Ns Chandra W SKP MKep SpMAt IKLIM DAN BENCANA Ns Chandra W SKP MKep SpMAt
Perubahan Iklim Dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Lingkungan adalah semua yang berada di wilayah eksternal jasmani manusia, di antaranya adalah keadaan fisik, biologis, sosial, budaya, dan semua hal yang dapat mempengaruhi status kesehatan dalam suatu populasi. (Yassi, 2001: hlm. 5).
Perubahan Iklim Global - Menjadi masalah lama yang tak kunjung teratasi di dunia ini. Banyak manusia yang mulai peduli dan menyorotinya Banyak orang yang acuh tak acuh bahkan tidak begitu paham mengenai arti dan dampak dari perubahan iklim itu sendiri. -Mendiskusikan mengenai isu lingkungan terkini, dan menambah kesadaran anggota akan pentingnya pelestarian lingkungan hidup.
Perubahan iklim adalah : perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang antara 50 sampai 100 tahun.
Unsur-unsur Perubahan Iklim yang dapat dikenali adalah : munculnya fenomena adanya peningkatan suhu global, ketidakpastian musim, kekeringan yang berkepanjangan, permukaan es kutub utara yang makin tipis, kebakaran hutan dan banjir terus-menerus.
Perubahan iklim ini disebabkan oleh : peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, khususnya dalam bentuk karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrous oksida (N2O). Selain itu terdapat pula gas-gas antara lain NF3 (Nitrogen triflorida), HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons), dan SF6 (Sulphur hexafluoride). Gas-gas dapat meneruskan radiasi gelombang pendek yang tidak bersifat panas, tetapi menahan radiasi gelombang-panjang yang bersifat panas. Akibatnya atmosfer bumi makin memanas dengan laju yang setara dengan laju peningkatan konsentrasi GRK di atmosfer.
Dalam kondisi normal perubahan iklim akan terjadi dengan lambat. Adanya aktifitas manusia dan kemajuan teknologi industri mempercepat terjadinya perubahan iklim ini. Limbah dan asap dari transportasi dan industri berbahan bakar fosil merupakan penyebab utama peningkatan gas rumah kaca di atmosfer. Selain itu, industri peternakan, kotoran hewan dan tumbuhan yang menumpuk mengambil bagian terjadinya peningkatan GRK. Kotoran hewan dan timbunan tanaman yang membusuk maupun sampah yang menghasilkan cairan lindi dapat menghasilkan gas metana yang berperan dalam terbentuknya GRK di atmosfer. Sektor pertanian juga dianggap sebagai penyebab perubahan iklim terutama dari sistem usaha tani yang menggunakan pupuk anorganik serta karena perubahan tataguna lahan dan kehutanan.
Perubahan iklim berdampak pada : kesehatan, distribusi air yang tidak merata, berkurangnya biodiversitas atau keanekaragaman hayati, terjadinya berbagai macam bencana. Pada mulanya nyamuk malaria tidak dapat hidup di dataran tinggi, namun seiring perubahan iklim dan peningkatan suhu menyebabkan nyamuk malaria dapat berdistribusi dan menularkan penyakit di daerah tersebut
Jika tidak ada upaya meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim dan perbaikan kondisi lingkungan mulai dari sekarang, maka dampak yang ditimbulkan akibat adanya perubahan iklim ke depan akan semakin besar dan lebih lanjut akan berdampak pada sulitnya mencapai sistem pembangunan yang berkelanjutan. Sebagai manusia yang merupakan bagian dari alam, kita harus ikut berperan dalam upaya mengatasi perubahan iklim melalui upaya adaptasi dan mitigasi.
Mitigasi merupakan pengurangan sedangkan adaptasi merupakan penyesuaian diri. Melalui mitigasi, usaha yang dapat dilakukan adalah mengurangi sebab pemanasan global dari sumbernya sehingga laju pemanasan itu melambat. Pada saat bersamaan, dapat dilakukan persiapan diri untuk beradaptasi dengan perubahan yang ada. Mitigasi bisa berupa gerakan cinta lingkungan seperti pengelolaan sampah, bersepeda pancal, mengurangi penggunaan plastik, hemat energi, dsb. Sedangkan adaptasi dapat dilakukan dengan penataan lansekap lingkungan, penghijauan, menjaga daerah resapan, reuse, recycling, penggunaan energi terbarukan, dsb.
Indonesia menjadi negara ke-124 yang meratifikasi Protokol Kyoto yang merupakan sebuah persetujuan sah di mana negara-negara perindustrian akan mengurangi emisi gas rumah kaca mereka. Prodi Ilmu Lingkungan Pascasarjana UNS bersama instansi terkait harus mempersiapkan diri menyongsong ajakan stakeholder asing bertransaksi dalam proyek mereduksi emisi atau perdagangan karbon di sektor energi dan kehutanan sebagai dua sektor utama penyokong projek.
Peluang Indonesia untuk berpartisipasi dalam mereduksi emisi gas rumah kaca dan ikut dalam perdagangan karbon terbuka lebar. Mengingat peran signifikan Indonesia dalam Protokol Kyoto sebagai negara yang memiliki kekayaan hutan terbesar, maka sudah sepantasnya kita menjaga hutan kita sebagai pereduksi emisi karbon. Di sinilah paradigma pembangunan berkelanjutan perlu terus dikampanyekan dan diimplementasikan dalam setiap kegiatan pembangunan. Saatnya kebijakan yang lebih sistematis mengenai keberlanjutan ekologi harus diwujudkan sebagai tempat hidup kita.
Solusi perubahan iklim adalah revolusi energi bersih. Ini akan memuluskan jalan untuk energi yang lebih bersih dan lingkungan aman untuk semua.
Satu-satunya cara kita untuk menghentikan dampak buruk perubahan iklim di Asia adalah dengan menghemat energi dan memastikan energi yang kita butuhkan datang dari sumber yang bersih dan terbarukan.