Oleh: Alifah Fajriyyatul Izzah (02) DI ANTARA SAKURA Oleh: Alifah Fajriyyatul Izzah (02)
Dari atas kendaraan roda empat itu, Hana memandangi helai-helai sakura berebutan meninggalkan tangkainya. “Hana suka sakura ya?” Tanya seorang pria paruh baya di sebelahnya sambil tersenyum pada putri satu-satunya itu. Tak ada balasan dari mulut Hana. Ia masih tenggelam dalam lamunannya. Sudah tiga bulan Hana berada di Negeri Sakura ini. Ia berada di sini bersama papanya. Keluarga Hana sudah tidak utuh lagi, tidak setelah papanya menceraikan mama Hana. Dengan hak asuh di tangannya, Papa Hana membawa Hana ke Jepang-tanah kelahirannya dari Indonesia, meninggalkan mamanya sendirian di Jakarta. Hana rindu pada mamanya, selama tiga bulan itu tidak ada kabar sama sekali tentang mamanya.
“Hana. Hana. ” panggil papa. Hana pun menoleh. “Apa yang kau pikirkan “Hana! Hana!” panggil papa. Hana pun menoleh. “Apa yang kau pikirkan? Kita sudah sampai, papa punya kejutan buat Hana”. Mereka berhenti di sebuah restoran keluarga yang cukup berkelas. Hana bingung, ia tidak tahu apa yang direncanakan oleh papanya. Lalu mereka masuk ke dalam sebuah ruangan. Terdapat seorang wanita cantik dan seorang anak laki-laki duduk bersimpuh di dalam ruangan itu. Hana dan papanya ikut duduk. “Perkenalkan, ini Sumiko dan ini Kazuto. Mereka akan menjadi pelengkap keluarga kita sekarang” Hana sangat terkejut mendengarnya. Rasanya dunia menjadi gelap dan lalu ia tidak sadarkan diri.
“Hei, kenapa aku harus memanggilmu seperti itu?” “Kau sudah sadar?” Tanya Kazuto. Hana diam saja. “Aku tahu kau terkejut, tapi kita telah menjadi satu keluarga. Awalnya aku juga tidak suka pada ayahmu, tapi setelah mengenalnya aku mulai menyukainya. Ia pria yang baik. Kau juga akan menyukai ibuku, ia wanita yang baik. Ngomong-ngomong, kau harus memanggilku *oniichan ya” “Hei, kenapa aku harus memanggilmu seperti itu?” “Aku lebih tua darimu tiga tahun, kau baru masuk SMA kan? Akan kupanggilkan papa dan ibu, mereka harus tahu bahwa kau sudah sadar” ujarnya sambil meninggalkan ruangan itu. Tak terasa butiran air mata mengalir dari ujung mata Hana. Kenapa ia harus mengalami hal ini? Kenapa papa menikah lagi? Kenapa ia harus memiliki seorang kakak tiri? Apa papa sudah tidak sayang pada mama? Bagaimana kabar mama sekarang? Papa jahat!! Papa sudah tidak sayang Hana lagi! Papa egois! Hana benci Papa! Jerit Hana dalam hati. *Oniichan: kakak laki-laki
“Aku pulang. ” Hana baru saja pulang dari sekolah “Aku pulang!” Hana baru saja pulang dari sekolah. Ia mencari papanya, kemudian ia masuk ke ruang kerja papanya. Disana ia menemukan foto mamanya, tanpa terasa air mata Hana langsung mengalir. Ia sangat rindu pada mamanya, ingin rasanya ia kembali ke Indonesia. Di balik foto itu, tertulis alamat email mamanya. Hana sangat senang, ia bisa mencari kabar tentang mamanya. Segera ia kembali ke kamar dan mengirim email pada mamanya. Sudah tiga hari, tapi email Hana belum juga dibalas oleh mamanya. Hana mulai khawatir tentang keadaan mamanya. Butiran butiran kristal mulai membasahi pipi Hana lagi. Kazuto yang memergokinya segera bertanya. Hana lalu menceritakan masalahnya itu. “Mungkin mamamu masih sibuk, berpikir positif sajalah” hibur Kazuto. Malamnya, setelah makan malam, Hana kembali mengecek email tapi hasilnya nol.
Keesekon harinya, Hana sedang berjalan sendirian di lorong sekolah Keesekon harinya, Hana sedang berjalan sendirian di lorong sekolah. Tiba-tiba ponsel Hana bergetar, ada email masuk! Ternyata itu email dari mama Hana. Sebuah senyuman bertengger di wajah Hana. Ketika ia mulai membaca isi pesan itu, tiba-tiba Brakk!! Hana terjatuh dan ponselnya lepas dari genggamannya. Ponsel itu juga ikut terjun ke lantai dan terinjak. Hana segera melihat siapakah yang menabraknya. Ternyata yang menabraknya adalah seorang kakak kelas. “Aduuh...liat-liat dong kalau jalan” “Kau itu yang liat-liat kalau jalan” ucap Hana marah sambil mengambil ponselnya yang rusak. “Lho, ponselmu rusak ya? Maaf, aku tak sengaja menginjaknya” “Ada email penting yang harus kubaca dan sekarang aku tak bisa membacanya. Maaf saja tidak cukup!”teriak Hana sambil mendorong kakak kelasnya sampai terjatuh. Ia segera pergi meninggalkan tempat itu menuju ke kamar mandi dan menangis di sana.
Sesampainya di rumah, Hana segera menuju kamarnya dan mengecek email dari mamanya. Hana sangat senang, mama yang selama ini dirindukannya ternyata masih menyayanginya. Tanpa Hana sadari, di balik pintu kamarnya berdiri papanya yang sedang mengirim email sambil tersenyum melihat putrinya. Sejak saat itu Hana selalu bercerita tentang kejadian-kejadian di sekolahnya pada mamanya melalui email. Hana berubah menjadi gadis ceria yang disenangi oleh banyak orang. Tapi ia masih tidak mau mengeluarkan sepatah kata pun untuk papanya. Ia masih membenci papanya.
Sang raja siang tengah menguasai hari saat itu Sang raja siang tengah menguasai hari saat itu. Suhu yang tinggi membuat es krim yang dimakan Hana bertambah nikmat. Ia sedang berjalan sendirian di koridor sekolah. Tiba-tiba ia dicegat oleh seseorang, ia adalah kakak kelas yang pernah menabraknya sampai ponselnya rusak. “Ini” ujarnya sambil memberikan sebuah ponsel yang kelihatan masih baru. Hana menerimanya dengan tatapan tidak percaya. “Sekarang kau harus memaafkanku. Urusan kita sudah selesai” Hana hanya mengangguk kecil.
Setelah makan malam, Hana segera kembali ke kamarnya untuk mengecek email. Tak ada balasan. Sudah seminggu email Hana tidak ada yang dibalas. Hana menjadi khawatir. Apa terjadi sesuatu pada mamanya. Karena tidak tahan dengan perasaan rindu, Hana memberanikan diri untuk menemui ayahnya. Hana masuk ke dalam kamar papanya, papanya tengah mengerjakan sesuatu. Papanya tersenyum melihat kehadiran Hana. “Papa, Hana ingin minta sesuatu dari papa” “Boleh. Kamu sudah jarang minta sesuatu dari papa” “Hana ingin menjenguk mama di Indonesia” Papa terkejut mendengarnya. “Papa bisa mengabulkan apapun yang kamu minta. Tapi untuk yang satu itu papa tidak bisa” “Kenapa pa? Hana rindu mama. Hana ingin ketemu mama” “Hana, sekarang kita tidak tahu kabar dari mamamu, belum tentu ia masih di Jakarta” “Mama tidak mungkin pindah dari Jakarta pa. Pokoknya Hana ingin ketemu mama!” seru Hana sambil berlari ke luar rumah sambil meneteskan air mata.
Hana sekarang duduk sendiri di bawah pohon sakura dekat rumahnya Hana sekarang duduk sendiri di bawah pohon sakura dekat rumahnya. Ia masih marah pada papanya yang tidak mengizinkan dirinya menemui mamanya. Hawa dingin mulai menusuk kulit. Sang dewi malam hadir menemani Hana yang sedang melamun sendirian. “Hei, apa yang kau lakukan di sini?” Hana menoleh. Di sebelahnya berdiri kakak kelas yang pernah menabraknya itu. Hana heran, mengapa orang itu ada di sini. “Bukan urusanmu” sahut Hana ketus. Kakak kelas itu sekarang duduk di sebelah Hana.
“Kenapa kau menceritakan hal itu kepadaku?” Tanya Hana heran. “Hei, sopan sedikit dong, aku ini kakak kelasmu, panggil aku *senpai. Pasti kau habis menangis. Matamu bengkak” Hana tak menyahut. “Ngomong-ngomong soal sedih, aku baru saja mmengalami hal yang menyedihkan. Orang tuaku bercerai saat aku kecil. Aku tinggal bersama ibuku. Awalnya aku sangat membenci ibuku karena ialah yang menggugat cerai ayahku. Aku lebih menyayangi ayahku daripada ibuku. Tapi kemarin aku melihat ayahku sedang bersama wanita lain. Ternyata selama ini ayahkulah yang salah, ia yang membuat ibuku terluka. Sekarang aku sudah tidak membenci ibuku lagi” ceritanya sambil bermuka muram. “Kenapa kau menceritakan hal itu kepadaku?” Tanya Hana heran. “Entahlah, keluar begitu saja dari mulutku. Anggap saja kau tidak mendengarnya” Kemudian kakak kelas itu pergi meninggalkan Hana yang masih bengong. *senpai: kakak kelas
Seorang lelaki paruh baya tengah berlari-lari sambil bermuka bingung Seorang lelaki paruh baya tengah berlari-lari sambil bermuka bingung. Ia tengah mencari putrinya yang belum juga kembali sejak mereka bertengkar tadi. Rasa cemas menyelimuti hatinya. Akhhirnya ia melihat Hana yang sedang duduk sendirian di bawah pohon sakura. Hatinya lega, sekarang ia akan mengungkapkan semuanya. “Hana!” Hana memalingkan wajah dari sumber suara itu. Papanya tengah mengatur nafas, tampaknya ia sudah berlari cukup jauh. “Hana, dengarkan papa. Papa minta maaf, selama ini papa tidak berterus terang padamu. Tentang mamamu, papa tetap tidak bisa mengabulkan permintaanmu tadi” “Apa papa sudah tidak sayang pada mama?” “Tidak, Hana. Papa selalu menyayangi mamamu itu” “Lalu kenapa papa menceraikannya” “Ceritanya panjang. Mamamu adalah sosok yang sangat luar biasa dan membutuhkan banyak perhatian. Papa tidak bisa memberikan banyak perhatian, papa terlalu senang bekerja. Akhirnya mamamu membagi cintanya dengan pria lain. Ketika papa mengetahui hal itu, papa segera menceraikannya dan membawamu pergi. Semua itu untuk kebahagiaanmu”
“Sebenarnya papalah yang selama ini membalas semua emailmu ke mamamu, kebetulan papa tahu passwordnya” Hana tertegun mendengarkan cerita papanya itu. Jadi selama ini ia salah telah membenci papanya. Ternyata papanya sangat menyanyanginya. Mata Hana berkaca-kaca. “Maafkan Hana pa, selama ini Hana membenci papa, Hana pikir papa yang salah. Maafkan Hana pa” “Maafkan papa juga, papa tidak berkata terus terang padamu” Mereka berdua saling berpelukan di antara helai-helai sakura yang berguguran. TAMAT
UNSUR INTRINSIK
Tema: Kasih Sayang seorang Ayah
Alur: Alur Maju
Sudut Pandang: Orang ketiga pelaku utama
LATAR Tempat: Negara Jepang, mobil, restoran keluarga, kamar, rumah, lorong sekolah, bangku di bawah pohon sakura Waktu: pagi hari, siang hari, malah hari Suasana: mengharukan
TOKOH Hana: pemarah, cengeng, pendiam Papa: baik, sabar Ibu: baik Kazuto: baik, ramah, pengertian Senpai/kakak kelas: bertanggung jawab, baik
AMANAT Janganlah berprasangka buruk kepada orang lain Sayangilah kedua orang tuamu Nyatakan kebenaran walau itu pahit
TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA ^^