Penyebab Putusnya Perkawinan

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Perceraian Menurut Hukum Islam
Advertisements

ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB
MUNAKAHAT Created by: Mr. Taslim.
Kelompok Agama Bagus,Arip,Rio,Hafiz
HUKUM PERKAWINAN AKIBAT PERCERAIAN
HUKUM PERSEORANGAN ADAT
RUKUN DAN SYARAT PERKAWINAN
KEWENANGAN BERHAK MANUSIA PRIBADI MEMPUNYAI KEWENANGAN BERHAK SEJAK IA DILAHIRKAN, BAHKAN SEJAK DALAM KANDUNGAN IBUNYA, ASAL IA LAHIR HIDUP APABILA KEPENTINGANNYA.
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SIFAT-SIFAT TERPUJI ADIL Pengertian Adil
Munakahat / perkawinan
Oleh: Irdanuraprida Idris, SH, MH
Proses Administrasi Dan Pengajuan Permohonan Di Pengadilan Agama
PERKAWINAN MENURUT HUKUM PERDATA
AKBAT PUTUSNYA HUBUNGAN PERKAWINAN
A. Syarat Materil : B. Syarat Formil Materil Umum/Absolut
MATA KULIAH HUKUM PERDATA
Hukum keluarga.
AKIBAT PERKAWINAN & PUTUSNYA PERKAWINAN
Mata Kuliah Hukum Perdata Djumikasih
Ilmu yang membahas tentang aturan dan pembagian harta warits.
HUBUNGAN HUKUM ANTARA ORANG TUA DAN ANAK
AKIBAT PERKAWINAN & PUTUSNYA PERKAWINAN
PERJANJIAN PERKAWINAN
Ketentuan-ketentuan hukum perkawinan menurut hukum Islam terdapat dalam ayat-ayat pada beberapa surat dalam al-Qur’an an as-Sunnah yang sudah dirumuskan.
LARANGAN PERKAWINAN DALAM ISLAM
Rachmi Sulistyarini, SH MH
MENGENAL IDDAH DAN IHDAD DALAM DUNIA PERKAWINAN ISLAM
HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTERI DALAM PERKAWINAN MENURUT HUKUM ISLAM, UU NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN, DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI).
HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTERI DALAM PERKAWINAN MENURUT HUKUM ISLAM, UU NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN, DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI).
HARTA KEKAYAAN DALAM PERKAWINAN
KOMPILASI HUKUM ISLAM BUKU II HUKUM KEWARISAN
Pencegahan Perkawinan
MUNAKAHAT Disusun oleh: Handy Ryan N ( ) Supriatna ( )
PERCERAIAN (TALAK).
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB
HARTA KEKAYAAN DALAM PERKAWINAN
Oleh : Drs. H.M. Muslih Husein, M.Ag
Hukum Perkawinan.
PEMBATALAN PERKAWINAN
ASAS-ASAS HUKUM PERKAWINAN & HUKUM KEWARISAN
PERJANJIAN PERKAWINAN
HARTA KEKAYAAN DALAM PERKAWINAN
PERNIKAHAN Lanjutan.
PENCEGAHAN& PEMBATALAN PERKAWINAN
PENCEGAHAN dan PEMBATALAN PERKAWINAN
Fiqih Nikah.
ASAS-ASAS HUKUM PERKAWINAN
ASAS-ASAS HUKUM PERKAWINAN & HUKUM KEWARISAN
Rachmi Sulistyarini, SH MH
TALAK Secara etimologi kata talak الطلاقbermakna yaitu melepas, mengurai, atau meninggalkan; melepas atau mengurai tali pengikat, baik tali pengikat itu.
PERJANJIAN PERKAWINAN
PENCEGAHAN dan PEMBATALAN PERKAWINAN
HUKUM PERKAWINAN Moh. Saleh Ismail.
ASAS-ASAS HUKUM PERKAWINAN & HUKUM KEWARISAN
HARTA KEKAYAAN DALAM PERKAWINAN
HADANAH. HADANAH Pengertian Hadanah Hadhanah → hadhnuash-sabhiy : mengasuh atau memelihara anak Terminologis : menjaga anak yang belum bisa mengatur.
MAWARIS السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Semester I Kelas XII Sekolah Menengah Atas
MUNAKAT Standar Kompetensi:
HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTERI DALAM PERKAWINAN MENURUT HUKUM ISLAM, UU NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN, DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI).
Talak Pengertian Talak: Dari segi bahasa:melepas dan terlepas.
Talak Pengertian Talak: Dari segi bahasa:melepas dan terlepas.
Rujuk Ertinya: Mengembalikan ikatan pernikahan selepas berlaku perceraian semasa dalam iddah talak satu atau dua Ianya hanya berlaku dalam perceraian selepas.
INSTITUT PENGAJIAN TINGGI AL-ZUHRI (Sesi Ke-4)
Ila’ Ertinya: Suami bersumpah tidak akan bersetubuh dengan isterinya
ASAS-ASAS HUKUM PERKAWINAN & HUKUM KEWARISAN
Rujuk Ertinya: Mengembalikan ikatan pernikahan selepas berlaku perceraian semasa dalam iddah talak satu atau dua Ianya hanya berlaku dalam perceraian selepas.
BU-MA-GI x HUKUM Oleh: MAILIZA.
Transcript presentasi:

Penyebab Putusnya Perkawinan Hukum Perkawinan Islam III Penyebab Putusnya Perkawinan (UUP Ps. 38/KHI Ps. 8) Kematian Perceraian Putusan Pengadilan

Definisi/Dalil Putusnya Perkawinan Furqah Etimologi Terminologi Berpisah (الفصل) Lepasnya Ikatan Perkawinan (انحلال رابطة الزواج) يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا طَلَّقْتُمْ النِّسَاءَ فَطَلِّقُوهُنَّ لِعِدَّتِهِنَّ (الطلاق-1) عَنْ عُمَرَ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلَّقَ حَفْصَةَ ثُمَّ رَاجَعَهَا

Jenis/Sebab Perceraian Talak Fasakh Sebab Timbulnya Kehendak Suami Putusan Pengadilan

Perbedaan Talak dan Fasakh Menghentikan Akad Nikah (Ikatan Masih Ada, Kecuali Jika Bain Kubra) Mencabutkan Akad Nikah (Tidak Ada Ikatan) Hakikatnya Muncul dari Akad yang Sah, juga dari Akad yang belum Luzum Muncul dari Akad yang Sah Sebabnya Tidak Mengurangi Jatah Talak Tidak Bisa Dijatuhkan pada Masa Iddah Fasakh Qabla Dukhul = Bebas Mahar (Hn+Ml)/Wajib ½ jika penyebabnya suami (Sy+Hn) Mengurangi Jatah Talak Bisa Dijatuhkan pada Masa Iddah Talak Qabla Dukhul = Wajib Bayar ½ Mahar Konsekuensinya

Talak (Thalaq) Waktu Lepasnya Etimologi Terminologi Lepasnya Ikatan (حَلُّ الْقَيْدِ) Lepasnya Ikatan Perkawinan dengan Ucapan Khusus atau melalui Representasi Ucapan Tersebut (حَلُّ قَيْدِ النِّكَاحِ بِاللَّفْظِ مخصوص أَوْ مَا يَقُومُ مَقَامَهُ) Waktu Lepasnya Seketika Ada Jeda Talak Bain Talak Raj`iy

Hukum Asalnya Mubah, menurut Mayoritas Ulama Hukum Taklifiy Talak Hukum Asalnya Mubah, menurut Mayoritas Ulama Haram Talak yang Menimbulkan banyak Madlarat Hukum Perubahannya Makruh Talak yang tidak Beralasan Sunah Talak karena Alasan Terabaikannya Kewajiban Wajib Talak yang muncul dari opsi Sumpah Ila

Hikmah Perceraian وَإِنْ يَتَفَرَّقا يُغْنِ اللَّهُ كُلاًّ مِنْ سَعَتِهِ وَكانَ اللَّهُ واسِعاً حَكِيماً (سورة النساء (4) : آية 130)

Maksud Mengucapkan Talak Rukun Talak Muthalliq Orang yang Menalak Rukun Talak Al-Mahall Orang yang Ditalak Al-Qashd Maksud Mengucapkan Talak Al-Wilayah Otoritas Menalak Al-Shighah Ucapan Talak

Yang Menjatuhkan Talak Syarat Muthalliq Suami Yang Menjatuhkan Talak Islam, Baligh, Berakal Mukallaf Hanabilah: Boleh Mumayyiz Kehendak Sendiri

Muthalliq Kasuistik Al-Majnun Orang Gila; Tidak sah talak Al-Madhusy Orang Silap (Saking Takut/Marah); Tidak sah talak Al-Sakran Orang Mabuk; Sah talak Al-Safih Orang Boros; Sah talak Al-Mukrah Orang Dipaksa; Tidak sah talak, kecuali mnrt Hanafiyah Al-Hazil Orang Bercanda; Sah talak Al-Mukhthi’ Orang Salah Ucap; Tidak sah talak Pemilik hak talak itu adalah Suami. Istri dapat menalak diri sendiri, jika telah diwakilkan atau diserahi (tafwidl) hak talak oleh suami kepadanya. Hakim dapat menjatuhkan talak dalam kondisi khusus/darurat.

Syarat Mahal al-Thalaq Yang Dijatuhi Talak Istri Sah Bain Kubra; Tidak Sah Talak Tidak dalam masa Idah Ba’in Bain Sughra: Sah Talak (Hanafiyah)

Pelimpahan Talak Pelimpahan Talak Tawkil Tafwidl Mewakilkan Penjatuhan Talak kepada Orang Lain atau Isterinya Menyerahkan Hak Talak kepada Orang Lain atau Isterinya Perwakilan dapat dicabut, sebelum tersampaikan penjatuhan talaknya Syafi`iyah: Penyerahan dapat dicabut, sebelum diterima penyerahannya Hanafiyah & Malikiyah: Penyerahan tidak dapat dicabut, apa pun kondisinya

Sifat & Jumlah Talaknya Sifatnya: Raj`iy/Bain Sifat & Jumlah Talaknya Tawkil Jumlahnya: Tergantung Niat Suami Sifatnya: Bain Tafwidl Jumlahnya: Tergantung Niat Suami

Tafwidl Talak Tafwidl Talak Tamlik Takhyir Kepada Orang Lain: “Kalau kamu mau, saya talak isteri saya” Kepada Isteri: “Mau pilih bersama saya, atau urus dirimu sendiri?” Kepada Isteri: “Talaklah dirimu sendiri”

Syarat Tafwidl Talak Syarat Tafwidl Talak Talak Munjiz Tidak Sah Talak Mu`allaq Syarat Tafwidl Talak Suami Mukalaf Tidak Sah jika belum Balig atau Gila Isteri Mukalaf Tidak Sah jika belum Balig atau Gila Segera Diterima Tidak Sah jika ada Jeda

Otoritas Menjatuhkan Talak Talak hanya sah jika dijatuhkan oleh pihak yang memiliki otoritas Jika ada yang berkata: “Kalau saya menikahinya, maka dia saya talak” Hanafiyah Malikiyah Syafi`iyah, Hanabilah Sah Talak Sah Talak, jika ditujukan secara khusus Tidak Sah Talak

Para Ulama sepakat, bahwasanya talak bisa diungkapkan dengan: Ungkapan Talak Para Ulama sepakat, bahwasanya talak bisa diungkapkan dengan: Ucapan Tulisan Isyarat Bagi yang hadir, dengan bahasanya Bagi yang tidak hadir Bagi yang tidak bisa bicara Untuk lebih detail, akan dibahas kemudian

Tidak dibutuhkan Saksi Mempersaksikan Talak Saksi Talak Mayoritas Ulama Syi`ah Tidak dibutuhkan Saksi Wajib ada Saksi

Pembatalan Perkawinan (Fasakh) Gugatan Tidak Mampu Melunasi Mahar Gugatan Tidak Mampu Menafkahi, pasca ditelantarkan suami 3 hari Ragam Fasakh Gugatan Tidak sekufu Gugatan Khiyar`Uyub & Ghurur Wathi Syubhat dalam lingkup mushaharah Diketahui Satu Mahram Salah satunya masuk/keluar Islam Konsekuensi Sumpah Li`an

Menunggu Putusan Hakim Kategorisasi Fasakh Fasakh Berlaku Otomatis Menunggu Putusan Hakim Rusaknya Akad Munculnya kasus mushaharah. Murtadnya Suami Tidak ada kafaah Tidak mampu menafkahi Mahar kurang dari mahar mitsil Menolak masuk Islam salah satunya Khiyar Bulugh & Ifaqah, jika yg menikahkannya bukan Bapak atau Kakek (Hanafiyah)

Jenis Kalimat Talak Jenis Kalimat Talak Jelas (Sharih) Bukan Sharih/Kinayah Sindiran (Kinayah) مَا لَا يَحْتَمِلُ ظَاهِرُهُ غَيْرَ الطَّلَاقِ Khusus dlm madzhab Malikiyah, yaitu kalimat yang sama sekali tdk ada kaitan dengan perceraian, tapi jika dimaksudkan sebagai talak, maka jatuhlah talaknya مَا يَحْتَمِلُ الطَّلَاقَ وَغَيْرَهُ Kata Usiran Kata Mengharamkan Kata Melepaskan Thalaq (الطلاق) Firaq (الفراق) Sarah (السراح) Terjemah dari Thalaq, dinilai Sharih. Sedangkan terjemah dari Firaq & Sarah, dinilai Kinayah

Keabsahan Kalimat Talak Syarat Keabsahannya Jelas (Sharih) Bukan Sharih/Kinayah Sindiran (Kinayah) Sah tanpa Niat Sah jika ada Niat Hanafiyah&Hanabilah: Sah jika ada Niat atau Dilalatuh Hal (Bertengkar) Malikiyah&Syafi`iyah: Hanya sah jika ada Niat

Talak dengan Tulisan Tulisan Mustabinah (Berbekas) Gayr Mustabinah (Tidak Berbekas) Marsumah (Jelas Tertuju) Gayr Marsumah (Tidak Jelas Tertuju) Tidak ada Efek Hukum Hanafiyah: Jika Marsumah, Sah tanpa Niat Mayoritas Ulama: Sah jika ada Niat

Talak dari Aspek Aturan Jenis-jenis Talak Talak Sunniy Talak Bid`iy Bukan Sunniy-Bid`iy Yg sdh didukhul, dan saat suci tidak dijimak Yg haid/nifas (sdh didukhul, tdk hamil) Yg suci tapi sdh dijimak Talak 3 (Hanafiyah, Malikiyah) Yg masih kecil, Yg menopause, Yg hamil, Yg blm didukhul, Yg dikhuluk Talak Sunniy adalah talak yang sesuai aturan syara’, dan sebaliknya disebut Talak Bid`iy

Isteri-isteri Rasulullah Saw. Yang tidak Bercerai: St. Khadijah binti Khuwalid St. Sawdah binti Zam'ah St. 'A'isyah binti Abubakar Ummu Habibah binti Abi Sufyan Ummu Salamah Hindun binti Umayah St. Zainab binti Jahzi St. Juwariyyah bin al-Harits St. Shafiyyah binti Huyay St. Zainab binti Khuzaymah Yang Bercerai: St. Hafshah binti Umar bin Khatthab (Dirujuk kembali) St. Fathimah binti adh-Dhahhak (berpenyakit kulit belang-belang) St. Syaraf St. Khawlah binti al-Hudzayl St. Asma' binti Ka'ab Wanita bani Ghifar St. Umaimah/Asma’ binti Nu`man (berkata: "Aku berlindung kepada Allah darimu.”) St. 'Aliyah binti Zhibyan St. Malikah al-Laitsiyyah (melakukan hal seperti Umaimah)

Alasan Diharamkan Talak Bid`iy Haid Suci tp Dijimak Karena masa haid yg saat itu dijatuhi talak, tidak dihitung sebagai bagian masa idah. Sehingga pasca ditalak, statusnya bukan isteri juga bukan yg sedang idah Karena ketidakjelasan masa idah yg akan dijalaninya. Jika hamil, berarti memakai idah hamil, jika tdk hamil, maka memakai idah quru’, walaupun masa suci tsb masuk hitungan quru’

أن الطلاق أوسع حكما وأقوى نفوذا من النكاح Efek Hukumnya Talak Sunniy Bukan Sunniy-Bid`iy Talak Bid`iy Mayoritas: Haram-Sah Zhahiri-Taymiy: Haram-Tdk Sah Disepakati Keabsahannya عَنِ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّهُ طَلَّقَ امْرَأَتَهُ، وَهِيَ حَائِضٌ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللهِ ، فَسَأَلَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَسُولَ اللهِ  عَنْ ذَلِكَ ، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ : مُرْهُ فَلْيُرَاجِعْهَا،.......(أخرجه مسلم وغيره) أن الفروج يحتاط لها أن الطلاق أوسع حكما وأقوى نفوذا من النكاح الإحتياط في الخروج من الحرمة إلى الإباحة, أشد منه في العكس

Hukum Merujuk Talak Bid`iy Mayoritas Ulama Malikiyah Sunat Wajib Dapat dipaksa utk rujuk

Merujuk & Menalaknya Kembali عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّهُ طَلَّقَ امْرَأَتَهُ، وَهِيَ حَائِضٌ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم، فَسَأَلَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَنْ ذَلِكَ، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: مُرْهُ فَلْيُرَاجِعْهَا، ثُمَّ لِيَتْرُكْهَا حَتَّى تَطْهُرَ، ثُمَّ تَحِيضَ، ثُمَّ تَطْهُرَ، ثُمَّ إِنْ شَاءَ أَمْسَكَ بَعْدُ، وَإِنْ شَاءَ طَلَّقَ قَبْلَ أَنْ يَمَسَّ، فَتِلْكَ الْعِدَّةُ الَّتِي أَمَرَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُطَلَّقَ لَهَا النِّسَاءُ. (أخرجه مسلم وغيره) عَنْ سَالِمٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّهُ طَلَّقَ امْرَأَتَهُ وَهِيَ حَائِضٌ، فَذَكَرَ ذَلِكَ عُمَرُ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، فَقَالَ: «مُرْهُ فَلْيُرَاجِعْهَا، ثُمَّ لِيُطَلِّقْهَا طَاهِرًا، أَوْ حَامِلًا» (أخرجه مسلم وغيره)

Menalak Kembali Saat Suci Pasca Haid yg Dijatuhi talak Waktu Menalak Kembali Menalak Kembali Saat Suci Pasca Haid yg Dijatuhi talak Haram Boleh Qawl Ashah Syafi`iyah Abu Yusuf & Muhammad Taymiy I. Hanafiy Malikiyah Qawl Shahih Syafi`iyah Hanabilah

Talak dari Aspek Bisa Dirujuk Tidaknya Jenis-jenis Talak Talak Raj`iy Talak Bain Talak yg bisa dirujuk pada masa idah Talak yg tdk bisa dirujuk Bain Shugra Bain Kubra Yaitu talak satu atau talak dua yg belum lewat masa idah Talak qabla dukhul. Talak Raj`iy yg sdh lewat masa idah. Khuluk Talak Kinayah (Hanafiyah). Putusan Hakim, bkn krn tdk bisa membayar nafkah/ mahar Talak Tiga

Persamaan & Perbedaan Talak Bain Sughra & Bain Kubra Tidak bisa dirujuk. Bisa kembali dgn Nikah Jadid Bain Shugra Bain Kubra Nikah Jadid tnp Muhallil, Jumlah Talak Melanjutkan Sisa Nikah Jadid dgn Muhallil, Jumlah Talak Kembali ke Awal

Jumlah/Bilangan Talak الطَّلَاقُ مَرَّتَانِ فَإِمْسَاكٌ بِمَعْرُوفٍ أَوْ تَسْرِيحٌ بِإِحْسَانٍ وَلَا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَأْخُذُوا مِمَّا آتَيْتُمُوهُنَّ شَيْئًا إِلَّا أَنْ يَخَافَا أَلَّا يُقِيمَا حُدُودَ اللَّهِ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا يُقِيمَا حُدُودَ اللَّهِ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا فِيمَا افْتَدَتْ بِهِ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَعْتَدُوهَا وَمَنْ يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ فَإِنْ طَلَّقَهَا فَلَا تَحِلُّ لَهُ مِنْ بَعْدُ حَتَّى تَنْكِحَ زَوْجًا غَيْرَهُ فَإِنْ طَلَّقَهَا فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا أَنْ يَتَرَاجَعَا إِنْ ظَنَّا أَنْ يُقِيمَا حُدُودَ اللَّهِ وَتِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ يُبَيِّنُهَا لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (QS. Al-Baqarah:229-230) Hak talak yang dimiliki oleh seorang suami, seluruhnya berjumlah 3 kali. Yang 2 kali masih bisa dirujuk, sedangkan yang ke-3 tidak bisa dirujuk.

Diucapkan Tidak Sekaligus Talak Tiga Kondisi Talak Tiga Diucapkan Sekaligus Diucapkan Tidak Sekaligus Bid`iy Sunniy Disepakati dinilai Sunniy Hanafiyah, Malikiyah Syafi`iyah, Hanabilah

Keabsahan Talak Tiga Sekaligus Sah Talaknya, Jatuh Tiga Tidak Sah Talak Sah Talaknya, Jatuh Satu Syi`ah Imamiyah Madzhab 4 Zhahiriyah (Berasal dari Khulafa Rasyidun, `Ubadalah 4, Abu Hurayrah, dll) Syi`ah Zaydiyah Ibn Taymiyah Ibn Qayim

والأخذ بقول الأكثر أولى من الأخذ بقول الواحد إذا خالفهم عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: كَانَ الطَّلاَقُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ ، وَأَبِي بَكْرٍ، وَسَنَتَيْنِ مِنْ خِلاَفَةِ عُمَرَ، طَلاَقُ الثَّلاَثِ وَاحِدَةً، فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ: إِنَّ النَّاسَ قَدِ اسْتَعْجَلُوا فِي أَمْرٍ قَدْ كَانَتْ لَهُمْ فِيهِ أَنَاةٌ، فَلَوْ أَمْضَيْنَاهُ عَلَيْهِمْ، فَأَمْضَاهُ عَلَيْهِمْ. (صحيح مسلمIV/183 ,) أَنَّ أَبَا الصَّهْبَاءِ قَالَ لابْنِ عَبَّاسٍ: أَتَعْلَمُ أَنَّمَا كَانَتِ الثَّلاثُ تُجْعَلُ وَاحِدةً عَلَى عَهْدِ النَّبِىِّ  وَأَبِى بَكْرٍ، وَثَلاثًا مِنْ إِمَارَةِ عُمَرَ؟ فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: نَعَمْ. والأخذ بقول الأكثر أولى من الأخذ بقول الواحد إذا خالفهم

(المستدرك على الصحيحينII/239 ,) Talak Al-Battah Al-Battah (terakhir) Dihukumi sesuai niat Dihukumi Talak Bain Malikiyah Syafi`iyah Hanabilah Hanafiyah عَنْ نَافِعِ بْنِ عُجَيْرِ، أَنَّ رُكَانَةَ بْنَ عَبْدِ يَزِيدَ، طَلَّقَ امْرَأَتَهُ سُهَيْمَةَ الْبَتَّةَ، ثُمَّ أَتَى رَسُولَ اللَّهِ  فَقَالَ: إِنِّي طَلَّقْتُ امْرَأَتِي سُهَيْمَةَ الْبَتَّةَ، وَوَاللَّهِ مَا أَرَدْتُ إِلَّا وَاحِدَةً، "فَرَدَّهَا إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ " فَطَلَّقَهَا الثَّانِيَةَ، فِي زَمَنِ عُمَرَ، وَالثَّالِثَةَ فِي زَمَنِ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا. (المستدرك على الصحيحينII/239 ,)

Tikrar al-Thalaq Pengulangan Ucapan Talak (kamu saya talak, kamu saya talak, kamu saya talak) Tanpa Jeda Ada Jeda Diniati Ta’kid Tanpa Niat Dihitung Tiga Dihitung Satu Dihitung Tiga

الإشارة لها حكم العبارة Talak dengan Isyarat الإشارة لها حكم العبارة Karena Isyarat dihukumi sama dengan Ibarat, maka penjatuhan talak yang disertai dengan isyarat, hukumnya sesuai dengan apa yang diisyaratkan. Seperti mengucapkan kalimat talak sambil mengacungkan dua jari, maka dihukumi jatuh dua talak.

Nikah Muhallil Hukum Nikah Muhallil Disyaratkan cerai pasca dukhul, di luar akad Disyaratkan cerai pasca dukhul, dalam akad Makruh-Sah Makruh-Batil Haram-Bathil Makruh Tahrim-Sah Syafi`iyah Malikiyah Hanabilah Zhahiriyah Syi`ah Mayoritas Ulama Imam Hanafiy Zufar

Hadm al-Thalaq Konsep Hadm al-Thalaq (Peluruhan Talak) Dari Talak Tiga Dari Selain Talak Tiga Disepakati, jika wanita tertalak tiga kemudian nikah dengan laki-laki lain dan cerai, maka jika nikah kembali dgn mantan suami yg menalak tiga, maka hak talak suami tersebut kembali menjadi tiga Tdk ada Hadm Ada Hadm Mayoritas Ulama Imam Hanafiy

Taklik Talak Penjatuhan Talak Munjiz Mu`allaq Mudlaf Langsung tanpa dikaitkan Dikaitkan Dikaitkan terhadap Waktu yg akan datang Sifat Qasam Syarat Jika tetap pemarah, maka jatuh talak saya Jika dia masih menghubungimu, maka jatuh talak saya Jika barang ini pecah, maka jatuh talak saya

Keabsahan Talak Mu`allaq Hukum Talak Mu`allaq Keabsahan Talak Mu`allaq Mayoritas Ulama Zhahiriyah Taymiy Sah dan Jatuh Talak ketika terpenuhi takliknya Tidak Sah Talaknya Sah jika takliknya berupa Syarat. Tidak sah jika takliknya berupa sumpah, tapi harus bayar kifarat.

Taklik Talak dlm HK. Positif Kompilasi Hukum Islam Pasal 45 Kedua calon mempelai dapat mengadakan perjanjian perkawinan dalam bentuk: 1. Taklik talak dan 2. Perjanjian lain yang tidak bertentangan dengan hukum Islam. Pasal 46 (1) Isi taklik talak tidak boleh bertentangan dengan hukum Islam. (2) Apabila keadaan yang diisyaratkan dalam taklik talak betul-betul terjadi kemudian, tidek dengan sendirinya talak jatuh. Supaya talak sungguh-sungguh jatuh, isteri harus mengajukan persoalannya ke pengadilan Agama. (3) Perjanjian taklik talak bukan salah satu yang wajib diadakan pada setiap perkawinan, akan tetapi sekali taklik talak sudah diperjanjikan tidak dapat dicabut kembali.

Taklik Talak dalam Buku Nikah Sesudah akad nikah, saya …. berjanji dengan sesungguh hati, bahwa saya akan menepati kewajiban saya sebagai seorang suami, dan akan saya pergauli isteri saya bernama … dengan baik menurut ajaran syari’at Islam. Selanjutnya saya mengucapkan shighat taklik talak atas isteri saya itu sebagai berikut: Sewaktu-waktu saya: (1) Meninggalkan isteri saya dua tahun berturut-turut, (2) Atau saya tidak memberi nafkah wajib kepadanya tiga bulan lamanya, (3) Atau saya menyakiti badan/jasmani isteri saya, (4) Atau saya membiarkan (tidak memperdulikan) isteri saya 6 bulan lamanya. Kemudian isteri saya itu tidak ridla dan mengadukan halnya kepada Pengadilan Agama atau petugas yang memberinya hak untuk mengurus pengaduan itu dan pengaduanya dibenarkan serta diterima oleh Pengadilan atau petugas tersebut, dan isteri saya membayar uang sebesar 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) sebagai iwadl (pengganti) kepada saya, maka jatuhlah talak saya satu kepadanya. Kepada pengadilan atau petugas tersebut tadi saya kuasakan untuk menerima uang iwadl itu dan kemudian menyerahkanya kepada Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) Pusat, untuk keperluan ibadah sosial.

Baru Jatuh Talak Jika: Jika muncul kasus: (1) Meninggalkan isteri saya dua tahun berturut-turut, (2) Atau saya tidak memberi nafkah wajib kepadanya tiga bulan lamanya, (3) Atau saya menyakiti badan/jasmani isteri saya, (4) Atau saya membiarkan (tidak memperdulikan) isteri saya 6 bulan lamanya. Isteri tidak ridla Isteri/Kuasa Hukum Mengadukan ke Pengadilan Agama Pengaduannya dibenarkan serta diterima oleh Pengadilan Agama Isteri membayar uang sebesar 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) sebagai iwadl (pengganti).

Khuluk (khulu`) فلا جناح عليهما فيما افتدت به [البقرة:229/ 2] Definisi Khuluk Etimologi Terminologi Mencabut dan Menghilangkan Perceraian antara suami istri melalui talak yang ditebus (‘iwad) فلا جناح عليهما فيما افتدت به [البقرة:229/ 2] فلا جناح عليهما أن يصلحا بينهما صلحاً [النساء:128/ 4]

Kalimat yang Digunakan Hanafiyah Malikiyah Syafi`iyah & Hanabilah Thalaq Khulu’ Bara’ah Faraqah Jual/Beli Khulu’ Bara’ah Shulh Fida’ Kalimat Talak (sharih/kinayah) Menurut mayoritas ulama, khuluk tdk memerlukan Hakim, krn ia akad mu’awadlah yg dpt dilakukan oleh perseorangan

Inisiator & Pembayar Khuluk Inisiator Khuluk Istri Suami Pihak Lain Istri yg mengajukan permintaan talak Suami menawarkan penjatuhan talak Pihak lain meminta suami utk menceraikan istrinya Pihak Pembayar Istri Orang Tua Istri Orang Lain

Hukum Khuluk Hasan Basri: Tidak boleh, kecuali jika terbukti istri melakukan zina Hanafiyah: Jika suami nusyuz, maka ia dimakruhkan mengambil ‘iwadl, jika istri yg nusyuz maka makruh mengambil lebih dari ukuran mahar Malikiyah: Diperbolehkan dengan syarat, istri yg menginginkan perceraian serta tdk ada unsur penzhaliman dari suami. Jika syarat tersebut tidak terpenuhi, maka perceraian tsb jatuhnya talak biasa (bukan khuluk), haram hukumnya mengambil `iwadl. Syafi’iyah: Diperbolehkan, tapi makruh kecuali dalam dua kasus, yaitu jika dikhawatirkan terdapat pelanggaran ketentuan syariat, atau jika suami mengaitkan talak 3 terhadap perbuatan yg tdk bisa dihindari, maka dilakukan khuluk kemudian nikah lagi, sehingga terhindar dari talak 3. Hanabilah: Makruh bagi istri minta khuluk kalau tanpa alasan, sunah bagi laki2 mengabulkan permintaan khuluk tsb, kecuali jika suaminya msh mencintai. Khuluk batal jika terdapat unsur paksaan atau penzhaliman dr suami.

Sifat Khuluk Sifat Khuluk Hanafiyah Mayoritas Ulama Sebelum dikabul=Sumpah Mu`awadhah (tukar-menukar) Tdk bisa dicabut Tdk mesti dikabul seketika Suami Dapat mengaitkan (Mu`allaq/Mudlaf) khuluk, kecuali mnrt Hanabilah Bisa dicabut Mesti dikabul seketika Istri dapat mengkaitkan (Mu`allaq/Mudlaf) khuluk, kecuali mnrt Hanabilah

`Iwadl dalam Khuluk Dapat berbentuk harta benda, manfaat, hak-hak yg dilepaskan. Karena pada dasarnya menyusui itu kewajiabn suami, maka `iwadl khuluk dapat berupa “jasa penyusuan”. Dapat pula dengan upah hadanah, namun menurut Syafi`iyah tdk sah kecuali jika sudah pasti kadar upahnya tersebut. نهى رسول الله صلّى الله عليه وسلم عن استئجار الأجير حتى يُبيِّن له أجره Dapat pula berupa pelepasan hak hadanah, namun tdk berarti isteri tdk boleh mengurus anaknya yg beum balig, karena ada hak anak untuk diurus oleh ibunya. Menurut Hanafyah & Malikiyah, dapat dengan biaya keperluan sehari-hari anaknya yang masih kecil, sampai batas waktu tertentu. Dapat pula berupa pelepasan hak nafkah selama masa iddah, atau hak tempat tinggal. Namun khusus hak tinggal karena itu kewajiban syar`iy (tdk boleh keluar dr rumah suami), maka hak utk tinggal tdk menjadi hilang.

Kaitan Khuluk dgn Talak/Fasakh Mayoritas Ulama, Zhahiriyah Qawl Qadim Syafi`iyah, Mu`tamad Hanabilah, Taymiy, al-Syawkaniy Talak Fasakh

أَنَّ امْرَأَةَ ثَابِتِ بْنِ قَيْسٍ أَتَتِ النَّبِيَّ ، فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ثَابِتُ بْنُ قَيْسٍ، مَا أَعْتِبُ عَلَيْهِ فِي خُلُقٍ وَلاَ دِينٍ، وَلَكِنِّي أَكْرَهُ الكُفْرَ فِي الإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ : «أَتَرُدِّينَ عَلَيْهِ حَدِيقَتَهُ؟» قَالَتْ: نَعَمْ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ : «اقْبَلِ الحَدِيقَةَ وَطَلِّقْهَا تَطْلِيقَةً» قَالَ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ: «لاَ يُتَابَعُ فِيهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ» (أخرجه البخاري) أَنَّ ثَابِتَ بْنَ قَيْسِ بْنِ شَمَّاسٍ ضَرَبَ امْرَأَتَهُ فَكَسَرَ يَدَهَا، وَهِيَ جَمِيلَةُ بِنْتُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أُبَيٍّ، فَأَتَى أَخُوهَا يَشْتَكِيهِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ، فَأَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ  إِلَى ثَابِتٍ فَقَالَ لَهُ: «خُذِ الَّذِي لَهَا عَلَيْكَ وَخَلِّ سَبِيلَهَا»، قَالَ: نَعَمْ، فَأَمَرَهَا رَسُولُ اللَّهِ  أَنْ تَتَرَبَّصَ حَيْضَةً وَاحِدَةً، فَتَلْحَقَ بِأَهْلِهَا (أخرجه النسائي)

Ashah Hanabilah, Taymiy, Idah Khuluk Idah Khuluk Ashah Hanabilah, Taymiy, Mayoritas Ulama Satu kali haid Tiga Quru’ وَالْمُطَلَّقَاتُ يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ ثَلَاثَةَ قُرُوءٍ.....إلخ (البقرة:228) أَنَّ ثَابِتَ بْنَ قَيْسِ بْنِ شَمَّاسٍ ضَرَبَ امْرَأَتَهُ فَكَسَرَ يَدَهَا، وَهِيَ جَمِيلَةُ بِنْتُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أُبَيٍّ، فَأَتَى أَخُوهَا يَشْتَكِيهِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ، فَأَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ  إِلَى ثَابِتٍ فَقَالَ لَهُ: «خُذِ الَّذِي لَهَا عَلَيْكَ وَخَلِّ سَبِيلَهَا»، قَالَ: نَعَمْ، فَأَمَرَهَا رَسُولُ اللَّهِ  أَنْ تَتَرَبَّصَ حَيْضَةً وَاحِدَةً، فَتَلْحَقَ بِأَهْلِهَا (أخرجه النسائي)

Konsekwensi Khuluk Konsekwensi Khuluk Jatuh Talak Bain, tdk bisa dirujuk Tdk memerlukan putusan Hakim Konsekwensi Khuluk Tdk batal khuluk karena syarat Fasid (syaratnya yang batal) Istri wajib membayar `iwadl Mantan Suami boleh menikahinya pada masa idah khuluk

Hanya sumpah dengan nama/sifat Allah Sumpah Ila Makna Ila Etimologi Terminologi Sumpah Sumpah utk tdk berhubungan suami-istri selama lebih dari 4 bulan dgn nama/sifat Allah, atau dgn nadzar, atau dgn taklik talak Hanabilah Mayoritas Ulama Hanya sumpah dengan nama/sifat Allah Bisa dgn Nadzar atau Taklik Talak trhdp perbuatan yg tdk bisa dihindari

Konsekuensi Sumpah Ila Setelah Akhir Bulan ke-4 Isteri melaporkan kasus tsb kepada Hakim, kemudian Hakim memberi 2 opsi kepada suami Opsi 1: Menjimak Isteri Opsi 2: Menceraikan Isteri Karena dgn menjimak berarti melanggar sumpah, maka suami diwajibkan membayar kifarat sumpah (التَّخْيِيرُ ابْتِدَاءً وَمُرَتَّبَةٌ انْتِهَاءً) Memberi Makan 10 miskin/Pakaian/Membebaskan 1 abid Kalau tdk mampu, puasa 3 hari

Sumpah Li`an Makna Li`an Etimologi Terminologi Sumpah Laknat Sumpah menuduh/menolak tuduhan zina terhadap pasangannya ketika tdk memiliki saksi zina. Dilakukan dgn 4 kali sumpah tuduhan/penolakan, diakhiri sekali sumpah laknat Qadzaf adalah menuduh zina tanpa memiliki saksi, jika yg dituduh org lain, maka penuduh diberi hukuman Had Qadzaf (80 cambuk). Jika yg dituduh isteri, utk menghindari Had Qadzaf diharuskan Sumpah Li`an. Dengan sumpah li’an dr suami, maka isteri harus dihukum rajam, supaya tdk dihukum, harus melakukan sumpah li`an menolak tuduhan tsb.

Tujuan Sumpah Li`an Sumpah Li`an Menghindari Had Qadzaf atau menghindari Had Zina’ Menolak/Mengingkari penasaban anak (li naf`y al-walad) KHI Pasal 126 Li`an terjadi karena suami menuduh isteri berbuat zina dan atau mengingkari anak dalam kandungan atau yang sudah lahir dari isterinya, sedangkan isteri menolak tuduhan dan atau pengingkaran tersebut.

Menjadi Mahram Abadi (selain I. Hanafi) Konsekuensi Li`an Konsekuensi Menjadi Mahram Abadi (selain I. Hanafi) Jenis Perceraiannya Hanafiyah Mayoritas Ulama I. Hanafi: Jika suami mengaku bohong, maka ia dihukum qadzaf, dan boleh menikahi lg mantan isterinya Diputus Hakim dgn Talak Bain Putus Otomatis dengan Fasakh كُل فُرْقَةٍ تَتَوَقَّفُ عَلَى الْقَضَاءِ تُعْتَبَرُ طَلاَقًا بَائِنًا

(Mawsu`ah al- Fiqhiyah al-Kuwwathiyah, 35/259) عَنِ ابْنِ عُمَرَ, عَنِ النَّبِيِّ  قَالَ: «الْمُتَلَاعِنَانِ إِذَا تَفَرَّقَا لَا يَجْتَمِعَانِ أَبَدًا» (سنن الدارقطني, IV/416) Jika tujuan sumpah li`an adalah semata menolak/mengingkari penasaban anak, maka konsekuensi yg timbul pasca sumpah adalah sebatas hilangnya penasaban anak, adapun perkawinannya tdk putus, serta had qadza dapat dihilangkan jika isteri memaafkan (Mawsu`ah al- Fiqhiyah al-Kuwwathiyah, 35/259)

Zhihar Makna Zhihar Etimologi Terminologi Punggung Suami menyerupakan istrinya dengan bagian tubuh tertentu dari mahram abadinya Jika suami melakukan zhihar, maka haram bagi suami menjimak (ittifaq) maupun mencumbu isterinya (Hanafyah, Mayoritas Malikiyah) sebelum membayar kifarat الَّذِينَ يُظَاهِرُونَ مِنْكُمْ مِنْ نِسَائِهِمْ مَا هُنَّ أُمَّهَاتِهِمْ إِنْ أُمَّهَاتُهُمْ إِلاَّ اللاَّئِي وَلَدْنَهُمْ وَإِنَّهُمْ لَيَقُولُونَ مُنْكَرًا مِنَ الْقَوْل وَزُورًا وَإِنَّ اللَّهَ لَعَفُوٌّ غَفُورٌ (Al-Mujadalah, 2)

Bagian Tubuh yg Dipersamakan Juz Haqiqiy Juz Hukmiy Seperti tangan, kaki, paha, dll Seperti rambut, suara, Hanafiyah: Harus bagian tubuh yg mewakili keseleruhan tubuh (seperti punggung) Malikiyah: Bisa bagian tubuh hakiki maupun hukmi Syafi`iyah+Hanabilah: Hanya terhadap bagian tubuh hakiki saja

Temporer (dibatasi waktu) Konsekuensi Zhihar Konsekuensi Abadi (tdk dibatasi waktu) Temporer (dibatasi waktu) Malikiyah+Syafi`iyah: Tidak sah zhihar jika tidak abadi Hanafiyah, Syafi`iyah (Azhhar), Hanabilah: bisa abadi/temporer Dalam kurun waktu Di Luar kurun waktu Jika bermaksud menjimaknya maka wajib kifarat Menjadi halal, tidak wajib kifarat

Puasa 2 bulan berturut-turut Kifarat Zhihar Tertib Kifarat I`taq Shiyam Ith`am Membebaskan Budak belian Puasa 2 bulan berturut-turut Memberi makan 60 miskin وَاَلَّذِينَ يُظَاهِرُونَ مِنْ نِسَائِهِمْ ثُمَّ يَعُودُونَ لِمَا قَالُوا فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مِنْ قَبْل أَنْ يَتَمَاسَّا ذَلِكُمْ تُوعَظُونَ بِهِ وَاَللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ مِنْ قَبْل أَنْ يَتَمَاسَّا فَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَإِطْعَامُ سِتِّينَ مِسْكِينًا ذَلِكَ لِتُؤْمِنُوا بِاَللَّهِ وَرَسُولِهِ (al-Mujadalah, 3-4)

Hadanah Makna Hadanah Etimologi Terminologi Pinggang (al-Hidln) Menggendong Pengasuhan (memelihara, mengatur dan mendidik) pihak yg belum bisa hidup mandiri, seperti anak kecil atau dewasa namun terganggu akalnya (gila/pikun). Mnrt Malikiyah, utk laki-laki hanya sampai dewasa, meskipun gila/pikun. Hukumnya adalah wajib, karena meninggalkan pengurusan akan menimbulkan kerusakan. Hadanah bagian dari mengurus dan menguasai, nisbat kepada anak kecil maka yang paling berhak adalah ibunya (pihak perempuan), jika sudah mencapai usia tertentu beralih kepada bapaknya (pihak laki-laki) karena lebih mampu dalam mengayomi dan mengarahkan

Pemilik Hak Hadanah Pemilik Hak Hadanah Hanafiyah + Malikiyah Sebagian Ulama Mayoritas Ulama Hak Ibu Hak Anak Hak Anak & Orang Tua Jika kedua orangtua masih terikat dalam perkawinan, maka anak harus berada dalam pengasuhan mereka berdua. أَنَّ امْرَأَةً قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ ابْنِي هَذَا كَانَ بَطْنِي لَهُ وِعَاءً، وَثَدْيِي لَهُ سِقَاءً، وَحِجْرِي لَهُ حِوَاءً، وَإِنَّ أَبَاهُ طَلَّقَنِي، وَأَرَادَ أَنْ يَنْتَزِعَهُ مِنِّي، فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ : «أَنْتِ أَحَقُّ بِهِ مَا لَمْ تَنْكِحِي» (أخرجه أبو داود, 2/283)

Syarat Umum Pengasuh Syarat Umum Pengasuh Balig Berakal Memiliki kemampuan mengurus Berakhlak baik Islam, mnrt Syafi`iyah & Hanabilah

Syarat Khusus Pengasuh Pemilik Hak Hadanah Jika pengasuhnya wanita, maka tidak menikah dgn laki-laki lain yg di luar kerabat Tidak boleh tinggal di tempat yg tidak disukai oleh anak Jika pengasuhnya laki-laki, maka harus ada perempuan yg bisa mengasuhnya

Hanafiyah: Ibu Nenek dr Ibu Nenek dr Bapak Saudari Kandung Saudari Seibu Saudari Sebapak Keponakan Pr dr Saudari Kandung Keponakan Pr dr Saudari Seibu Bibi dr Ibu (sekandung, seibu, sebapak) Keponakan Pr dr Saudari Sebapak Keponakan Pr dr Saudara Kandung Keponakan Pr dr Saudara Seibu Keponakan Pr dr Saudara Sebapak Bibi dr Bapak (sekandung, seibu, sebapak) Bibinya Ibu dr Ibu Bibinya Bapak dr Ibu Bibinya Ibu/Bapak dr Bapak `Ashabah (Bapak, Kakek, dst) Malikiyah: Ibu Nenek dr Ibu Neneknya Ibu Bibi dr Ibu (sekandung, seibu, sebapak dgn Ibu) Bibinya Ibu dr Ibunya (sekandung, seibu, sebapak dgn Ibu) Bibinya Ibu dr Bapaknya Nenek dr Bapak Saudari Kandung Saudari Seibu Saudari Sebapak Bibi dr Bapak Bibinya Bapak dr Bapaknya Bibinya Bapak dr Ibunya Keponakan Pr dr Saudari Kandung Keponakan Pr dr Saudara Kandung Yg diwasiati Saudara Kakek dr Bapak Keponakan Lk dr Saudara Paman, Sepupu

Syafi`iyah: Ibu Anak Pr Nenek dr Ibu Nenek dr Bapak Neneknya Bapak dr Ibunya Neneknya Bapak dr bapaknya Ibunya Bapaknya Kakek Saudari Kandung Saudari Sebapak Saudari Seibu Bibi dr Ibu Keponakan Pr dr Saudari Kandung Keponakan Pr dr Saudara Kandung Bibi dr Bapak KHI Ps. 156: anak yang belum mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dan ibunya, kecuali bila ibunya telah meninggal dunia, maka kedudukannya digantikan oleh: Wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari ibu; Ayah; Wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari ayah; Saudara perempuan dari anak yang bersangkutan; Wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ayah. Jika anak sudah mumayyiz (12 tahun -KHI Ps. 105-) diserahkan kepada anak untuk memilih di antara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaanya. Adapun biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya.

Biaya Hadanah Biaya Hadanah adalah tanggung jawab kepala keluarganya, kecuali jika yg diurus (mahdlun) memiliki harta. Jika Ibu mengurus anak, maka ia berhak mendapat upah pengurusan tsb. KHI Ps. 149: Bilamana perkawinan putus karena talak, maka bekas suami wajib: Memberikan mut`ah yang layak kepada bekas isterinya, baik berupa uang atau benda, kecuali bekas isteri tersebut qobla al dukhul; Memberi nafkah, maskan dan kiswah kepada bekas isteri selama dalam idah, kecuali bekas Isteri telah di jatuhi talak bain atau nusyuz dan dalam keadaan tidak hamil; Melunasi mahar yang masih terhutang seluruhnya, dan separuh apabila qobla al dukhul; Memberikan biaya hadhanan untuk anak-anaknya yang belum mencapai umur 21 tahun

والمطلقات يتربصن بأنفسهن ثلاثة قروء (البقرة:228) Masa Idah Makna Idah Etimologi Terminologi Hitungan (Ihsha’) Waktu tunggu bagi wanita untuk mengetahui netralitas rahimnya, atau sebagai tenggang waktu di mana ia dapat dirujuk oleh mantan suaminya, yg bersifat ta`abudiy. والمطلقات يتربصن بأنفسهن ثلاثة قروء (البقرة:228) والذين يتوفون منكم ويذرون أزواجاً يتربصن بأنفسهن أربعة أشهر وعشراً (البقرة:234) واللائي يئسن من المحيض من نسائكم إن ارتبتم، فعدتهن ثلاثة أشهر، واللائي لم يحضن، وأولات الأحمال أجلهن أن يضعن حملهن (الطلاق:4/ 65)

Konsekuensi Idah Konsekwensi Idah Mu`tadah Talak Raj`iy tdk boleh dikhitbah sharih Konsekwensi Idah Mu`tadah Talak Bain/Wafat boleh dikhitbah sindiran Tidak boleh menikah Tidak boleh keluar rumah kecuali terpaksa Mantan Suami wajib memberi nafkah dan tempat tinggal, kecuali idah talak bain hanya tempat tinggal saja

Tidak ada idah qabla dukhul Khilafiyah Idah Khilafiyah Idah Ittifaq Ikhtilaf Tidak ada idah qabla dukhul Ada idah bada dukhul Idah Zina (Hanafiyah-Syafi`iyah: Tidak ada) (Malikiyah-Hanabilah: Ada) Idah bada khulwah Nikah (Syafi`iyah: Tidak ada) (Mayoritas Ulama: Ada) كل طلاق أو فسخ وجب فيه جميع الصداق وجبت العدة، وحيث سقط الصداق كله أو لم يجب إلا نصفه، سقطت العدة

Jika cerai dan ingin menikahi saudari mantan istrinya Idah Laki-laki Jika cerai dan ingin menikahi saudari mantan istrinya Beristri 4 orang, setelah menceraikan sebagian istrinya, kemudian ingin menikah lagi dengan wanita lain Idah Wanita Non Muslim Hanafiyah Mayoritas Ulama Tdk ada idah bagi non muslim jika dlm agamanya tdk ada ketentuan idah, kecuali bagi kitabiyah yg menikah dgn muslim Ada idah bagi non muslim yang dzimmiy, siapa pun suaminya

Macam-macam Idah Idah Talak/Fasakh Aqra’ (Bagi yg Haid) Bulan (Bagi yg tdk Haid) Melahirkan (Bagi yg Hamil) Haid Suci Tiga Bulan Qamariyah Sampai Melahirkan Hanafiyah Hanabilah Malikiyah Syafi`iyah Tiga Kali Suci/Haid

Idah wanita yg suka haid, tiba-tiba berhenti haidnya tanpa sebab Idah Wanita Tdk Lancar Idah wanita yg suka haid, tiba-tiba berhenti haidnya tanpa sebab Hanafiyah Syafi`iyah Malikiyah Hanabilah Tunggu sampai kembali haid, atau sampai masa menopause, kemudian idah dengan bulan Idah Satu Tahun

Idah Wafat Idah Wafat Bulan (Bagi yg tdk Hamil) Melahirkan (Bagi yg Hamil) 4 Bulan 10 Hari Sampai Melahirkan, meskipun hanya tersisa beberapa hari setelah wafat suaminya عَنِ الْمِسْوَرِ: أَنَّ سُبَيْعَةَ بِنْتَ الْحَارِثِ تُوُفِّيَ عَنْهَا زَوْجُهَا، فَوَلَدَتْ بَعْدَ ثَمَانٍ أَوْ سَبْعٍ, فَأَمَرَهَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تَتَزَوَّجَ

Ihdad bagi Mu`tadah Wafat Etimologi Terminologi Tidak Berhias Tidak menghias diri dan memakai wangi-wangian selama 4 bulan 10 hari setelah wafat suaminya Ihdad hanya wajib kepada isteri yg ditinggal wafat suaminya. Tidak ada ihdad bagi suami serta isteri yg ditalak raj`iy. Adapun bagi isteri yg ditalak bain (sughra/kubra) mnrt Hanafiyah, Syafi`iyah Qadim, wajib ihdad. Namun mnrt Malikiyah, Syafi`iyah Jadid, tidak wajib ihdad.

Idah Wanita yg Suaminya Mafqud Idah dari Suami Mafqud Idah Wanita yg Suaminya Mafqud Hanafiyah Syafi`iyah Malikiyah Hanabilah Suaminya dihukumi hidup, sehingga tdk boleh beridah selama tdk ada kabar kematiannya atau kabar menceraikannya Tunggu 4 tahun, kemudian idah selama 4 bulan 10 hari

Dari Aqra’ ke Bulan/Hamil Perubahan Idah Perubahan Idah Dari Bulan ke Aqra’ Dari Aqra’ ke Bulan/Hamil Dari Talak ke Wafat Yg tdk haid dicerai, beridah dengan bulan, kemudian keluar haid, maka beralih ke idah aqra’, idah sebelumnya tdk dihitung Yg suka haid dicerai, beridah dgn aqra’, kemudian berhenti haidnya atau hamil, maka beralih idahnya ke bulan, atau sampai melahirkan Jika sdg menjalani idah talak raj`iy, kemudian suaminya wafat, maka idahnya beralih ke idah wafat (kecuali mnrt Malikiyah, mengambil yg paling pendek). Kalau talaknya bain, maka tdk ada peralihan.

Menikahnya si Janda dengan laki-laki lain. Habisnya Masa Idah Diketahui melalui Ucapan Perbuatan Si Janda mengklaim idahnya sudah selesai, meski mantan suaminya menilai bohong, jika klaim tsb muncul pada waktu yg memungkinkan habis idah, maka yg dibenarkan adalah klaim si Janda. Menikahnya si Janda dengan laki-laki lain. Jika setelah menikah, si Janda mengakui bahwa idahnya belum selesai, maka pernyataan tsb tidak bisa diterima, selama perkawinannya dilakukan dalam waktu yg memungkinkan habis idah.

Masa Memungkinkan Habis Idah Hanafiyah Tahdidiy Taqribiy Wanita yg tdk haid ditalak, maka idahnya 3 bulan. Wanita yg suaminya wafat, maka idahnya 4 bulan 10 hari. Wanita yg suka haid ditalak, maka minimal idahnya 60 hari. Haid: 3x10=30 hari Suci: 2x15=30 hari Menurut Abu Yusuf & Muhammad, minimal idahnya 39 hari. Haid: 3x3=9 hari (mulai menghitung saat haid)

Wanita yg suka haid ditalak, minimal idahnya 30 hari. Dengan rincian: Malikiyah Wanita yg suka haid ditalak, minimal idahnya 30 hari. Dengan rincian: Ditalak pada permulaan malam tgl 1 saat suci, kemudian keluar haid, selesai sebelum fajar, kemudian suci 15 hari. Keluar lagi haid pada awal malam tgl 16, selesai sebelum fajar, kemudian suci 15 hari sampai tanggal 30, dan haid lagi malam hari tgl 1 bulan selanjutnya, dan selesai sebelum fajar. (Di Malikiyah, minimal haid sehari atau kurang) Syafi`iyah Wanita yg suka haid ditalak, minimal idahnya 32 hari 2 menit. Dengan rincian: Ditalak pada saat suci, satu menit kemudian haid 1 hari/malam. Selanjutnya suci 15 hari, kemudian haid 1 hari/malam, dan suci 15 hari, lantas satu menit kemudian haid. (Di Syafi`iyah, minimal haid sehari semalam/24 jam)

Hanabilah Wanita yg suka haid ditalak, minimal idahnya 29 hari 1 menit. Dengan rincian: Ditalak pada saat suci, kemudian haid 1 hari/malam. Selanjutnya suci 13 hari, kemudian haid 1 hari/malam, dan suci 13 hari, kemudian haid 1 hari/malam, lantas satu menit kemudian suci. (Di Hanabilah, minimal haid sehari semalam/24 jam, minimal suci 13 hari)

Mut`ah Methallaqah Mut`ah Etimologi Terminologi Bersenang-senang Harta sebagai kompensasi perceraian yg diberikan oleh suami yg menceraikan isterinya Pasal 149 Bilamana perkawinan putus karena talak, maka bekas suami wajib: memberikan mut`ah yang layak kepada bekas isterinya, baik berupa uang atau benda, kecuali bekas isteri tersebut qobla al dukhul; Pasal 158 Mut`ah wajib diberikan oleh bekas suami dengan syarat : a. belum ditetapkan mahar bagi isteriba`da al dukhul; b. perceraian itu atas kehendak suami. Pasal 159 Mut`ah sunnat diberikan oleh bekas suami tanpa syarat tersebut pada pasal 158

Melanggengkan Ikatan Perkawinan pd masa idah dari talak raj`iy Rujuk (al-Raj`ah) Makna Rujuk Etimologi Terminologi Kembali Hanafiah Mayoritas Ulama Melanggengkan Ikatan Perkawinan pd masa idah dari talak raj`iy Kembali ke dalam ikatan perkawinan bersama istri yg ditalak, tanpa akad baru, pada masa idah وبعولتهن أحق بردهن في ذلك (البقرة:228)

حديث النفس بأن يقول في نفسه: راجعتها Proses Rujuk Proses Rujuk Hanafiyah-Hanabilah Malikiyah Syafi`iyah Ucapan Perbuatan Ucapan Perbuatan Ucapan Makruh Tanzih Sharih Kinayah Niat حديث النفس بأن يقول في نفسه: راجعتها Untuk perbuatan, menurut Hanafiyah & Malikiyah bisa dengan apa pun yang dapat menimbulkan kemahraman (meraba dgn syahwat, mencium, dll). Sedangkan menurut Hanabilah hanya bisa dengan hubungan intim saja. Untuk Ucapan, menurut Mayoritas bisa dengan kinayah disertai niat, namun menurut Hanabilah hanya bisa denga sharih saja.

(وبعولتهن أحق بردهن في ذلك إن أرادوا إصلاحاً) Karena rujuk adalah hak suami yang ditetapkan oleh syarak, maka hak tersebut tidak terpengaruh oleh rela dan tidaknya mantan isteri terhadap rujuk tersebut. Serta mantan suami tidak bisa melepaskan (tanazul) hak tersebut, meskipun dilepaskan, hak rujuknya tetap ada. (وبعولتهن أحق بردهن في ذلك إن أرادوا إصلاحاً) Menurut Syafi`iyah & Malikiyah, haram istimta` (termasuk memandangnya) terhadap istri yg sdh ditalak raj`iy, sebelum terlebih dahulu dirujuk. Kecuali ada niat rujuk menurut Malikiyah. Jika terjadi hubungan intim, maka tidak sampai berujung terhadap hukuman pidana, meskipun tahu bahwa perbuatan tersebut diharamkan. Menurut Syafi`iyah, bagi suami yang menjimak sebelum rujuk, ia wajib membayar mahar mitsil, baik setelah itu rujuk maupun tidak.

Tidak Disyaratkan dalam Rujuk Rida Istri Tidak Disyaratkan Memberitahu Istri Kecuali menurut: Qawl Qadim Syafi`iyah, dan salah satu riwayat sahih Imam Ahmad. Menurut Zhahiriyah wajib dipersaksikan dan berimplikasi terhadap keabsahan Mempersaksikan Rujuk