Epidemiologi Lingkungan Sejarah Perkembangan Epidemiologi Kelompok 4 Aprilia Prihatiwi Ferdi Akhmad F Fitra Hernayanti Ina Isna Saumi Khairina Ariesta TINGKAT 2 DIV KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES JAKARTA 2
PENDAHULUAN Definisi Epidemiologi Istilah epidemiologi berasal dari kata ‘epi’ (atas), ‘demos’ (rakyat; penduduk), dan ‘logos’(ilmu) sehingga epidemiologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang hal-hal yang terjadi/menimpa penduduk. Epidemiologi tidak terbatas hanya mempelajari tentang epidemi (wabah). April
SEJARAH EPIDEMIOLOGI Hippocrates (460-377 SM) Kontribusi Hippocrates pd bidang kesehatan masyarakat sangat penting karena ia adalah ahli epidemiologi pertama didunia. Hippocrates mendapat pengakuan sebagai ahli epidemiolgi pertama karena ketiga buku yang ditulisnya yaitu Epidemic I, Epidemic III dan On Airs, Waters and Places. Hippocrates adalah seorang filsuf dan dokter Yunani, yang dikenal sebagai Bapak Kedokteran Modern. Walaupun diberi julukan Bapak Kedokteran Modern, hanya sedikit pengetahuan dan pemahaman yg dimiliki Hippocrates. Besar keinginannya utk menyelidiki penyebab sebenarnya suatu penyakit pada abad ke-5 SM.
Dalam bukunya "On Airs, Waters and Places" (Tentang Udara, Air, dan Tempat), Hipoccrates mengatakan, penyakit tjd karena kontak dgn jasad hidup dan berhubungan dgn lingkungan eksternal maupun internal seseorang. Kontribusi terbesar dibidang epidemiologi yg diberikan Hippocrates adalah observasi epidemiologi. Selain itu, Hippocrates jg membuat beberapa observasi ttg perilaku manusia dalam populasi. Hippocrates berpendapat bahwa penyakit terjadi krn interaksi antara = host-agent-environment (penjamu-agen-lingkungan). Hal esensial dlm bidang epidemiologi, menurut Hippocrates yang harus dimasukkan dlm observasi adalah bagaimana suatu penyakit memengaruhi populasi dan cara penyakit menyebar.
Galen Galen mengemukakan suatu doktrin epidemiologi yg lebih logis dan konsisten dgn menekankan teori bahwa beradanya suatu penyakit pd kelompok penduduk tertentu dalam suatu jangka waktu tertentu
John Graunt (1620-1674) Pada tahun 1603 di London sebuah laporan sistematis ttg kematian telah dimulai dan disebut dengan “Bills of Mortality”. Ini adalah suatu kontribusi besar untuk tetap melaporkan populasi dan memulai aspek epidemiologi yaitu statistic yang vital. Menggunakan data dan informasi yg telah dia kumpulkan, Graunt menulis sebuah buku: Natural and Political Observations Made Upon the Bills of Mortality Graunt memastikan informasi penting epidemiologi seperti: seseorang mempunyai kemungkinan yg lebih banyak utk mati muda daripada mati tua, laki-laki lebih cepat mati daripada wanita, dll. Graunt jg membagi mati dalam dua tipe, yaitu: akut dan kronis.
Thomas Sydenham (1624-1689) Sydenham menulis scr detail ttg penyakit yg telah dia teliti tanpa mengikuti berbagai teori tradisonal tentang penyakit. Dari proses penelitian tersebut dia mampu mengidentifikasi dan mengakui perbedaan penyakit-penyakit. Sydenham telah mempublikasikan penelitiannya dlm sebuah buku yg berjudul “Observationes Medicae”. Satu dr pekerjaan besar Sydenham adalah mengklasifikasikan Fever Plaguing London pd tahun 1660 dan tahun 1670. Sydenham membaginya kedalam tiga level demam yaitu: continued, intermittent, and smallpox.
4. James Lind (1700) Ferdi Pada tahun 1700 ada sebuah penelitian yg mengatakan hilangnya laki-laki dlm sebuah populasi lebih banyak disebabkan oleh penyakit daripada perang. Seperti epidemiolog lainnya, Lind dalam tulisannya “A Treatise of the Scurvy in Three Part, Containing an Inquairy into the Nature, Cause and Cure of That Disease, Together with a Critical and Chronological View of What Has been Published on The Subject” difokuskan pd penyakit di populasi. Dia meneliti efek waktu, tempat, cuaca dan makanan pd penyebaran penyakit. Lind sbg seorang peneliti dan ahli bedah mencatat, ketika dlm perjalan panjang di laut para pelaut menjadi sakit karena scurvy. Lind tidak hanya berpartisipasi dlm identifikasi efek makanan pd penyakit, tetapi membuat observasi klinis, menggunakan design eksperimen, menanyakan ttg epidemiologi klasik, observasi perubahan populasi dan pengaruhnya pd penyakit, serta mempertimbangkan sumber penyebab, tempat, waktu dan musim.
Antonio Van Leeuwenhoek (1632-1732) Leeuwenhoek seorang ilmuan yg menemukan Mikroskop, penemu bakteri dan parasit, penemu spermatozoa. Penemuan bakteri telah membuka tabir suatu penyakit yg berguna utk analisis epidemiologi selanjutnya. Bernardino Ramazzini (1633-1714) Ia diberitahu oleh pekerja bahwa jika seseorang terus bekerja pada lingkungan itu maka akan menjadi buta. Ramazzini memeriksa mata para pekerja setelah mereka bekerja, hasilnya terjadi kemerah-merahan pd mata dan remang-remang. Akhirnya dia mulai menulis buku ttg pengaruh area pekerjaan thd kesehatan pekerja dan menyajikan dgn direlasikan dgn implikasi epidemiologi. Buku itu berjudul ‘The Disease of Workers” dan telah diselesaikan pada tahun 1690 tetapi tidak di publis hingga 1703. Ramazzini juga disebut sebagai bapak atau penemu dari kesehatan pekerja.
Dr. Edward Jenner (1749-1823) Dr. Jenner melakukan penelitian pd laki-laki dan gadis pemerah susu menderita cacar sapi dan tdk terkena penyakit cacar. Dr. Jenner membuat hubungan zoonotik dan epidemiologis antara smallpox dan cowpox dan ingin melazimkan penggunaan proses inokulasi. Menurut pengamatan Jenner, jika seseorang menderita cowpox, ia tidak akan terkena smallpox bila terpajan. Cowpox ternyata memberikan perlindungan terhadap smallppox. Dr. Jenner menemukan vaksinasi untuk smallpox berdasarkan pengetahuan ini. Vaksin ini digunakan untuk melindungi manusia terhadap smallpox.
PERCIVAL POTT 1775 Beliau m enyatakan bahwa para pekerja pembersih cerobong asap di Inggris menderita penyakit kanker skrotum. Beliau menekankan bahwa adanya jelaga dan kurangnya higiene di cerobong asap Percival Pott menjadi Occupational epidemiologist pertama dalam sejarah Beliau berhasil mempublikasikan Chimney-sweeps Act pada tahun 1788.
Dr. Semmelweis (1840-1848) Menurut pengamatannya, pemeriksaan pasien berkaitan dgn awitan penyakit. Melalui observasi klinis, studi retrospektif, pengumpulan dan analisis data tehadap kematian ibu dan bayi, serta eksperimen yg terkendali secara klinis, ia mampu memastikan bahwa penyebaran demam nifas tjd akibat kuman yg ditularkan dari pasien satu ke pasien lain oleh dokter saat melakukan pemeriksaan pelvik. Dr. Semmelweis berpendapat bahwa perjalanan penyakit demam nifas tdk sesuai dgn parameter klasik utk bisa disebut sebagai epidemi. Berdasarkan investigasi epidemiologinya, Dr. Semmelweis mampu mengembangkan metode kontrol dan memperlambat angka kematian akibat demam nifas dalam populasi tertentu.
Pierre Louis (1787-1872) memperkenalkan metode numeric dalam bidang kedokteran dan menghasilkan statistic. William Farr (1807-1883) memperkenalkan sistem nasional dan mencatat penyebab kematian. Setelah mekanisme itu berjalan, maka mekanisme tsb dapat menyajikan data yg sangat banyak dan mulailah Farr menganalisis data tersebut, membuat teknik tabel dan prosedur utk standarisasi. Farr jg berperan dlm membangun sebuah klasifikasi penyakit utk keperluan statistik nasional maupun internasional.
Fitra John Snow (1813-1858) Snow yg paling terkenal sbg pelopor dibidang epidemiologi. Di bagian akhir karirnya, Snow menyelenggarakan dua investigasi penting tentang kolera. Bagian karir epidemiologi Snow mempelajari perjangkitan kolera di SoHo district London di Broad Street Area. Akhir karirnya pd epidemiologi, Snow mempelajari epidemic, dimana dia membandingkan angka rata-rata kematian dari kolera dgn sumber air dari perusahaan air yg berbeda di London yaitu Lambeth Water Company dan the Southwark and Vauxhal Water Company. Snow menyadari bahwa faktor umum di antara korban adalah penggunaan komunal tertentu pompa air. Snow langsung menanganinya dan akhirnya wabah kolera pun mereda.
12. Louis Pasteur (1822-1895) Seorang ahli kimia dr Perancis yg tidak berprofesi sbg dokter, telah diterima di akademi kedokteran Perancis utk pekerjaanya dibidang mikrobiologi. Pasteur membedakan dirinya sbg seorang ilmuwan dan orang yg berkontribusi pd dunia kesehatan dan kesehatan masyarakat. Pasteur telah mengidentifikasi penyebab penyakit rabies dan penyakit perusak lainnya. Dengan kemampuan yang luar biasa dalam bidang mikrobiologi dia tertantang utk menaklukan anthrax.
13. Dr. Christian Eijkman (1858-1930) Seorang dokter dr angkatan bersenjata, ke wilayah Hindia Timur utk menginvestigasi penyebab beriberi. Eijkman dan G. Grijns (1865-1947), seorang ahli fisiologi menduga bahwa beriberi tjd akibat kekurangan beberapa zat esensial. Di tahun 1905, Pekelharing melakukan serangkaian eksperimen berdasarkan observasi Eijkman. Penelitiannya lebih mendalam dan ia sampai pd beberapa kesimpulan. Pada tahun 1906, Frederick Gowland Hopkins (1861-1947) melakukan penelitian yg sama dgn lebih berfokus pd patologi rakitis dan skorbut. Hopkins menduga bahwa ada faktor gizi lain selain faktor yg telah diketahui seperti protein, karbohidrat, lemak, dan mineral.
Robert Koch sebelumnya pd tahun 1876, setelah anthrax berhasil ditunjukkan bentuk batang dr bakteri dan mendemonstrasikan daur hidup dr bakteri. Pasteur dan Koch berhasil menghubungkan tujuan mikroba dgn penyakit dan membawa pengakuan utk kota mereka. Joseph Goldberger pada tahun 1914 menemukan pellagra yg tdk disebabkan penularan, melainkan kekurangan gizi dan dapat dicegah dengan meningkatkan diet produk hewani dan protein kacang- kacangan. Hasil uji klinis Goldberger diterbitkan dan menjadi awal mula perkembangan epidemiologi nutrisi.
Ina Doll dan Hill (1947) Mereka adalah peneliti pertama yg mendesain penelitian yg melahirkan bukti adanya hubungan antara rokok dan kanker paru. Keduanya adalah pelopor penelitian di bidang epidemiologi klinik. Frances dkk (1950) sangat banyak bentuk pemeriksaan lapangan dari vaksin Poliomyelitis di sekolah-sekolah anak. Dawber dkk (1955) menggunakan desain kohort utk mempelajari faktor risiko dari penyakit kardiovaskuler di Framingham Heart Study.
Emile Durkheim dan Alfred Yankauer (Epidemiologi Sosial) Emile Durkheim merampungkan studinya yg terperinci mengenai bunuh diri dihubungkan dgn psikopatologis, ras, hereditas, iklim, musim, perilaku, faktor-faktor egoistik, alturism, anomie, dan fenomena sosial lainnya. Hasil penelitiannya dibukukan dgn judul “Suicide: A Study In Sociology” yg merupakan contoh awal epidemiologi sosial. Namun nama epidemiologi sosial pertama kali dikemukakan oleh Alfred Yankauer pada pertengahan abad ke-20. Epidemiologi sosial pertama kali muncul dalam artikel Alfred yankauer yang diterbitkan dalam American socological riview tahun 1950 “The Relationship Of Fetal And Infant Mortality To Residential Segregation: An Inquiry Into Social Epidemiology”
Sacket, Haynes, Guyatt, Tugwell (1991) Pada tahun 1991, Sacket, Haynes, Guyatt, Tugwell menjadi penggagas epidemiologi klinik dan evidence-based medicine working group (1992) dari Kanada dan Amerika Serikat. Mereka memperkenalkan konsep EBM (evidence-based medicine). EBM menyediakan metode-metode untuk memilah-milah informasi yang bernilai tinggi untuk mengoptimalkan intervensi yang diberikan klinisi kepada pasien.
TAHAPAN SEJARAH PERKEMBANGAN EPIDEMIOLOGI 1. Tahap Pengamatan Epidemiologi dimulai sejak 4000 tahun SM, tepatnya pd zaman Mesir Kuno. Pada saat itu, masyarakat Mesir sudah mengenal ttg penyakit, isolasi, karantina dan desinfeksi. Cara awal utk mengetahui frekuensi dan distribusi suatu masalah kesehatan serta faktor-faktor yg mempengaruhinya, dilakukan dgn pengamatan (observasi). Dari hasil pengamatan tsb Hippocrates berhasil menyimpulkan adanya hubungan antara timbul atau tidaknya penyakit dgn lingkungan. Pendapat ini dituliskan dalam bukunya yg terkenal yaitu On Airs, Waters and Places. Sekalipun Hippocrates tidak berhasil membuktikan pendapatnya karena pengetahuan utk itu belum berkembang, tetapi apa yg dikemukakan Hippocrates dipandang sebagai landasan perkembangan selanjutnya dari epidemiologi. Tahap perkembangan awal epidemiologi yang seperti ini dikenal dengan nama “Tahap Penyakit dan Lingkungan”. Khairina
2. Tahap Perhitungan Pada tahap ini upaya utk mengukur frekuensi dan distribusisuatu masalah kesehatan, dilakukan dengan bantuan ilmu hitung. Ilmu hitung termasuk dalam epidemiologi berkat jasa John Graunt dlm melakukan pencatatan dan perhitungan thd angka kematian yg terjadi di kota London. John Graunt tidak melanjutkan penelitiannya dalam epidemiologi, tetapi beralih kpd peristiwa-peristiwa kehidupan. John Graunt lebih dikenal dengan sebutan Bapak Statistik Kehidupan. Tahap kedua perkembangan epidemiologi yang seperti ini dikenal dengan nama “Tahap Menghitung dan Mengukur”.
3. Tahap Pengkajian Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh William Farr yg melakukan pengkajian data. Dari pengkajian ini dibuktikan adanya hubungan statistik antara peristiwa kehidupan dgn keadaan kesehatan masyarakat, seperti: adanya hubungan status pendidikan dengan tingkat sosial ekonomi penduduk. Cara kerja yg sama juga dilakukan secara terpisah oleh John Snow yg menemukan adanya hubungan antara timbulnya penyakit kolera dgn sumber air minum penduduk. John Snow menganalisa pada dua perusahaan air minum di London yakni Lambeth Company dan Southwark & Vauxhall Company. Pekerjaan yg dilakukan oleh William Farr dan John Snow ini hanya melakukan pengkajian data yg telah ada, dalam arti yg terjadi secara alamiah, bukan dari data hasil percobaan. Karena pengkajian data alamiah inilah, maka tahap perkembangan epidemiologi pada waktu itu dikenal dengan nama “Tahap Eksperimental Alamiah”.
4. Tahap Uji Coba Cara kerja uji coba tidak sekedar mengkaji data alamiah saja, tetapi mengkaji data yg diperoleh dari suatu uji coba yg dengan sengaja dilakukan. Uji coba ini telah lama dikenal dikalangan kedokteran, misalnya Lind yg melakukan pengobatan kekurangan Vitamin C dgn pemberian jeruk. Selain itu, Jenner jg melakukan uji coba vaksin cacar pd manusia. Penyakit itu disebabkan oleh sesuatu yg infeksius maupun non infeksius. Tahap perkembangan epidemiologi ini lebih dikenal dgn nama Tahap eksperimen atau tahap studi intervensi.
REFERENSI Epidemiologi Suatu Pengantar. Oleh Thomas Timmreck Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Bustan MN. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta. Indan Entjang. 1979. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Penerbit Alumni Azrul Azwar. 1999. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Binarupa Aksara. Bhisma Murti. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Buku Prinsip dan Metode, Riset Epidemiologi oleh Bhisma Murti terbitan UGM. Bahan Ajar Dasar Epidemiologi Universitas Indonesia, oleh Syahrizal Syarif. http://epidemiologist.wordpress.com/epidemiologist/ (Sabtu, 14 September 2013. 15.11) http://mahfudalqudsybersholawat.blogspot.com/2013/01/sejarah-dan-perkembangan-konsep.html (Kamis, 12 September 2013. 9.58) http://epidemiolog.wordpress.com/2008/11/05/sejarah-epidemiologi-2/ (Kamis, 12 September 2013. 10.00) http://armaididarmawan.blogspot.com/2010/08/pengantar-epidemiologi.html (Sabtu, 14 September 2013. 15.24) http://www.klikharry.com/2012/04/08/sejarah-epidemiologi/ (Sabtu, 14 September 2013. 15.45)
TERIMA KASIH