TELAAH JURNAL SAFE MOTHERHOOD (BREASTFEEDING) Factors Associated With Breastfeeding Cessation In Nursing Mothers In A Peer Support Programme In Eastern Lancashire Kelompok 1: Arifah Septiane Mukti Asyifa Robiatul Adawiyah Dhea Ayunanda Fitri Handayani Heny Fitriany Izattul Azijah
ABSTRAK JURNAL Inggris merupakan salah satu Negara dengan tingkat menyusui terendah di seluruh dunia dan dalam beberapa tahun terakhir dan Pemerintah telah membuat promosi pemberian ASI sebagai salah satu prioritasnya. UNICEF UK Baby Friendly Initiative sebagai nama program inisiasi menyusui cenderung meningkat tetapi tidak bertahan lama. Jurnal ini meneliti efek dari faktor sosio-demografis ibu, faktor obstetri ibu, dan praktik pemberian makan bayi di rumah sakit atas penghentian menyusui dalam lingkup dukungan sebaya.
DESKRIPSI JURNAL Judul Penulis Publikasi Factors Associated with Breastfeeding Cessation in Nursing Mother in a Peer Support Programme in Eastern Lancashire Judul Gabriel Agboado, Elaine Michel, Elaine Jackson, Arpana Verma Penulis Dipublikasikan oleh BMC Pediatrics 2010, 10:3 http://www.biomedcentral.com/1471-2431/10/3 Publikasi
DESKRIPSI KONTEN Latar Belakang Jurnal Inggris merupakan salah satu negara dengan tingkat menyusui terendah di seluruh dunia dan peringkat terendah kedua di antara 32 negara di Wilayah WHO Eropa, ibu yang menyusui sampai dengan 6 bulan sebanyak 21% pada tahun 2000. Tahun 2005 Bayi Feeding Survey mencatat tingkat ibu menyusui pada 6 bulan naik menjadi 25%. Dalam beberapa tahun terakhir Pemerintah Inggris telah membuat program promosi ASI sebagai salah satu prioritasnya dan merekomendasikan bahwa bayi harus diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan mengikuti revisi pedoman WHO.
Latar Belakang Jurnal Pemerintah mengusulkan RUU Single Equality Bill dimana perempuan akan mendapatkan hak hukum untuk menyusui di masyarakat dengan tujuan meningkatkan prevalensi pemberian ASI. UNICEF UK Baby Friendly Initiative sebagai program inisiasi menyusui cenderung meningkat tetapi tidak bertahan lama. Maka dari itu, dibutuhkan strategi lain yang melibatkan pemberian dukungan untuk ibu menyusui di minggu-minggu awal setelah lahir dan mendorong ibu di Inggris untuk menyusui dengan durasi yang lebih lama.
Latar Belakang Jurnal Pada tahun 2004 sebuah perusahaan sosial bernama Little Angels berbasis di Darwen (di East Lancashire), memulai sebuah proyek kolaboratif berdasarkan WHO yaitu Sepuluh Langkah-Langkah untuk Sukses Menyusui dengan menunjuk Rumah Sakit Royal Blackburn sebagai Rumah Sakit “Baby Friendly” di Lancashire, untuk mendukung keperawatan ibu dalam menyusui. Dari tahun 2004 sampai 2006 rumah sakit tersebut membantu meningkatkan angka menyusui pada 6-8 minggu dari 20% menjadi 56% dan 7-9 bulan dari 4% sampai 13%.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor maternal seperti sosio-demografi dan obstetri, dan praktik pemberian makan bayi di rumah sakit yang terkait dengan penghentian menyusui pada ibu dengan didukung oleh Little Angels.
Tingkat signifikansi 5% Metode Penelitian (1) Analisis bivariat Chi-square dan Fisher Exact Tingkat signifikansi 5%
Metode Penelitian (2) Kaplan-Meier (KM) Cox Proportional Hazard Model Menggambarkan durasi menyusui dengan “variabel of interest” Cox Proportional Hazard Model Mengukur hubungan antara variabel tersebut dengan penghentian menyusui Analisis regresi multivariat Mengidentifikasi variabel independen terkait dengan penghentian menyusui
Teknik Pengumpulan Data Database Little Angels Ibu yg tinggal di BWD dan Hynburn di East Lancashire Melahirkan di RS Royal Blackburn Dicatat dengan “anonymous” sebanyak 2.081 Diidentifikasi ulang menjadi 2.107 sampel Data diambil dari Januari 2005 Desember 2006
Alat Pengumpulan Data dan Lokasi Kegiatan Penelitian Little Angels database Alat Pengumpulan Data RS Royal Blackburn Lokasi Penelitian Pendekatan kuantitatif Analisis data
HASIL PENELITIAN
73,3% persalinan pervaginam Tidak ada perbedaan yang signifikan 73,3% persalinan pervaginam 42,7% multipara 96,7% ibu memiliki partner Karakteristik sosio-demografis dan obstetrik ibu dan praktik pemberian makan bayi di RS 501 (23,8%) dari Hyndburn 1.606 (76,2%) ibu berasal dari BWD
Ada perbedaan yang tidak signifikan 77,7% mulai menyusui 1 jam stlh melahirkan 76,5% tidak memberikan susu formula 84,3% tidak memberikan dot saat dirumah sakit Nb: Berdasarkan tabel ada data yang missing
Metode Pemberian Makan Bayi Berdasarkan tabel distribusi metode pemberian makan bayi sampai dengan 6 bulan diperoleh Jumlah ASI eksklusif turun ketika bayi bertambah usia ASI 6 minggu P= 0,0594 (tidak signifikan ASI selama 17 minggu P= 0,0011 (signifikan) ASI selama 6 bulan P= 0,0002 (signifikan) ASI eksklusif lebih tinggi di BWD daripada di Hyndburn
KM analisis menunjukkan bahwa: Pengaruh sosio-demografi ibu dan karakteristik obstetric terhadap penghentian menyusui KM analisis menunjukkan bahwa: Durasi menyusui rata-rata 21,6 minggu Median 27 minggu Ibu menyusui di BWD secara signifikan lebih lama dari ibu di Hyndburn Durasi menyusui ibu berkulit putih secara signifikan lebih pendek dari ibu berkulit non-putih
Hasil analisis regresi multivariat primipara 25% lebih mungkin untuk berhenti menyusui dibandingkan dengan multipara Contoh perbandingan: ibu dengan 3 kali melahirkan 8% lebih kecil kemungkinannya berhenti menyusui dibandingkan dengan ibu yang 2 kali melahirkan ibu dengan operasi caesar 16% lebih mungkin untuk berhenti menyusui daripada ibu yang melahirkan pervaginam
PEMBAHASAN (1) Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa: etnisitas dan paritas merupakan independen prediktor penghentian menyusui. pemberian susu formula bayi lewat dot untuk bayi di rumah sakit secara signifikan terkait dengan penghentian menyusui. prediktor penghentian menyusui seperti status perkawinan, sosial- ekonomi, waktu inisiasi menyusui, tidak terkait dengan penghentian ASI. Dari prediktor yang tidak terkait dengan penghentian ASI maka dukungan sebaya bermanfaat dalam pelemahan efek dari faktor- faktor tersebut. Ibu yang bersosialisasi lebih mungkin untuk menyusui lebih lama.
PEMBAHASAN (2) Operasi Caesar merupakan faktor risiko diakui untuk kegagalan inisiasi menyusui Bukti terbaru telah menyarankan bahwa melahirkan dengan operasi mungkin memiliki efek merugikan pada menyusui. Karena inisiasi menyusui tertunda sebagai konsekuensi yang mungkin dari anestesi dan analgesia. Tetapi: Penelitian ini telah menemukan bahwa cara melahirkan tidak berhubungan dengan penghentian menyusui. Melahirkan dengan operasi memiliki dampak negatif sedikit pada inisiasi menyusui.
SITUASI DI INDONESIA SAAT INI
Masyarakat telah menargetkan cakupan ASI eksklusif 6 bulan sebesar 80% Masyarakat telah menargetkan cakupan ASI eksklusif 6 bulan sebesar 80%. Namun demikian angka ini sangat sulit untuk dicapai bahkan tren prevalensi ASI eksklusif dari tahun ke tahun terus menurun. Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997- 2007 memperlihatkan terjadinya penurunan prevalensi ASI eksklusif dari 40,2% pada tahun 1997 menjadi 39,5% dan 32% pada tahun 2003 dan 2007.
Penyebab kegagalan praktek ASI Eksklusif Budaya memberikan makanan pralaktal Memberi tambahan susu formula karena ASI tdk keluar bayi/ibu sakit Pengalaman ibu kurang Tidak difasilitasi melakukan IMD
Bayi yang lahir normal dan diletakkan di perut ibu segera setelah lahir dengan kulit ibu melekat pada kulit bayi selama setidaknya 1 jam dalam 50 menit akan berhasil menyusu, sedangkan bayi lahir normal yang dipisahkan dari ibunya 50% tidak bisa menyusu sendiri. Berbagai studi juga telah melaporkan bahwa IMD terbukti meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif.
POLA MENYUSUI BAYI 0-5 BULAN: tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, selain menyusui Menyusui Eksklusif menyusui bayi tetapi pernah memberikan sedikit air atau minuman berbasis air, misalnya air teh, sebagai minuman prelateal sebelum ASI keluar Menyusui Predominan menyusui bayi serta diberikan makanan buatan selain ASI, baik susu formula, bubur atau makanan lainnya sebelum bayi berumur enam bulan Menyusui Parsial
Menyusui Eksklusif Menyusui Predominan Menyusui Parsial
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Inisiasi Menyusui Dini adalah memberikan ASI segera setelah bayi dilahirkan, biasanya dalam waktu 30 menit-1 jam pasca bayi dilahirkan, tujuan IMD adalah: Kontak kulit dengan kulit membuat ibu dan bayi lebih tenang Saat IMD bayi menelan bakteri baik dari kulit ibu yang akan membentuk koloni di kulit dan usus bayi sebagai perlindungan diri Kontak kulit dengan kulit antara ibu dan bayi meningkatkan kasih saying ibu dan bayi Mengurangi perdarahan setelah melahirkan Mengurangi terjadinya anemia
Riskesdas, 2013
Presentase IMD tertinggi di provinsi NTB 52,9% sedangkan terendah di provinsi Papua Barat 21,7%. Cakupan IMD nasional sebesar 34,5% dan terdapat 18 provinsi yang cakupannya dibawah angka nasional
Cakupan ASI Eksklusif Telah terbit Permenkes Nomor 15 Tahun 2013 tanggal 18 Februari 2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui/memerah ASI dan Permenkes nomor 39 tahun 2013 tanggal 17 Mei 2013 tentang Susu Formula Bayi dan produk lainnya.
Riskesdas, 2013
Berdasarkan data Susenas dari tahun ke tahun cakupan pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan selalu lebih tinggi dibandingkan dengan cakupan ASI eksklusif 6 bulan
19 provinsi yang mempunyai persentasi ASI eksklusif diatas angka nasional (54,3%), dimana persentase tertinggi terdapat pada provinsi NTB (79,7%) dan terendah pada provinsi Maluku (25,2%)
Cakupan Pemberian Makanan Prelakteal Makanan prelakteal adalah makanan atau minuman yang diberikan kepada neonates sebelum ASI keluar. Makanan prelakteal biasanya diberikan kepada neonatus dengan proses menyusui > 1 jam setelah lahir dengan alas an ASI belum keluar atau alas an tradisi. Makanan prelakteal contohnya susu, madu, air kelapa, air tajin, dan air nasi. Makanan prelakteal ini berbahaya karena makanan ini dapat menggantikan colostrum sebagai makanan bayi yang paling awal. Bayi bisa terkena intoleransi terhadap protein dalam susu formula tsb. Pemberian makanan prelakteal sangat merugikan karena akan menghilangkan rasa haus bayi hingga malas menyusui
Sumatera Utara merupakan provinsi dengan cakupan prelakteal tertinggi pada bayi dan terendah adalah NTT 22,2%
Jenis prelakteal yang paling banyak diberikan ke bayi adalah susu formula sebesar 79,8%. Gambar 8 menunjukkan cakupan tertinggi susu formula adalah provinsi Kepulauan Riau (95,5%) dan Bali (93,7%). Sedangkan yang terendah provinsi Sulawesi Barat (40,2%)
Terima Kasih