T.Henny febriana Harumy S.Kom.,M.Kom.,M.Si

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PRIVATE AND CONFIDENTIAL Paradigma Baru Tata Kelola Migas UNTUK MEWUJUDKAN Kesejahteraan Bangsa • Sampe L. Purba •
Advertisements

Evaluasi KD 5.2 START.
SISTEM PEREKONOMIAN FENARO Rai.E - Mak.
Fungsi dan Operasi Agroindustri
PENDAPATAN NASIONAL Pertemuan ke
SAP 3 EVALUASI PROYEK DESAIN STUDI KELAYAKAN DAN MEMPEROLEH GAGASAN
Hilirisasi Komoditas Rumput Laut
Manajemen rantai pasokan
PENGANTAR EKONOMI MAKRO
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KOPERASI DI INDONESIA
ILLUSTRATED WEEKLY NEWSPAPER
Retno Endah Andayani, S. Pd
RUANG LINGKUP INDUSTRI KARET DAN BARANG KARET
INDUSTRI Bila ada pertanyaan : Facebook : ranto.lumban.gaol
PELAKU EKONOMI PERTEMUAN 10.
Pemasaran Agroindustri Tomat
Berita Resmi Statistik
VARIABEL-VARIABEL PENENTU PENDAPATAN NASIONAL
KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI NEGARA-NEGARA BERKEMBANG DAN MAJU
DUKUNGAN DPR DALAM PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBIAYAAN INDUSTRI
PENGANTAR EKONOMI MAKRO
GLOBALISASI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS UNGGAS
PERANAN EKONOMI MIKRO DAN PERMASALAHANNYA DI INDONESIA
LANGKAH ATAU PROSEDUR PERANCANGAN PABRIK
PELAKU DAN PERAN DALAM PEREKONOMIAN DI INDONESIA
PERAN DAN PELAKU EKONOMI
PERTEMUAN KE-2 PENDAPATAN NASIONAL
AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI
PEREKONOMIAN TERBUKA (PEREKONOMIAN 4 SEKTOR)
MODEL PEREKONOMIAN EMPAT SEKTOR
PELAKU – PELAKU EKONOMI
Aspek Pasar Analisis pasar sangat penting karena jika pasar yang akan dituju jelas, prospek bisnis ke depan pun akan jelas, sehingga risiko kegagalan bisnis.
Implementasi Pemahaman Globalisasi Ekonomi dalam Pembangunan Wilayah: STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING DI ERA MASYARAT EKONOMI ASEAN (MEA) Oleh : Dr. Kurniyati.
Aspek Pasar Analisis pasar sangat penting karena jika pasar yang akan dituju jelas, prospek bisnis ke depan pun akan jelas, sehingga risiko kegagalan bisnis.
KONSEP DASAR ILMU EKONOMI MAKRO
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN KOPERASI DAN UMKM
4. FUNGSI, RENCANA DAN PELUANG BISNIS
MEMPRODUKSI BARANG DAN JASA BERKUALITAS
PELAKU – PELAKU EKONOMI
MODEL PEREKONOMIAN EMPAT SEKTOR
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL : KEUNGGULAN KOMPETITIF
PERAN PELAKU EKONOMI DALAM KEGIATAN EKONOMI
Ekonomi untuk SMA/MA kelas XI.
KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Kesesuaian Kebijakan Ekonomi Konvensional dalam Kebijakan Pembangunan
Peran dan Perkembangan Agribisnis di Indonesia
PENGANTAR ILMU EKONOMI
PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL
Peran Pelaku Ekonomi dalam Perekonomian Indonesia
KONSEP ILMU EKONOMI RO’I SATIN JANNAH A / H FKIP AKUNTANSI.
PENDAPATAN NASIONAL STIESS BATANG.
PENGANTAR EKONOMI MAKRO BAB I PENDAHULUAN. Pengertian Makro Ekonomi Ilmu ekonomi makro mempelajari variabel- variabel ekonomi secara agregat (keseluruhan).
Gambaran Umum Ekonomi Internasional
PENGANTAR EKONOMI MAKRO
PENDAHULUAN.
BADAN USAHA MILIK SWASTA ASING
Manajemen rantai pasokan
Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Pertanian
ANALISIS MAKRO DAN ANALISIS INDUSTRI
Manajemen rantai pasokan
LANGKAH ATAU PROSEDUR PERANCANGAN PABRIK
MODEL PEREKONOMIAN EMPAT SEKTOR
Manajemen rantai pasokan
Judul : Perkembangan industri di Era globalisasi Terhadap pendapatan nasional indonesia Nama : Agustinus Jono Npm :
Manajemen rantai pasokan
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
PENGANTAR EKONOMI MAKRO MERI YANTI,S.E.M.Si BAB I PENDAHULUAN.
Studi Rokok Ilegal di Indonesia
Transcript presentasi:

T.Henny febriana Harumy S.Kom.,M.Kom.,M.Si hennyharumy@hotmail.com NEURAL NETWORK PENILAIAN PRIORITAS PRODUK TURUNAN ALUMINIUM UNTUK OPTIMALISASI INDUSTRI HILIR DALAM MENGEMBANGKAN PEREKONOMIAN DAERAH (PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM PERSERO ( INALUM ) Oleh: T.Henny febriana Harumy S.Kom.,M.Kom.,M.Si hennyharumy@hotmail.com Universitas Pembangunan Pancabudi Medan

PERMASALAHAN Permintaan produksi aluminiium ekstruksi billet, slab, rod, alloy dan lembaran dunia maupun domestik memiliki peningkatan yang sangat signifikan 5 tahun terakhir. mewujudkan industri hilir dari aluminium telah lama direncanakan, seperti rencana untuk memproduksi aluminium alloy dan ekstruksi untuk komponen bahan pembuatan pesawat dan bahan baku baja, bangunan dan lain – lain. Hanya saja hal tersebut belum dapat dioptimalkan dengan baik karena diperlukan banyak kajian, analisa dan penelitian untuk mendukung realisasi hal tersebut. menurut Edi A Basuki, dkk., 2007: Belum terbangunnya kesadaran akan manfaat dan pentingnya usaha peningkatan nilai tambah Aluminium di dalam negeri di semua pemangku kepentingan. Belum ada kajian yang komprehensif mengenai rantai kebutuhan dan penyediaan bahan untuk produksi barang jadi di Indonesia. Kajian mengenai peluang yang dapat dilakukan bagi Aluminium di Indonesia untuk ditingkatkan nilai tambahnya masih sangat minim. Untuk dapat menjadi barang jadi, bahan tambang memerlukan rantai proses yang cukup panjang dengan masing-masing tahap proses merupakan proses peningkatan nilai tambah, Proses added-value Aluminium tidak terlepas dari alur proses pengolahan dan ekstraksi Bahan mentah yang telah cukup lama dikenal dalam kegiatan industri metalurgi.

Tujuan yang ingin dicapai Agar PT.Inalum melihat bahwasanya dengan mewujudkan industri hilir merupakan prospek jangka panjang yang sangat menjanjikan dilihat dari konsumsi aluminium dunia 5 tahun terakhir. Dengan meningkatkan nilai tambah produk dari aluminium ingot menjadi produk turunan yang lain seperti aluminium ekstruksi, alloy, sheet dan lain sebagainya akan meningkatkan nilai jual dari produk aluminium yang dihasilkan. Agar PT Inalum fokus & tidak keliru terhadap produk apa yang menjadi prioritas industri hilir yang ingin dihasilkan dalam jangka pendek & panjang. Agar menjadi referensi Pemerintah Daerah untuk ikut mendukung mewujudkan industri hilir PT Inalum yang optimal. Dengan mewujudkan industri hilir akan membuka lapangan pekerjaan serta dapat meningkatkan perekonomian wilayah dan pendapatan masyarakat.

RISET TERDAHULU winari dan Ivan(2014), judul “menciptakan nilai tambah dalam pembangunan keberlanjutan” menjelaskan bahwasanya Kebutuhan akan aluminium dalam negeri masih sangat terbuka sehingga INALUM berpeluang untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Dengan penerapan UU Minerba, INALUM siap turut serta dalam industri hulu untuk membangun Pabrik Smelter Grade Alumina dengan melakukan joint venture dengan perusahaan lain. Selanjutnya penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ridwan (2012), dengan judul “Analisis Potensi Pengembangan Industri Hilir Aluminium Di Kuala Tanjung” dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwasanya penulis berkesimpulan bahwa kawasan industri Kuala Tanjung memiliki potensi yang besar bagi pengembangan industri hilir aluminium dengan keunggulan seperti potensi pembelian bahan baku aluminium cair dan biaya transportasi bahan baku yang murah.

Motivasi Penulis penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengukur nilai tambah produk turunan Aluminium, yang awalnya PT INALUM hanya mampu memproduksi Aluminium batangan Ingot dengan kapasitas 22,7 Kg dengan kadar 99,9 % dan kadar 97,9 % menjadi produk turunan yang lain. Serta melihat potensi dan prospek produk turunan yang menjadi prioritas untuk dikembangkan dari beberapa potensi industri hilir aluminium. Sebenarnya potensi PT Inalum dapat memproduksi selain Aluminium batangan sangat besar yaitu seperti aluminium ekstruksi, billet, slab, rod, alloy dan lembaran yang sebenarnya paling banyak diminati baik pasar domestik maupun ekspor (kemenperindag,2013). Jika pembangunan industri hilir tersebut terwujud nilai jual produk aluminium PT . Inalum akan semakin meningkat, serta dapat meminimalisir eksport produk setengah jadi seperti Ingot, dapat memenuhi kebutuhan aluminium domestik, meningkatkan perekonomian wilayah serta membuka banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat Sumatera Utara.

Nilai tambah dari setiap kegiatan proses di atas terlihat pada rantai nilai produksi aluminium rantai nilai produksi aluminium. Dari gambar tersebut, nilai tambah (added value) dari produk primer ke produk setengah jadi sebesar 10 ~100% sedangkan nilai tambah dari produk primer ke produk jadi sebesar 60 ~ 325%. Industri Hilir aluminium merupakan produk akhir yang akan digunakan langsung oleh konsumen seperti Aluminium strip/foil, kawat dan kabel, pipa, profil/ekstrusi, komponen dan peralatan rumah tangga.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN Variabel penelitian Sumber : ESDM 2012 Variabel dipilih berdasarkan faktor konsumsi Indonesia.

Hasil pengolahan Data

Kesadaran bahwasanya Aluminium harus diolah terlebih dahulu, agar terjadi peningkatan nilai tambah yang setinggi - tingginya di dalam negeri, dan tidak diekspor begitu saja sebenarnya telah lama disadari. Bahkan Beberapa kalangan telah dengan tegas mengatakan untuk secepatnya melarang ekspor Aluminium secara langsung ke luar negeri, karena ujung-ujung hanya akan memberikan manfaat yang besar di pihak pengimpor karena mendapat kesempatan melakukan usaha peningkatan nilai tambah di negaranya, sementara Indonesia hanya mendapatkan penghasilan dari penjualan bahan mentah saja. Ada mata rantai proses yang terputus akibat ketiadaan pabrik pemrosesan yang mengakibatkan hilangnya nilai tambah dari proses ini. Mata rantai yang terputus inilah yang menjadi target dari implementasi kebijakan peningkatan nilai tambah. Artinya kedepan, mulai tahun 2015 tidak lagi diperkenankan mengekspor Aluminium namun terlebih dahulu harus diproses untuk mendapatkan nilai tambah Aluminium.

KESIMPULAN Setelah Dilakukan pengukuran Produk turunan aluminium dalam hal ini adalah Aluminium ingot, Aluminium Alloy, Aluminium ekstrusi, Aluminium Sheet, Aluminium billet, berdasarkan jumlah konsumsi di Indonesia maka ditemukan bahwasanya aluminium ekstruksi memiliki nilai tambah produk paling tinggi dari pada produk yang lain. PT INALUM Persero sebagai salah satu penghasil bauksit di dunia, belum memiliki pabrik pemrosesan ekstruksi sendiri, saat ini hanya memproduksi aluminium batangan ( ingot ) sehingga seluruh produk aluminiumnya sekitar 60 % dijual ke luar negeri karena PT Inalum belum mampu memproduksi sendiri. Memperhatikan pohon industri aluminium yang ada saat ini, yang sangat mendasar adalah tidak dan belum diusahakannya pendirian pabrik untuk industri hilir. Padahal bahan baku dasar aluminium ingot ada di dalam negeri dengan deposit yang cukup untuk jangka panjang. Salah satu caranya adalah dengan integrasi industri aluminium dari hulu ke hilir di Indonesia sehingga kita tidak perlu mengimpor produk aluminium. Dari sisi industri hilir, diperlukan peningkatan kemampuan industri dalam negeri dalam penguasaan teknologi. Saat ini mesin produksi di industri, khususnya industri kecil masih banyak yang menggunakan teknologi konvensional sehingga menghasilkan kualitas produk yang rendah akibat kurangnya penguasaan teknologi Bersamaan dengan potensi peningkatan nilai tambah ini, tentunya terdapat potensi penerimaan Negara dari pajak penghasilan, cukai ekspor produk aluminium, retribusi daerah, dan lain sebagainya bila proses produksi bijih dan konsentrat bauksit yang di ekspor dilakukan di dalam negeri.

Kontribusi Pemikiran /Rekomendasi Agar Industri Hilir Aluminium dapat terwujud diperlukan kerjasama yang baik dari pemerintah Daerah dan juga PT.Inalum Persero sehingga produk yang dihasilkan memiliki kualitas terbaik. SDM dari masyarkat juga harus ditingkatkan. Untuk membangun infrastruktur pendukung bagi industri. Pemerintah dan PT Inalum perlu mempertimbangkan pendirian atau peningkatan industri hilir untuk mengurangi jumlah import dan meningkatkan nilai tambah di industri dalam negeri. Khusus untuk industri Aluminium, pemerintah diharapkan segera mengembangkan atau mendirikan pabrik Aluminium Ekstruksi melalui BUMN pertambangan ataupun bekerjasama dengan swasta, karena bahan baku dasar Aluminium Ekstruksi seperti Aluminium yang dihasilkan PT Inalum saat ini ada di dalam negeri dengan deposit yang cukup untuk jangka panjang. Selain itu teknologi yang digunakan saat ini juga harus ditingkatkan seperti negara – negara produksi Aluminium lainnya. Jika pembangunan Pabrik dan peningkatan SDM berjalan dengan baik dipastikan akan meningkatkan perekonomian Daerah serta akan meningkatkan pendapatan Daerah, membuka peluang usaha serta lapangan pekerjaan yang besar.