daerah, dan memperbaiki efektivitas mekanisme operasi BULOG dan lebih memperhatikan perbedaan karakteristik konsumsi masyarakat antar daerah (a.l. dilakukan di Jakarta, Sulawesi, Kalimantan dan Papua). Memfasilitasi pemberian bantuan sarana produksi (saprodi) petani cabe dan memperkuat cadangan pangan melalui resi gudang guna meningkatkan sisi produksi (dilakukan di Kalimantan). Pemantauan dan perbaikan di sisi distribusi, antara lain : Bekerjasama dg aparatur penegak hukum, melakukan upaya utk meminimalkan aksi spekulasi atau penimbunan melalui identifikasi jalur distribusi, inspeksi, dan penindakan langsung ke gudang-gudang (dilakukan oleh Jabar). Guna menjaga kelancaran distribusi barang, mengusulkan pelabuhan untuk mengoperasikan bongkar-muat secara 24 jam disertai penambahan fasilitas crane (dilakukan di NTT). Pengelolaan ekspektasi masyarakat Penguatan strategi komunikasi antara lain melalui diseminasi media, iklan layanan masyarakat, forum diskusi dengan masyarakat, dan penerbitan siaran pers untuk mengarahkan ekspektasi masyarakat terhadap ketersediaan bahan pokok yang memadai (dilakukan oleh hampir seluruh daerah).
Pengendalian Inflasi Th 2011 : Upaya TPID (2) Momentum perayaan hari raya Idul Fitri pada tahun ini relatif tidak diikuti adanya tekanan kenaikan harga yg berlebihan. Hal ini antara lain turut dipengaruhi oleh cukup intensifnya langkah kebijakan antisipasi yg ditempuh di berbagai daerah. Inflasi Bulanan (mtm) Daerah Selama Periode Tiga Bulan Siklus Perayaan Hari Raya Idul Fitri
Bobot Inflasi Menurut Kawasan Peta Penyebaran TPID Peta Penyebaran TPID NAD 1.Banda Aceh 2. Lhokseumawe Jawa Timur 1. Surabaya 2. Jember 3. Kediri 4. Malang 5. Sumenep 6. Probolinggo 7. Madiun Jawa Barat Bandung Tasikmalaya Cirebon Bogor Bekasi Depok Sukabumi Banten Serang Tangerrang Tangerang Selatan** Pandeglang* Bali 1. Denpasar Riau 1. Pekanbaru Kepulauan Riau Batam Tanjung Pinang Jambi 1. Jambi Sulawesi Tenggara 1. Kendari Kalimantan Timur Samarinda Balikpapan Tarakan Kalimantan Selatan 1. Banjarmasin DI Yogyakarta 1. Yogyakarta Kalimantan Tengah Palangkaraya Sampit Kalbar Bobot Inflasi Menurut Kawasan Pontianak Singkawang Gorontalo 1.Gorontalo Sumut Sulut 1.Medan 2. Sibolga 3. Padang Sidempuan 1.Manado Malut 1.Ternate Papua Bengkulu Sulawesi Barat Sulteng Papua Barat 1.Jayapura Babel 1. Bengkulu 1. Mamuju 1.Palu 1.Manokwari Sumsel 1.Pangkal Pinang Sumbar 1.Palembang 1. Padang Maluku DKI Jakarta 1. Ambon Lampung 1.Jakarta 1.Bandar Lampung Sulawesi Selatan 1. Makassar Jateng Semarang Surakarta Purwokerto Tegal Nusa Tenggara Mataram Kupang Bima *) BPS menghitung inflasi dari 66 kota (SBH 2007) **) TPID di Kota bukan basis penghitungan inflasi nasional
Tantangan ke Depan Ke depan, pengendalian inflasi masih menghadapi berberapa tantangan terkait beberapa permasalahan struktural inflasi Kesinambungan Pasokan Pangan Kesinambungan pasokan pangan mengingat karakteristik yang cenderung musiman Peningkatan produktivitas pangan ditengah kendala iklim (Jawa sebagai basis produks pangan) Rendahnya Konektivitas - Terutama di luar Jawa yg memiliki tingkat ketergantungan pasokan antara daerah yg tinggi. Kesenjangan Informasi - Kesenjangan Informasi (asymetric information) antar pelaku ditengah panjangnya rantai distribusi menyebabkan tidak efisiennya harga di pasar Distorsi Struktur Pasar - Struktur pasar beberapa komoditas strategis yang terdistoris menyebabkan adanya kekakuan dalam perilaku pembentukan harga.
Tantangan ke Depan: Konektivitas dan Infrastruktur Peringkat Daya Saing Infrastruktur Indonesia Tahun 2009 (134 negara) Pada tahun 1996, peringkat daya saing infrastruktur Indonesia berada diatas negara China, Thailand, Taiwan, dan Srilanka. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur di Indonesia saat ini mengalami kemunduran Sumber: Bappenas diambil dari World Competitiveness Report, 2009 – 2010 32
Perkembangan Inflasi Kota Tegal
Inflasi Kota Tegal 2011 Kota Purwokerto Surakarta Semarang Tegal 3,40% 1,93% 2,87% 2,58% Inflasi Kota Tegal tahun 2011 tercatat sebesar 2,58%, merupakan inflasi yang terendah dalam 9 tahun terakhir. Lebih rendah jika dibandingkan dengan Jawa Tengah dan Nasional. Dibandingkan dengan kota-kota penghitungan inflasi lainnya di Jawa Tengah, inflasi Kota Tegal hanya kalah dari inflasi Kota Surakarta.
Inflasi Kota Tegal 2011 Inflasi beberapa sub kelompok terpilih Berdasarkan kelompok inflasi, kelompok sandang mengalami inflasi yang tertinggi yaitu sebesar 17,53% yang utamanya disebabkan oleh kenaikan harga emas perhiasan dalam sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya. Disusul oleh kelompok pendidikan rekreasi dan olah raga yang mengalami inflasi sebesar 4,95%, lebih jauh didalamnya terutama pada sub kelompok pendidikan yang mengalami inflasi sebesar 8,61%. Sementara itu, kelompok bahan makanan mengalami inflasi yang relatif rendah yaitu sebesar 0,79% jauh lebih rendah inflasi tahun tahun sebelumnya dimana pada 2009 dan 2010 masing-masing tercatat sebesar 5,75% dan 16,36%. Rendahnya inflasi kelompok ini salah satunya disebabkan deflasi yang cukup dalam pada sub kelompok bumbu-bumbuan (cabe, bawang merah) walaupun pada sub kelompok padi-padian dan ikan segar mengalami inflasi yang cukup signifikan. Sedangkan Kelompok lainnya berada pada tingkat inflasi yang relatif moderat. 35
Inflasi Kota Tegal 2011 Berdasarkan disagregasi inflasinya, inflasi inti mengalami penurunan dan tercatat 3,73% (yoy) di akhir tahun setelah sempat naik sejak akhir triwulan I-2011 akibat tekanan kenaikan harga emas perhiasan seiring dengan kenaikan harga emas internasional. Selain kenaikan harga emas perhiasan, kenaikan biaya pendidikan di tingkat SD, SLTP dan SLTA juga menyumbang angka inflasi yang signifkan pada inflasi inti di tahun 2011. Inflasi volatile foods juga memperlihatkan penurunan selama 2011 dan tercatat sebesar 0,99% (yoy) jauh lebih rendah dibandingkan inflasi tahun sebelumnya (16,89%-yoy). Penurunan volatile tahun 2011 banyak disebabkan oleh penurunan harga yang cukup signifikan pada komoditas cabe dan bawang merah yang di tahun 2010 harganya melejit tinggi (cabe). Sementara itu, harga beras masih mengalami inflasi pada 2011 walaupun besarannya lebih rendah dari tahun 2010. Inflasi Administered Prices juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya dan tercatat sebesar 1,14% dari 4,26%. Inflasi adm prices 2011 disumbang oleh kenaikan harga tiket kereta api, elpiji dan cukai rokok. Sumber: BPS, diolah. Sumber: BPS dan Bloomberg, diolah. 36
Inflasi Kota Tegal 2011 Dilihat dari komoditas, emas perhiasan menjadi komoditas yang mempunyai rata- rata sumbangan terhadap inflasi yang tertinggi tiap bulannya selama tahun 2011. Berikutnya disusul oleh beras, daging ayam ras, biaya SLTA dan telur ayam ras dalam daftar lima komoditas yang mempunyai rata-rata sumbangan terhadap inflasi tertinggi selama tahun 2011. Yang cukup mengejutkan adalah biaya pendidikan SD, SLTP dan SMA termasuk dalam daftar 20 komoditas penyumbang inflasi tertinggi di 2011. Berikut adalah daftar 20 komoditas penyumbang inflasi tertinggi 2011 (rata-rata bulanan):
Inflasi bulanan (%, mtm) Inflasi tahunan (%, yoy) Perkembangan Inflasi Kota Tegal Terkini (Januari 2012 Realisasi inflasi Kota Tegal pada bulan Januari 2012 tercatat sebesar 0,62% (mtm) jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,06% (mtm). Secara tahunan inflasi Kota Tegal bulan Januari 2012 tercatat sebesar 2,88% (yoy). Inflasi volatile foods mengalami kenaikan yang cukup signifikan akibat naiknya harga pada hampir semua sub kelompok di dalamnya. Kenaikan harga beras menjadi yang paling signifkan dalam mempengaruhi inflasi bulan ini, disamping komoditas lainnya seperti minyak goreng dan telur ayam ras. Pada kelompok inflasi inti, penurunan harga emas perhiasan tidak mampu membendung kenaikan harga barang-barang pad sub kelompok lainnya yang merangkak naik sehingga menyumbang inflasi pada kelompok ini. Pada inflasi inti juga terdapat hal yang mengejutkan yaitu terdapat kenaikan harga dalam sub kelompok biaya pendidikan selama dua bulan berturut-turut dengan besaran yang sama, khususnya pada biaya pendidikan SD, SLTP dan SLTA. Sedangkan pada kelompok administered prices, kenaikan tarif parkir yang ditetapkan pemerintah Kota Tegal sebesar 100% menjadi penyumbang inflasi yang signifikan di bulan ini. Inflasi bulanan (%, mtm) Inflasi tahunan (%, yoy) Sumber: BPS, diolah. 38
Sekilas Kegiatan TPID Kota Tegal Rapat Tim Teknis Bulanan Setiap bulan sudah dilaksanakan rapat untuk membahas perkembangan harga, masalah yang muncul dan soluisinya. Hingga kini secara rutin sudah berlangsung empat kali sejak Oktober 2011 – Januari 2012. Sampai saat ini , rapat sudah berjalan dengan baik dan dihadiri oleh sejumlah anggota Tim Teknis TPID Kota Tegal/ atau yang mewakili serta narasumber dari BPS Kota Tegal. Risalah rapat dan siaran pers selalu dikirimkan kepada anggota Tim Pengarah dan Tim Teknis TPID secara berkala sebagai masukan dan pertimbangan dalam rangka perumusan kebijakan. Siaran Pers hasil Rapat TPID untuk pembentukan ekspektasi masyarakat Siaran pers hasil rapat dan rekomendasi TPID selalu disampaikan pada media masa setelah berakhirnya rapat, sebagai informasi bagi masyarakat mengenai ketersediaan stok serta dalam rangka membentuk ekspektasi masyarakat guna menekan inflasi kedepannya. Hasil rapat secara konsisten dimuat pada situs berita online koranlokal.com dan panturanews.com dan harian RADAR TEGAL. Kegiatan Lapangan Salah satu kegiatan lapangan yang dilaksanakan TPID Kota Tegal dalam rangka pengendalian inflasi sebagaimana disampaikan dalam rekomendasi rapat adalah ikut mensukseskan acara penyerahan secara simbolis raskin ke-13 kepada masyarakat miskin Kota Tegal di Kelurahan Bandung, Kecamatan Tegal Selatan , Kota Tegal.
Terima Kasih