PENGGUNAAN PELTIER SEBAGAI MEDIA PENDINGIN COOLING BOX IKAN TERI PADA TEMPAT PELELANGAN IKAN BOJONEGARA REZA RIDHO RAMADHAN 3331120152
Latar Belakang Saat ini pemerintah Indonesia sedang melakukan peningkatan perekonomian melalui bidang maritim. Salah satu hasil laut yang sangat penting untuk memenuhi hajat hidup orang banyak adalah ikan. Jadi untuk mempertahankan harga dan mutu ikan harus ada teknologi proses penyimpan yang bisa mempertahankan temperatur dibawah 5°C. Pada dasarnya pendingin ini bertujuan untuk menghambat berkembangnya bakteri yang dapat memicu terjadinya pembusukan pada ikan.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah pengembangan cooling box yang memiliki nilai, hemat energi, nilai jual dan menguji kinerja sistem pendingin cooling box yang memakai elemen peltier.
Batasan Masalah Pembatasan masalah pada penelitian ini meliputi : 1. Merancang dan membangun alat box dengan menggunakan elemen peltier. 2. Pemakaian peltier yang diletakan di samping cooling box 3. Penggunaan arus DC sebagai input daya pada sistem pendinginan 4. Dilakukan pengujian terhadap kinerja pendinginan elemen peltier untuk mendapatkan temperatur cooling box berkisar 5 derajat celcius.
Manfaat Penelitian Dilihat dari latar belakang yang ada, maka manfaat dari penelitian yaitu : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, dapat memanfaatkan hasil penelitian untuk memperbaiki dan mengembangkan energi terbarukandi wilayah Banten. Pemerintah Provinsi Banten, dapat memanfaatkan hasil penelitian untuk memproyeksikan arah kebijakan pemanfaatan energi terbarukan di wilayah Provinsi Banten. Nelayan, kelebihan ikan pada saat musim tertentu, tetap dapat dijual dengan harga lebih kompetitif, sehingga pendapatan nelayan akan lebih baik. Mahasiswa, dapat merancang dan mengetahui kinerja alat untuk memanfaatkan energi terbarukan.
Pengkondisian Udara Pada pengkondisian udara terdapat 3 hal peting yang harus diperhatikan, yaitu temperatur, humidity (kelembaban), dan air mass flow. Pengkondisian udara bertujuan untuk meminimumkan pemakaian energi dalam batasan – batasan yang wajar tanpa harus mengurangi fungsi dari suatu sistem. Dengan kata lain pengkondisian udara ini dilakukan untuk meperoleh efisiensi energi dan ekonomis.
Beban Pendinginan Beban pendinginan adalah laju panas yang harus dipindahkan dari ruangan ke lingkungan sehingga suhu dan kandungan uap airnya terjaga seperti yang diinginkan. Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya beban pendinginan ini, misalnya kodisi suhu diluar ruangan, kebocoran udara dari luar ke dalam ruangan, aktifitas didalam ruangan misalnya terdapat mesin yang menghasilkan panas dan juga lampu listrik, dan jumlah orang yang keluar masuk dari ruangan, dll.
Jenis Beban Pendingin kalor sensible Kalor sensible adalah panas yang diterima atau dilepaskan suatu materi sebagai akibat perubahan suhunya. Kalor sensibel langsung masuk dan ditambahkan ke dalam ruangan yang dikondisikan melalui konduksi, konveksi atau radiasi.
Kalor laten Kalor laten adalah panas yang diterima atau dilepaskan suatu materi karena perubahan fasanya. Penambahan kalor laten terjadi apabila ada penambahan uap air pada ruangan yang dikondisikan.
Beban Pendinginan Ruangan Beban pendinginan ruangan dapat digolongkan dalam 2 bagian yaitu: Beban Pendinginan Luar (external cooling load) Penambahan kalor radiasi matahari melalui benda transparan seperti kaca. Penambahan kalor konduksi matahari melalui dinding luar dan atap. Penambahan kalor konduksi matahari melalui benda transparan seperti kaca. Penambahan kalor melalui partisi, langit, langit dan lantai. Infiltrasi udara luar yang masuk kedalam ruangan yang dikondisikan. Ventilasi udara luar yang masuk kedalam ruangan yang dikondisikan
Beban Pendinginan Dalam (internal cooling load) Penambahan kalor karena orang yang ada didalam ruang yang dikondisikan. Penambahan kalor karena adanya pencahayaan buatan didalam ruang. Penambahan kalor karena adanya motor-motor listrik yang ada di dalam ruang yang dikondisikan. Penambahan kalor karena adanya peralatan-peralatan listrik atau pemanas yang ada didalam ruangan yang dikondisikan.
Perhitungan Beban Pendingin TETD, TA Pilihan lain dari teknik keseimbangan kalor menggunakan Metoda Perbedaan Temperatur Ekuivalen Total (TETD = Total Equivalent Temperatur Diffrenece) dan Waktu Rata-rata (TA = Time Average), dalam menghitung beban pendinginan. Prosedurnya juga menempuh dua langkah, yaitu : 1) Langkah pertama : Penambahan kalor. 2) Langkah kedua : Beban pendinginan. Metoda ini diperkenalkan ASHRAE tahun 1967, dan oleh Carrier pada tahun 1965 dengan metoda ETD (tanpa TA).
Contoh Rumus dimana : A = luas permukaan SHGF = faktor panas matahari Q=A . SHGF . SC .(SCL) dimana : A = luas permukaan SHGF = faktor panas matahari SC = koeffisien peneduh. SCL = faktor beban pendinginan matahari dengan tanpa peneduh dalam, atau dengan peneduh dalam.
Alat Palu Pahat Roll meter Gunting Gerinda Mesin Bor Obeng & testpen Kunci set Bahan Kipas Angin Thermoelektrik Heatsink Fan Thermal pasta Pelat Almunium Acrilic Sterofoam Pompa Aquarium Thermostat Thermocouple probe Selang Selang Tubing Kabel Ties Power Supply Clamp Kabel Dudukan Siku Skotlet
Diagram Alir 1 Mulai Identifikasi Masalah Penelitian dengan menggunakan beberapa model varian Tujuan Penelitian Pengambilan data Studi Literatur Analisis dan Pembahasan Penelitian pendahuluan Kesimpulan dan Saran 1 Laporan selesai
SEKIAN DAN TERIMAKASIH