Literasi Media dan Pelatihan beserta Model Pelatihan Pemberdayaan Literasi Media Nurmala Sari Nur Aisyah Ariesva Retno Putri Dini Aisyah Waliyah Puteri Permata Sari Daulay Dina Hairani Sinaga Diah Ayu Lesatari Vina Selvia Muhammad Andromeda Amin
Pengertian Literasi Media dan Pelatihan pasal 52 Undang-undang no. 32 tahun 2002 literasi adalah kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan sikap kritis masyarakat. Artinya definisi ini lebih menekankan sikap kritis masyarakat. McCannon mengartikan literasi media sebagai kemampuan secara efektif dan secara efesien memahami dan menggunakan komunikasi massa (Strasburger & Wilson, 2002) James W Potter (2005) mendefenisikan literasi media sebagai satu perangkat perspektif dimana kita secara aktif memberdayakan diri kita sendiri dalam menafsirkan pesan-pesan yang kita terima dan bagaimana cara mengantisipasinya
Model Pelatihan Melek Media Untuk Pemberdayaan Khalayak Media Model pelatihan melek media inipun mendasarkan diri pada teori yang dikembangkan dalam ilmu komunikasi yang melihat media massa bukan hanya merefleksikan realitas melainkan juga merepresentasikan realitas, disusun dengan memadukan tahapan pelatihan yang dikembangkan Nadler (1982: 12) dan Goad (1982:11) yang dipadukan dengan konsep pendidikan nonformal sebagai proses pemberdayaan dari Kindervatter (1979), serta Model Mancraft dari Stole (2001)
kondisi media massa di Indonesia yang hampir sepenuhnya dimiliki oleh swasta- yang tentunya mendirikan perusahaan media untuk mendapatkan keuntungan komersial- penyampaian pesan kepada khalayak media massa perlu dipertimbangkan dmapak komersialnya pada media massa Dalam pemberdayaan khalayak media massa tersebut dipergunakan pendekatan pemberdayaan yang dikembangkan Kindervatter (1979)
Dalam proses pemberdayaan melalui kegiatan pendidikan non-formal Kindervatter menggunakan struktur kelompok kecil dengan kelompok yang disengaja dibentuk atau kelompok yang sudah terbangun ditengah masyarakat. Dalam proses pembelajaran tersebut metode pembelajaran yang dipergunakan adalah kontinum andragogi-paedagogi (lihat,sudjana, 2000:36).
Seleksi peserta dan pemilih Komponen model No Komponen Uraian 1 Konteks teoritis Menggunakan pembelajaran partisipatoris dengan pendekatan kontinum paedagogi-andragogi 2 Tujuan Tujuan ditetapkan setelah melakukan identifikasi pola konsumsi media (media-habbits) dan analisis kebutuhan 3 Seleksi peserta dan pemilih dilakukan dengan menetapkan kriteria peserta dan pemilihan pelatih dilakukan setelah menetapkan kriteria pelatih. Peserta berasal dari satu organisasi yang ada ditengah masyarakat. Pelatih berasal dari kalangan perguruan tinggi atau lembaga swadaya masyarakat.
4 Proses Pelatihan diselenggarakan dengan fleksibilitas pengaturan seksi pelatihan; terbuka kesempatan bagi peserta pelatihan untuk mengemukakan kasus atau permasalahan; ketersediaan bahan ajar yang kaya akan contoh; latihan untuk meningkatkan pemahaman atau diskusi serta peran pelatih sebagai mitra belajar. Proses pelatihan juga didukung dengan penyediaan contoh isi-pesan media massa dan perangkat untuk menayangkan contoh tersebut 5 Struktur Pelatihan Sesi pelatihan memiliki fleksibilitas, sehingga tidak terpaku pada jadwal yang sudah ditetapkan sebelumnya, tetapi mengikuti perkembangan pelaksanaan pelatihan. Dalam proses pelatihan dalam berangsur-angsur kepemimpinan pembelajaran ada pada peserta pelatihan 6 Topik/ pokok bahasan Topik/ pokok bahasan dasar tentang literasi media dipersiapkan sebelumnya namun ada kesempatan bagi peserta pelatihan untuk mengembangkan topik /pokok bahasan sejalan berdasarkan pengalaman mengonsumsi media massa.
7 Bahan Ajar berisikan pengetahuan dasar melek-media yang meliputi: Pengetahuan tentang dunia media massa Analisis isi-pesan media massa Evaluasi isi-pesan media massa Menyusun isi-pesan untuk media massa 8 Evaluasi Evaluasi terdiri atas: Evaluasi sesi pelatihan Evaluasi hasil pelatihan Evaluasi program pelatihan Dalam melakukan evaluasi peran peserta pelatihan lebih besar dibandingkan dengan pelatih. 9 Anggaran bergantung pada lembaga penyelenggara pelatihan. Bila oleh lembaga pemerintah maka sumber anggaran adalah anggaran pemerintah. Bila oleh LSM anggaran bersumber dari bantuan pihak swasta dan bantuan lembaga internasional. bila oleh perguruan tinggi dana bisa berssumber dari pemerintah atau swasta. 10 Pemasaran Program Kegiatan merekrut peserta pelatihan dilakukan dengan cara menghubungi tokoh masyarakat dan pemimpin formal masyarakat seperti ketua RT/RW atau ketua organisasi yang ada di masyarakat.
PRASYARAT IMPLEMENTASI MODEL No Komponen Prasyarat 1 Organisasi Masyrakat yang berorientasi pada kegiatan pembelajaran seperti majelis taklim, kelompok pendengar dan pembaca dan pemirsa (kelompencapir). 2 Penyelenggara Lembaga atau individu yang memiliki peran sebagai agen perubahan 3 Identifikasi dan analisis kebutuhan Identifikasi pola konsumsi media untuk menetapkan jenis literasi media berdasarkan konsumsi media tertinggi dan analisis kebutuhan belajar yang menilai kemampuan melek-media calon peserta. 4 Penetapan Tujuan Tujuan ditetapkan berdasarkan kebutuhan belajar peserta.
Anggota satu organisasi masyarakat. 5 Peserta Anggota satu organisasi masyarakat. 6 Pelatih Memiliki pengetahuan tentang media massa, memiliki kemampuan melakukan proses belajar partisipatif, dan menguasai pengetahuan melek-media 7 Kurikulum Ditetapkan berdasarkan kebutuhan belajar peserta 8 Bahan ajar Memuat pengetahuan tentang literasi media dan latihan untuk meningkatkan pemahaman atas literasi media 9 Prasarana Diperlukan untuk penyelenggaraan pelatihan dan menampilkan contoh kasus 10 Proses Interaksi edukasi yang melibatkan berbagai sumber daya dengan kepemimpinan pembelajaran ada ditangan peserta 11 Evaluasi Kesediaan peserta untuk melakukan penilaian atas proses belajar, hasil belajar dan program pelatihan.
Keterbatasan Model model pelatihan ini hanya dapat dipergunakan untuk mengembangkan kompetensi literasi media bagi khalayak pemirsasiaran televisi model ini hanya dapat dipergunakan untuk mengembangkan pelatihan baagi kelompok khalayak ibu rumah tangga model ini belum bisa diketahui efektivitasnya bila diterapkan pada kelompok khalayak ibu rumah tangga yang tingkat pendidikannya dibawah smp sederajat. model ini dikembangkan untuk keperluan penyelenggaraan pelatihan bagi ibu rumah tangga di perkotaan
Model yang dikembangkan dalam penelitian ini uji coba tersebut dilakukan pada kelompok ibu rumah tangga yang relatif homogen Model ini di uju coba kan pada kelompok ibu rumah tangga dengan jumlah yang terbatas