FT CARDIPULMONAR JENNIFER DHEA FISIOTERAPI 2014.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Presentasi Bab 4 Mata Kuliah Ergonomi
Advertisements

Senam Hamil; Langkah bijak mempersiapkan persalinan
STRETCHING LENNY.
RENANG GAYA BEBAS (CRAWL)
Jempolku Cedera Gara-Gara Gadget
Penderita Asam Urat Lebih Banyak Lelaki
Kelompok 4 Febri Prihatnanto Dian Karimawati Windasari K
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI SHOULDER COMPLEX
William Fleksion Exercise
ANGINA PECTORIS.
PALPASI Anatomi Terapan.
LUKA BAKAR.
FISIOTERAPI DALAM PASCA BEDAH ORTHOPEDI
PENATALAKSANAAN PASIEN DENGAN GIPS
MASTITIS OLEH : VITA NOVIA.
LATIHAN FISIK PADA LANSIA
Selamat Siang...
SENAM NIFAS Dwi Astuti,M.Kes.
PENCEGAHAN DAN PENGELOLAAN DEKUBITUS PADA PASIEN PALLIATIF
Oleh : Sarti Rahayu P Program Studi Diploma III Fisioterapi
Irma Nur Amalia, S.kep.,Ners., M.Kep
PROSEDUR PEMERIKSAAN PENYAKIT
Rematik (Arthritis).
Oleh: Nur Sita Utami, M.Or.
SUCI FITRIA III B.
Cidera Olahraga Pada Regio Lutut
ANAMNESA,PEMERIKSAN FISIK,ANAMNESA DAN ASUHAN PADA BAYI BARU LAHIR
William Fleksion Exercise
Praktek profesi GERONTIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
Ayu apriany putri Kanker payudara.
PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASCA STROKE
GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
Kelompok 4 Ilmu Kesehatan Anak 1. Nabila Berlianzi 2. Nadia Opriana 3. Novita Sari 4. Nurul Amalia 5. Poppy Dinata.
William Fleksion Exercise
PROSEDUR PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI
Peran Farmasis dalam Penatalaksanaan Osteoatritis dan aplikasinya
PENATALAKSANAAN PASIEN DENGAN GIPS
5.
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Dalam Masa Persalinan
PEMERIKSAAN PENUNJANG AREA BEDAH Tintin Sukartini, SKp, M.Kes, Dr. Kep.
Bagus Rulianto Vicky Febrian
Sindrom Guillain–Barré
Konsep dasar asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan
PENANGANAN FISIOTERAPI PADA PENDERITA GANGGUAN HERNIA DISKUS
KONSEP DASAR FISIOTERAPI OLAHRAGA
Vulnus Laceratum & Vulnus Exoriasi
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PENDERITA LUKA BAKAR
SIKAP TUBUH YANG ERGONOMI DALAM BEKERJA DAN DAMPAKNYA
TRAUMA 2.
BIOMEKANIKA.
Disusun oleh : Savira syifa M. Frizasqy Nabila Bestari
Assalamualaikum Kelompok 7 Ika Apriani Riza Sativa
TRAUMA KEPALA.
Carpal Tunnel Syndrome
OLEH : WITRI HASTUTI, S.Kep, Ns STIKES KARYA HUSADA SEMARANG 2008
MANAJEMEN NYERI TEKNIK MASSAGE
TEHNIK MENGATUR DAN MEMINDAHKAN PASIEN
PENILAIAN PENDERITA.
PENANGANAN CEDERA PADA ATLET DENGAN HYDROTHERAPY
ANATOMI Tubuh kita terdiri dari: 206 tulang 230 sendi
KELOMPOK 4 : NADILA RIANA PUTRI .S K PUTRI YANTI K TRIA HARYUNI .D K
Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan regio siku (elbow) Pasien berdiri pada posisi anatomis. Area yang dipaparkan adalah kedua anggota gerak atas dari regio.
Penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan tulang rawan sendi.
BIOMEKANIKA OLAHRAGA.
CEDERA SISTEM OTOT RANGKA
Komputer dan Kesehatan
LUKA BAKAR. Penyebab : -Termal ( suhu > 60 C ) -Kimia ( asam / basa kuat ) -Listrik -Radiasi.
LUKA BAKAR ( COMBUSTIO )
BY : FITRIA OKTARINA.  suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas (kosier,1989).  kemampuan seseorang untuk berjalan bangkit berdiri.
Pemeriksaan tonus-kekuatan otot Sumber:Buku Pemeriksaan Klinis Neurologi Praktis Umum halaman
Transcript presentasi:

FT CARDIPULMONAR JENNIFER DHEA FISIOTERAPI 2014

Pengertian Tendinitis Supraspinatus adalah peradangan pada tendon supraspinatus akibat gesekan tendon terhadap tulang bahu secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama.

Etiologi Pada umumnya disebabkan oleh trauma, tapi bisa juga disebabkan oleh gerakan-gerakan overhead (berenang, melukis, tennis) dan overuse.

Anatomi Tendinitis merupakan peradangan (kemerah-merahan, luka, bengkak) pada tendon. Tendon m.supraspinatus melekat pada tuberculum mayus humeri .Tendinitis pada bahu, rotator cuff dan tendon biceps bisa terjadi radang biasanya sebagai akibat dari terjepitnya struktur-struktur yang ada di sekitarnya. Kemudian terjadi perubahan struktur sendi dan terjadilah penyempitan pembuluh darah yang akan menyebabkan gangguan sirkulasi, dan dalam jangka waktu yang lama akan terjadi kerusakan tendon supraspinatus yang lama kelamaan menjadi tendinitis supraspinatus.  

Patofisiologi Gerakan-gerakan overhead (berenang, melukis, tennis) atau gerakan abduksi shoulder yang statik dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kontraksi otot tidak maksimal sehingga otot mengalami kekurangan oksigen dan sirkulasi darah tidak berjalan dengan baik pada sendi bahu tersebut dan terjadi critical zone, dimana terjadi perubahan struktur sendi dan terjadilah penyempitan pembuluh darah yang akan menyebabkan gangguan sirkulasi, dan dalam jangka waktu yang lama akan terjadi kerusakan tendon supraspinatus, dimana akan menimbulkan penumpukan calsium didalam bursa, dan bila hal ini berlanjut lagi maka terjadilah tendinitis supraspinatus.  

Klasifikasi Keluhan Stadium 1 : Keluhan nyeri sesudah aktifitas saja. Stadium 2 : nyeri saat hampir selesai kerja/sport dan sesudahnya. Stadium 3 : nyeri saat & sesudah kerja/sport, tetapi masih dpt melakukan dengan baik. Stadium 4 : nyeri saat dan sesudah kerja/sport dengan prestasi turun. Stadium 5 : idem, juga saat istirahat. Temuan assesment Terjadinya painful arc : Stadium 1 : Abduksi isometris nyeri saat beban diturunkan. Stadium 2 d 3 : Abduksi isometris nyeri dan terjadi painful arc. Stadium 4 : Abduksi isometris nyeri dan terjadi painful arc dan elevasi maksimal nyeri.

Tanda dan Gejala Adanya nyeri tekan pada tendon supraspinatus yang berinsertio pada tuberculum mayus. Adanya nyeri gerak, keluhan nyeri timbul bila lengan diabduksikan aktif dari 60 -75 derajat (painful arc), rasa nyeri dirasakan di seluruh daerah bahu dan dapat mengganggu tidur.

Teknik Pemeriksaan Inspeksi Inspeksi sudah bisa dimulai dari saat pasien masuk. Selanjutnya pasien diperiksa dalam berbagai posisi : posisi kepala, simetri kontur tubuh, posisi tulang belakang, berubahnya warna kulit, atrofi otot, pembengkakan yang abnormal.. Juga posisi bahu dominant yang agak lebih rendah merupakan gejala yang normal, yang terutama pada olahragawan sering ditemukan. Tes Khusus Tes khusus yang dapat dilakukan pada kondisi tendinitis supraspinatus antara lain : 1). Tes Supraspinatus (supraspinatus challenge test) Lengan penderita diposisikan abduksi 90° dengan rotasi netral dan terapis memberikan tahanan untuk gerakan abduksi kemudian lengan diposisikan medial rotasi dan menyudut ke depan 30° sehingga ibu jari menghadap ke lantai. Pemeriksa memberi tahanan lagi sambil mencari gambaran yang muncul, bila gambaran yang muncul adalah rasa nyeri atau kelemahan kontraksi menunjukkan adanya kelainan pada otot supraspinatus.

Teknik Pemeriksaan 2). Tes lengan jatuh (mosley) Penderita mengabduksikan secara penuh lengannya dalam posisi lurus kemudian penderita disuruh untuk menurunkan lengannya secara perlahan-lahan. Bila pada posisi abduksi 90° penderita tiba-tiba menjatuhkan lengannya, berarti penderita tidak dapat mempertahankan penurunan lengan secara bertahap karena merasakan nyeri di persendian bahu bagian atas akibat gangguan pada musculus supraspinatus. 3). Tes Appley Penderita disuruh menggaruk-garuk di daerah sekitar angulus medialis scapula dengan tangan sisi contralateral melewati belakang kepala. Dalam pola gerakan itu otot-otot abductor, rotator external dari bahu bekerja. Pada tendinitis supraspinatus tes appley tidak dapat dilaksanakan oleh penderita karena adanya nyeri di sekitar persendian bahu.

Penatalaksanaan 1. Penggunaan Ultrasound Dengan Metode Kontak Langsung 2. Terapi Latihan a. Latihan Pasif Latihan pasif merupakan suatu gerakan yang dilakukan oleh bantuan dari luar tanpa adanya kontraksi otot dari dalam. Luas gerak sendi pada latihan pasif ini disesuaikan dengan toleransi penderita sampai batas nyeri yang tertahan oleh penderita. Arah gerakan kesemua arah gerak sendi bahu dan terutama pada arah gerak yang terhambat, dan rasa nyeri yang timbul perlu diperhatikan terutama untuk gerakan abduksi dan internal rotasi. Karena pada arah tersebut kemungkinan terjadi penekanan, pada bursa, tendon diantara caput humeri dan ligament coracoacromialis. Gerakan kuat, kejut dan cepat merupakan kontra indikasi, karena dapat merusak kapsul. b. Latihan Aktif Assisted Latihan aktif merupakan gerakan yang dilakukan secara sadar dan terjadi kontraksi otot dari dalam tanpa melawan tenaga dari luar (gaya gravitasi). Latihan ini biasanya lebih menguntungkan karena adanya kontraksi secara sadar yang berarti penderita dapat ikut mengontrol gerakan yang terjadi sampai batas toleransinya sehingga penderita merasa lebih aman dan kemungkinan timbulnya ketegangan otot karena takut dapat dieliminir dan gerakan lebih mudah dilakukan. Arah gerakan dan luas jarak sendi sama dengan pada saat latihan pasif.

Penatalaksanaan c. Latihan Isometrik Merupakan latihan dimana penderita melakukan suatu gerakan, terapis memberikan tahanan yang berlawan arah dan gerakan yang dilakukan penderita tanpa adanya pergerakan pada sendi. Diberikan pada otot sekitar sendi bahu yang terkena terutama otot-otot yang bila dikontraksikan tidak menimbulkan nyeri. Intensitas kontraksi disesuaikan dengan toleransi penderita. Latihan dapat dikerjakan kira-kira 3 – 5 menit tiap jam disesuaikan keadaan penderita.

SEKIAN DAN TERIMAKASIH