KONSUMSI DALAM ISLAM TUTUT LINA WIJAYANTI 20120430250

KONSUMSI MENURUT ISLAM konsumsi dalam ekonomi Islam adalah memenuhi kebutuhan baik jasmani maupun rohani sehingga mampu memaksimalkan fungsi kemanusiaannya sebagai hamba Allah SWT untuk mendapatkan kesejahteraan atau kebahagiaan di dunia dan akhirat (falah). 

DASAR KONSUMSI DALAM ISLAM Dalam islam terdapat 3 hal yang harus diperhatikan dalam melakukan proses konsumsi yaitu: konsumsi yang halal Melakukan konsumsi terhadap barang yang suci dan halal Dan tidak berlebihan dalam melakukan konsumsi

Dalil tentang dasar konsumsi dalam islam 1. Al Qur’an surat Al-Maidah (87-88) yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meng- haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah melampaui batas. Dan makanlah yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah  rezekikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”

2. Al Qur’an surat al Isra’ ayat 28 artinya “Sesungguh-nya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.  Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas”. (al-Isra’ :27- 28).

Tipe pengeluran konsumen dalam islam Pengeluaran tipe pertama adalah pengeluaran yang dilakukan seorang muslim untuk memenuhi kebutuhan duniawinya dan keluarga (pengeluaran dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dunia namun memiliki efek pada pahala diakhirat). Pengeluaran tipe kedua adalah pengeluaran yang dikeluarkan semata – mata bermotif mencari akhirat.

Pola konsumsi dalam pendekatan ekonomi islam pola konsumsi dalam islam diharapkan mencapai keseimbangan, sehingga pendapatan tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat pribadi, namun pengeluran pendapatan juga dilakukan untuk dapat memunuhi kebutuhan akhirat seperti halnya zakat, infak, serta sadaqah. Dalam pendapatan konvensional keseimbangan pendapatan dapat dirumuskan sbb: Y=C

sedangkan menurut islam keseimbangan pendapatan nasional dapat dicapai jika Y= Cd + C0 Dimana : Y= pendapatan nasional Cd= konsumsi untuk akhirat C0= konsumsi untuk dunia yang terdiri dari konsumsi zakat (Cz) ditambah dengan konsumsi infak dan sadaqah (Cis), Ca = Cz + Cis

Konsumsi agregat dalam ekonomi islam Pengaruh prinsip-prinsip islam terhadap pengeluaran konsumsi dengan pendapatan yang muncul dalam suatu ekonomi, dalam hal ini ada 4 hipotesa teoritis sbb: 1. Hipotesa pendapatan mutlak Menurut hipotesa ini konsumsi dalam periode waktu tergantung pada pendapatan siap konsumsi (disposable income) pada periode tersebut. Naiknya pendapatan, tingkat konsumsi akan naik juga. 2. Hipotesa pendapatan relative Konsumsi rata-rata dan konsumsi marginal adalah sama. Zakat dan sedekah akan mengurangi tingkat konsumsi dan dapat meningkatkan jumlah tabungan yana akan diarahkan untuk investasi

Lanjutan. . 3. Hipotesa pendapatan permanen Besar zakat tetap misalnya zakat profesi 2,5% berapapun jumlah penghasilannya karena pertimbangan agama dan ketentuan hokum Allah, tidak seperti pajak. Sehingga konsumsi permanen agregat tidak akan berpengaruh terhadap distribusi pendapatan. 4.   Hipotesa siklus kehidupan Konsumsi tidak tergantung dengan pendapatan saat ini, namun juga dari pendapatan yang diharapkan untuk masa yang akan datang telah diatur selama hidup.

Efek Multiplier ZIS Terhadap Pendapatan Nasional Pemisahan antara konsumsi zakat (Cz) dengan konsumsi infak dan shadaqah dikarenakan antara zakat dengan infak dan shadaqah memiliki perbedaan konsep dalam pungutan dan penyalurannya. Zakat merupakan kewajiban bagi muslim yang memiliki kekayaan yang telah mencapai nishab dan haul, sedangkan infak dan shadaqah merupakan idle fund yang tidak terikat nishab dan haul maupun besaran jumlah persentase yang hams disalurkan.

Dampak zakat bagi konsumsi efek multiplier dari zakat bila dilakukan secara sistematis dan terorganisir akan memberikan efek pengganda terhadap pendapatan nasional suatu negara dikarenakan percepatan sirkulasi uang dapat terjadi dalam perekonomian. mekanismenya adalah jika adanya zakat maka penerima zakat akan dapat meningkatkan pendapatan bagi penerima zakat berarti daya beli atas suatu produk yang dibutuhkan akan meningkat pula sehingga peningkatan daya beli akan berimbas pada peningkatan produksi yang berarti perusahaan akan menyerap tenaga kerja yang lebih banyak dan peningkatan produktivitas juga akan dapat meningkatkan pajak yang dibayarkan kepada negara.

Al-baqarah ayat 261 “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.

Dampak sedekah dalam konsumsi Sedekah tidak ditentukan berapa besarnya dan penyalurannya. Sehingga dampak sedekah dalam konsumsi memang tidak terlalu besar seperti halnya zakat, namun tetap saja dengan adanya sedekah yang disalurkan berarti dapat membantu adanya peningkatan daya beli yang berdampak pada meningkatnya tingkat kesejahteraan bagi seseorang.

Dampak dari perilaku konsumsi yang sesuai dengan dasar islam terhadap perekonomian Jika masyarakat melakukan pengeluaran yang sesuai (tidak boros) maka diharapkan tingkat tabungan akan meningkat karena pendapatan yang dikeluarkan untuk konsumsi berkurang. Dengan meningkatnya tabungan akan berpengaruh terhadap meningkatnya investasi sehingga kesejahteraan akan meningkat.

kesimpulan Dampak konsumsi dalam pengeluaran agregat secara mo neter adalah dapat membantu pemerintah dalam mengatasi pengeluaran konsumsi. Karena dengan proses zakat dan sadaqah dapat dipakai seseorang untuk membeli suatu barang atau jasa