Pertemuan ke 2
BAB II PENYAJIAN DATA 2.1. Bentuk tabel / daftar yang standar 2.2. Macam-macam tabel 2.3. Macam-macam diagram / grafik
Pertemuan ke 2: Bab 2 – Penyajian Data 2.1. Bentuk tabel / daftar yang standar 2.2. Macam-macam tabel 2.3. Macam-macam diagram / grafik
Bentuk Tabel Yang Standar Tabel merupakan kumpulan angka- angka yang disusun sedemikian rupa menurut klasifikasi (penggolongan datanya). Macam-macam tabel : 1. Tabel baris dan kolom 2. Tabel kontigensi 3. Tabel distribusi frekuensi
Skema garis besar untuk sebuah tabel / grafik dengan nama-nama bagiannya adalah seperti di bawah ini : Judul Tabel/Daftar Judul Baris sel Judul Kolom Badan Daftar Catatan
Contoh : Pembentukan modal guna investasi pada pembiayaan pembangunan dewasa ini memegang peranan penting. Untuk itu, ahli-ahli ekonomi telah memperkirakan besarnya pembentukan modal Indonesia untuk tahun 1999 sampai dengan 2003. Keebutuhan pembentukan modal tersebut terbagi menjadi pembiayaan yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Pembiayaan dalam negeri terdiri dari tabungan pemerintah dan tabungan masyarakat. Besarnya tabungan pemerintah untuk tahun 1999 sampai dengan 2003 : 1.956; 2.282; 2.663; 3.102 dan 3.618 triliun rupiah. Besarnay tabungan masyarakat, berturut-turut : 2.934; 3.423; 3.995; 4.654; dan 5.428 triliun rupiah. Sedangkan pemasukan dana luar negeri adalah : 1.151; 1.343; 1.559; 1.825; dan 2.127 triliun rupiah.
PERKIRAAN BESARNYA KEBUTUHAN Dana Bagi Pembentukan Modal Di Indonesia Untuk tahun 1999-2003 ( Dalam Triliun Rupiah) Tahun Sumber Dana Jumlah Dalam Negeri Luar Negeri Tabungan Pemerintah Tabungan Masyarakat 1999 1956 2934 1151 6041 2000 2282 3423 1343 7048 2001 2663 3995 1559 8217 2002 3102 4654 1825 9581 2003 3618 5428 2127 11173
Contoh lainya: BANYAKNYA MURID SEKOLAH DI DAERAH A MENURUT TINGKAT SEKOLAH DAN JENIS KELAMIN TAHUN 1970 Jenis Kelamin SD SLTP SLTA JUMLAH Laki-laki 4.758 2.795 1.459 9.012 Perempuan 4.032 2.116 1.256 7.404 Jumlah 8.790 4.911 2.715 16.416
Grafik Merupakan gambar-gambar yang menunjukan secara visual data berupa angka, yang biasanya berasal dari tabel yang dibuat
Macam-Macam Grafik / Diagram Diagram Batang Diagram Garis Diagram Lambang / simbol Diagram Lingkaran Diagram Peta / Kartogram Diagram Pencar / Titik
Diagram Batang Data yang variabelnya berbentuk kategori atau atribut sangat tepat disajikan dalam diagram batnag. Untuk menggambarkan diagram batang diperlukan sumbu datar dan sumbu tegak yang berpotongan tegak lurus. Sumbu datar dibagi menjadi beberapa skala bagian yang sama, demikian pula sumbu tegaknya. Skala pada sumbu tegak dan sumbu datar dipakai untuk perlu sama. Kalau diagram dibuat tegak, maka sumbu datar dipakai untuk menyatakan atribut atau waktu, dan nilai data digambar pada sumbu tegak.
Contoh : Data berasal dari tabel berikut ini akan dibuat diagram batangnya BANYAK MURID SEKOLAH DI DAERAH A MENURUT TINGKAT SEKOLAH DAN J ENIS KELAMIN Tahun 2003 TINGKAT SEKOLAH BANYAK MURID JUMLAH LAKI-LAKI PEREMPUAN SD 875 687 1562 SMP 512 507 1019 ST 347 85 432 SMA 476 342 818 SMEA 316 427 743 2.526 2048 4574
TINGKAT SEKOLAH
Diagram Garis Untuk menggambarkan keadaan yang serba terus atau berkesinambungan, misalnya produksi minyak tiap tahun, jumlah penduduk tiap tahun, keadaan temperatur badan tiap jam, sebaiknya digunakan diagram garis. Sumbu datar menyatakan waktu, dan sumbu tegak menyatakan nilai data
Contoh : Data dalam tabel di bawah akan dibuat grafik garisnya PENGGUNAAN BARANG DI JAWATAN B (Dalam satuan) 1992-2000 Tahun Barang Yang Digunakan 1991 376 1992 524 1993 412 1994 310 1995 268 1996 476 1997 316 1998 556 1999 585 2000 434
CONTOH DIAGRAM GARIS
Diagram Pencar Untuk kumpulan data yang terdiri atas dua variabel dengan nilai kuantitatif, diagramnya dapat dibuat dalam sistem sumbu koordinat dan gambarnya akan merupakan kumpulan titik-titik yang terpencar.
Membuat Daftar Distribusi Frekuensi Untuk Membuat daftar distribusi frekuensi dengan panjang kelas yang sama dilakukan sebagai berikut : Tentukan rentang, data terbesar dikurangi data terkecil b. Tentukan banyak kelas interval yang diperlukan. Aturan yang biasa digunakan adalah aturan Sturges, yaitu : Banyak kelas = 1 + (3,3)log n (n= Banyaknya data) Tentukan panjang kelas interval p. Ini dengan aturan, P = rentang / banyak kelas d. Pilih Ujung bawah kelas interval pertama. Biasanya yang diambil adalah data terkecil
Contoh : Hasil nilai ujian statistika untuk 80 orang 79 49 48 74 84 98 87 80 90 70 91 93 82 78 71 92 38 56 81 73 68 72 85 51 65 83 86 35 43 88 76 67 75 61 97 99 95 59 77 63 60 89 66
Langkah Kerja : Rentang = data terbesar – data terkecil = 99-35=64 Banyak kelas = 1 + (3,3)log 80 =1+(3,3)Log(1,9031)=7,2802 d. Ujung bawah kelas interval pertama, 31 e. Dengan p=10, maka kelas pertama adalah 31- 40, kelas 41-50, kelas ketiga 51-60 dan seterusnya.
Dari data tersebut bisa dibuat tabel distribusi frekuensi absolut : NILAI UJIAN STATISTIKA UNTUK 80 MAHASISWA Nilai Ujian Frekuensi 31-40 2 41-50 3 51-60 5 61-70 14 71-80 24 81-90 20 91-100 12 JUMLAH 80
NILAI UJIAN STATISTIKA UNTUK 80 MAHASISWA Jika ujung kelas bawah pertama diambil dama dengan dat terkecil, yaitu 35, maka tabel distribusi frekuensinya adalah : NILAI UJIAN STATISTIKA UNTUK 80 MAHASISWA Nilai Ujian Frekuensi 35-44 2 45-54 3 55-64 8 65-74 23 75-84 20 85-94 19 95-104 4 JUMLAH 80
BANYAK SISWA DI DAERAH A MENURUT UMUR DALAM TAHUN Dua tabel di atas adalah contoh untuk kelas-kelas interval sama panjang dan tertutup. Dibawah ini adalh contoh tabel distribusi frekuensi untuk kelas terbuka. BANYAK SISWA DI DAERAH A MENURUT UMUR DALAM TAHUN Nilai Ujian Frekuensi Kurang dari 15 2.456 15 sampai 20 4.075 20 sampai 30 3.560 30 sampai 40 3.219 40 danb lebih 4.168 Jumlah 17.478
DISTRIBUSI FREKUENSI RELATIF DAN KUMULATIF Dari distribusi frekuensi absolut, akan dibuat data dalam bentuk persen. Tabel Distribusi Frekuensi Absolut jadi Distribusi Frekuensi Relatif.
DISTRIBUSI FREKUENSI RELATIF UNTUK NILAI UJIAN STATISTIKA 31-50 2.50 41-50 3.75 51-60 6.25 61-70 17.50 71-80 30.00 81-90 25.00 91-100 15.00 Jumlah 100.00
NILAI UJIAN STATISTIKA UNTUK 80 MAHASISWA (KUMULATIF KURANG DARI) Daftar distribusi frekuensi kumulatif dapat dibuat dari distribuasi frekuensi biasa, dengan jalan menjumlahkan frekuensi demi frekuensi. Ada dua macam distribusi frekuensi kumulatif, yaitu kurang dari atau lebih. NILAI UJIAN STATISTIKA UNTUK 80 MAHASISWA (KUMULATIF KURANG DARI) NILAI UJIAN F kum Kurang dari 31 Kurang dari 41 2 Kurang dari 51 5 Kurang dari 61 10 Kurang dari 71 24 Kurang dari 81 48 Kurang dari 91 68 Kurang dari 101 80
NILAI UJIAN STATISTIKA UNTUK 80 MAHASISWA (KUMULATIF KURANG DARI) Bentuk dari tabel distribusi frekuensi kumulatif dengan frekuensi relatif adalah : NILAI UJIAN STATISTIKA UNTUK 80 MAHASISWA (KUMULATIF KURANG DARI) NILAI UJIAN F KUM Kurang dari 31 Kurang dari 41 2.50 Kurang dari 51 6.25 Kurang dari 61 12.50 Kurang dari 71 30.00 Kurang dari 81 60.00 Kurang dari 91 85.00 Kurang dari 101 100.00
NILAI UJIAN STATISTIKA UNTUK 80 MAHASISWA (KUMULATIF ATAU LEBIH) F KUM 31 atau lebih 80 41 atau lebih 78 51 atau lebih 75 61 atau lebih 70 71 atau lebih 56 81 atau lebih 32 91 atau lebih 12 101 atau lebih
NILAI UJIAN STATISTIKA UNTUK 80 MAHASISWA Bentuk dari tabel distribusi frekuensi kumulatif dengan frekuensi relatif adalah : NILAI UJIAN STATISTIKA UNTUK 80 MAHASISWA (KUMULATIF ATAU LEBIH) NILAI UJIAN F KUM 31 atau lebih 100.00 41 atau lebih 97.50 51 atau lebih 93.75 61 atau lebih 87.50 71 atau lebih 70.00 81 atau lebih 40.00 91 atau lebih 15.00 101 atau lebih
HISTOGRAM DAN POLIGON FREKUENSI Untuk menyajikan data yang telah disusun dalam tabel distribusi frekuensi menjadi grafik, seperti biasa dipakai sumbu mendatar untuk mwnyatakan kelas interval, dan sumbu tegak untuk menyatakan frekuensi baik absolut maupun relatif. Yang diusulkan pada sumbu datar adalah berkas-berkas kelas interval.
Model Populasi Jika semua data dalam populasi dapat dikumpulkan lalu dibuat daftar distribusi frekuensinya dan akhirnya digambarkan kurva frekuensinya, maka kurva ini dapat menjelaskan sifat atau karakteristik populasi. Kurva ini merupakan model populasi yg akan ikut menjelaskan ciri-ciri populasi. Model populasi yg sering dikenal a. Model normal / simetris b. Model positif c. Model negatif