PERMASALAHAN TATA RUANG DAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Tugas Matakuliah Perencanaan Tata Ruang dan Lingkungan Oleh : Zumrodi NPM. : 250120150017 Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Universitas Padjadjaran Bandung
Kabupaten lima puluh kota Lembah Harau Luas : 3.354,30 Km2 Penduduk : 331.647 jiwa “Aianyo janiah, ikannyo jinak, sayoknyo landai, buayo gadang maunian” Kelok Sembilan
Pola pemanfaatan ruang dan lahan Pemanfaatan lahan di Kabupaten lima puluh kota didominasi hutan dan lahan pertanian Peruntukan Luas (Ha) Persentase (%) Non Pertanian Sawah Lahan Kering Perkebunan Hutan Lainnya 8.256 22.286 36.648 38.250 202.738 27.525 2,46 6,64 11,40 10,93 60,39 8,21 Total 335.430 100
Kebijakan pembangunan Kebijakan pembangun membagi Kabupaten Lima Puluh Kota kedalam 4 WP dengan pengembangan kota pusat layanan, kota penghubung, dan kota pusat pemukiman. Pemanfaatan potensi sumber daya alam secara terarah dan terkendali untuk memacu peningkatan pendapatan masyarakat dan pendapatan asli daerah untuk memperkuat keuangan dan pembangunan daerah sebagai poin penting (PAD 52,83 M, APBD 1.004,22 M/2014 sekitar 5,26%) Ekstraksi sumber daya alam cenderung mempengaruhi kualitas lingkungan, diperlukan kajian dampak secara menyeluruh dan pengembangan alternatif
Pengelolaan kawasan hutan Sekitar 60% wilayah (202.738 ha) merupakan kawasan hutan dengan pengelolaan dibawah KPHL Berperan penting sebagai daerah tangkapan air bagi dua DAS Prioritas Nasional (DAS Kampar dan DAS Indragiri Akuaman) dan menjadi sumber air kawasan andalan PLTA Koto Panjang Degradasi lahan hutan terus terjadi dengan hanya menyisakan 6.174 Ha hutan primer (3,05%) Lahan kritis sangat besar (6.476,90 ha sangat kritis, 130.690,10 ha kritis) Kegiatan reboisasi dan penghijauan belum maksimal (325 Ha pada 2013)
Pembangunan sektor pertanian Lima Puluh Kota merupakan produsen gambir terbesar di Indonesia, sebagian besar diekspor ke India dalam bentuk bahan baku (8.722 ton dari 13.960 ha lahan) Produk unggulan pertanian antara lain peternakan unggas (ayam ras petelur dan ayam ras pedaging) dengan populasi lebih dari 4 juta ekor. Produk lainnya adalah kakao, pinang, karet, sawit, beras Terdapat pusat penggemukan sapi (feedlot) sistem ranch terbesar di Indonesia (dikenal sebagai New Zealand –nya Indonesia) Pengembangan sektor pertanian memacu perubahan tata guna lahan
Pengelolaan sumber daya air Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki 14 sungai besar diantara Batang Mahat (75 km), Batang Mongan (72 km), Batang Kapur (40 km) dan Batang Paiti (31 km) dan Waduk Koto Panjang (124 km2) pada DAS Kampar Alih fungsi hutan & lahan menyebabkan fungsi alamiah sungai terganggu ditandai fluktuasi debit yang besar (Batang Mahat Qmax =508; Qmin=15) Fluktuasi debit menyebabkan produksi listrik PLTA Koto Panjang tidak maksimal (hanya 60 Mw dari kapasitas normal 114 Mw), fungsi sebagai kawasan andalan terganggu Kualitas air secara umum masih sesuai baku mutu
Pengelolaan sampah Pengelolaan sampah masih secara tradisional (kumpul-angkut-buang) dengan sebagian besar penduduk masih membakar dan membuang sampah kesungai Rentan menimbulkan permasalahan lingkungan, menggangu estetika dan kontraproduktif terhadap perkembangan sektor lain Perhatian pemerintah daerah masih sangat minim, dengan sarana prasaran, sumber daya manusia dan dana yang sangat minim (baru 5,08% KK terlayani)
kesimpulan Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan potensi, sumber daya alam, sumber daya buatan, dan sumber daya manusia harus tetap memperhatikan daya dukung, daya tampung dan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Pemanfaatan ruang melalui penyelenggaraan kebijakan pembangunan rentan menyebabkan perubahan lingkungan di Kabupaten Lima Puluh Kota, untuk itu penataan ruang wilayah harus dilakukan dengan tetap mempehatikan lingkungan sebagai satu kesatuan dinamis Titik tumpu pembangunan pada ekstraksi SDA menimbulkan tekanan lahan yang sangat besar, diperlukan alternatif lain pendorong perekonomian selain ekstraksi sumber daya, misalnya peningkatan nilai tambah produk pertanian melalui industri pengolahan hasil pertanian (karet, kakao, gambir, pinang) maupun pengembangan sektor pariwisata.
Terima kasih ... Bandung, Desember 2015