Induksi Persalinan
Kontraindikasi Disproporsi sefalopelvik (CPD) Plasenta previa Gamelli Polihidramnion Riwayat sectio caesar klasik Malpresentasi atau kelainan letak Gawat janin Vasa previa Hidrosefalus Infeksi herpes genital aktif
Cara Mekanis Kateter Transservikal (Kateter Foley) Dilator Servikal Higroskopik (Batang Laminaria) Stripping membrane Induksi Amniotomi Stimulasi putting susu Hubungan seksual Minyak Castor
Kateter Transservikal (Kateter Foley) Pasang speculum pada vagina Masukkan kateter foley pelan-pelan melalui servik dengan menggunakan cunam tampon. Pastikan ujung kateter telah melewati ostium uteri internum Gelembungkan balon kateter dengan memasukkan 10 ml air Gulung sisa kateter dan letakkan dalam vagina Diamkan kateter dalam vagina sampai timbul kontraksi uterus atau maksimal 12 jam Kempiskan balon kateter sebelum mengeluarkannya dan kemudian lanjutkan dengan infuse oksitosin Tindakan ini tidak boleh digunakan pada ibu yang mengalami servisitis, vaginitis, pecah ketuban, dan terdapat riwayat perdarahan
Dilator Servikal Higroskopik (Batang Laminaria) Teknik yang dilakukan yakni dengan batang laminaria dan pada keadaan dimana serviks masih belum membuka Pemasangan laminaria dalam kanalis servikalis dan dibiarkan selama 12-18 jam, kemudian jika perlu dilanjutkan dengan infus oksitosin
Stripping Membrane Teknik memisahkan atau melepaskan selaput kantong ketuban dari segmen bawah uterus Stripping dapat dilakukan dengan cara manual yakni dengan jari tengah atau telunjuk dimasukkan dalam kanalis servikalis
Induksi Amniotomi Pemecahan ketuban buatan memicu pelepasan prostaglandin Amniotomi dapat dilakukan sejak awal sebagai tindakan induksi, dengan atau tanpa oksitosin
Stimulasi Puting Susu Untuk stimulasi payudara gunakan pedoman CST dan pantau DJJ dengan auskultasi atau pemantauan janin dengan cardiotografi. Observasi adanya hiperstimulasi pada uterus
Hubungan Seksual Hanya dilakukan apabila ketuban dalam keadaan utuh. Orgasme pada wanita akan menyebabkan kontraksi uterus. Semen atau sperma mengandung prostaglandin, sehingga dapat pula merangsang kontraksI
Minyak Castor Digunakan pada serviks yang telah matang, efektif pada multigravida. Dosisnya 1-2 ons minyak Castor diminum dengan mencapur atau diikuti dengan jus jeruk atau minuman lain sesuai pilihan ibu. Namun setelah menggunakan cara ini, ibu dianjurkan untuk banyak minum
Cara Farmakologi Prostaglandin E2 (PGE2) Protaglandin E1 (PGE1) Donor Nitrit Oksida Induksi Oksitosin Intravena
Prostaglandin E2 (PGE2) Bentuk gelnya (prepidil) tersedia dalam suntikan 2,5 ml untuk pemberian intraserviks berisi 0,5 mg dinoprostone. Ibu dalam posisi terlentang, ujung suntikan yang belum diisi diletakkan di dalam serviks, dan gel dimasukkan tepat di bawah os serviks interna. Setelah pemberian, ibu tetap berbaring selama setidaknya 30 menit. Dosis dapat diulang setiap 6 jam, dengan maksimum tiga dosis yang direkomendasikan dalam 24 jam.
Prostaglandin E1 (PGE1) Misoprostol oral maupun vagina dapat digunakan untuk pematangan serviks atau induksi persalinan. Dosis yang digunakan 25 – 50 μg dan ditempatkan di dalam forniks posterior vagina. 100 μg misoprostol per oral atau 25 μg misoprostol per vagina memiliki manfaat yang serupa dengan oksitosin intravena untuk induksi persalinan pada perempuan saat atau mendekati cukup bulan, baik dengan rupture membrane kurang bulan maupun serviks yang baik
Donor Nitrit Oksida Sejauh ini uji klinis belum menunjukkan bahwa donor NO sama efektifnya dengan prostaglandin E2 dalam menghasilkan pematangan serviks, dan penambahan isosorbide mononitrate pada dinoprostone atau misoprostol tidak meningkatkan pematangan serviks pada awal kehamilan atau saat cukup bulan dan tidak mempersingkat waktu pelahiran pervaginam
Oksitosin Intravena