VIII. Penentuan Biaya Pesanan

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
METODE HARGA POKOK PESANAN
Advertisements

Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan (Job Order Costing)
Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan (Job Order Costing)
Sistem Biaya dan Akumulasi Biaya
Metode Harga pokok Proses
Klasifikasi biaya dalam metode variabel costing
Bab 5 Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses (Process Costing)
METODE HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COST METHOD)
HARGA POKOK PESANAN.
METODE HARGA POKOK PESANAN (FULL COSTING)
SISTEM AKUNTANSI HARGA POKOK PESANAN
METODE HARGA POKOK PESANAN – FULL COSTING
AKUNTANSI BIAYA IEG3A3 Program Studi Teknik Industri
METODE HARGA POKOK PESANAN ( JOB ORDER COSTING )
SISTEM PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN PESANAN
METODE HARGA POKOK PROSES
Metode harga pokok pesanan Job Order Cost Method
Harga Pokok Pesanan Lilik Sri Hariani
Menghitung tarip biaya overhead pabrik
METODE HARGA POKOK PESANAN /JOB ORDER COST METHOD.
Cost accounting materi-13 akuntansi sistem perhitungan biaya standar
BAB VI SISTEM HARGA POKOK PROSES
Ch # 6 Harga Pokok Pesanan.
PERHITUNGAN BIAYA PESANAN (JOB ORDER COSTING)
Akumulasi Biaya Bab 4.
METODE HARGA POKOK PESANAN (FULL COSTING)
COST ACCOUNTING MATERI-12 SISTEM BIAYA TAKSIRAN
Job Costing.
Cost accounting materi-14 akuntansi sistem perhitungan biaya standar
Metoda Pengumpulan Biaya Produksi
Akumulasi Biaya Bab 4.
Akumulasi Biaya Bab 4.
METODE HARGA POKOK PESANAN
Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan (Job Order Costing)
Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan
Akumulasi Biaya Bab 4.
SIKLUS AKUNTANSI BIAYA DALAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Sistem Biaya & Akumulasi Biaya
METODE HARGA POKOK PESANAN (FULL COSTING)
METODE HARGA POKOK PESANAN (FULL COSTING)
Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan
METODE HARGA POKOK PESANAN
SIKLUS AKUNTANSI BIAYA DALAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Akuntansi untuk Perusahaan Pemanufakturan
HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2016
PERTEMUAN IV HARGA POKOK PESANAN MASALAH WIP AWAL
METODE HARGA POKOK PESANAN (FULL COSTING)
NAMA: I Gst Ag Ita Permata Sari NIM: ABSEN: 12
Bab 12 sistem akuntansi biaya
METODE HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COST METHOD)
Sistem penentuan kos pesanan
METODE HARGA POKOK PESANAN
Dewi Setyowati Mega Christie Fitrianingsih Faza Maulida
Sistem biaya dan akumulasi biaya
Produk Rusak (setelah UTS)
METODE HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COST METHOD)
VII. Sistem Biaya dan Akumulasi Biaya
IX. Penentuan Biaya Proses
BIAYA BAHAN BAKU Akuntansi Biaya Surisman,SE, M.Ak.
PERTEMUAN KE 9 dan KE 10 Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan (Job Order Costing) Akuntansi Biaya I.
Pertemuan ke 11 DAN 12 Process Order Costing AKUNTANSI BIAYA I
KALKULASI HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COSTING)
METODE HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COST METHOD)
METODE HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COST METHOD)
Metode Harga Pokok Pesanan
Harga pokok pesanan.
4.2. PENENTUAN HARGA POKOK Bagaimana memperhitungkan biaya kepada suatu produk pokok atau pesanan atau jasa, yang dapat dilakukan dengan cara memasukkan.
PERHITUNGAN BIAYA PESANAN (Job Order Costing)
PERHITUNGAN BIAYA PROSES (Process Costing)
Penentuan Biaya Bahan Baku
Transcript presentasi:

VIII. Penentuan Biaya Pesanan AKUNTANSI BIAYA VIII. Penentuan Biaya Pesanan

Karakteristik Biaya Pesanan 1. Sifat produksinya terputus-putus tergantung pada pesanan yang diterima. 2. Bentuk produk tergantung pada spesifikasi pemesanan. 3. Pengumpulan biaya produksi dilakukan pada kartu biaya pesanan, yang memuat rincian untuk masing-masing pesanan. 4. Total biaya produksi dikalkulasi setelah pesanan selesai. 5. Biaya produksi per unit dihitung dengan membagi total biaya produksi dengan total unit yang dipesan. 6. Akumulasi biaya umumnya menggunakan biaya normal. 7. Produk yang sudah selesai langsung diserahkan pada pemesan.

Manfaat Penentuan Biaya Pesanan Penentuan biaya pesanan sangat penting untuk penetapan harga jual dan pengendalian biaya. Kebiasaan calon pelanggan selalu meminta estimasi terlebih dahulu, dan sering memberi pekerjaan membandingkan dengan pesaing. Akibatnya perusahaan harus dapat mengestimasi biaya secara akurat agar dapat bersaing dengan perusahaan lain dan menghasilkan laba yang optimal.

Penentuan Biaya Normal Sistem akuntansi dimana bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung dibebankan pada objek biaya berdasarkan biaya aktual, dan biaya overhead pabrik dibebankan tarif ditentukan dimuka. Tarif Ditentukan Dimuka : Suatu jumlah yang diperoleh dengan membagi total biaya overhead pabrik yang diestimasi untuk periode mendatang dengan total dasar alokasi biaya overhead pabrik yang diestimasi untuk periode mendatang. Tarif BOP = Estimasi BOP Dasar Alokasi Tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan dimuka “menormalkan” penerapan overhead pabrik ke pesanan, karena itu biaya overhead pabrik yang dihasilkan disebut biaya normal dan metode akuntansi disebut kalkulasi biaya normal.

Kartu Biaya Pesanan Dokumen dasar dalam penentuan biaya pesanan yang mengakumulasikan biaya-biaya untuk setiap pesanan, karena biaya diakumulasi setiap batch atau lot pesanan dalam sistem biaya pesanan menunjukkan bahan baku langsung dan tenaga kerja serta biaya overhead pabrik yang dibebankan untuk suatu pesanan. File kartu biaya pesanan yang belum selesai dapat berfungsi sebagai buku besar tambahan untuk persediaan produk dalam proses.

Kerugian dalam Proses Produksi berdasarkan pesanan tidak dapat dihindari, kerugian ini disa diakibatkan oleh : 1. Adanya sisa bahan. 2. Produk cacat. 3. Produk rusak.

1. Sisa Bahan Manajemen yang terlibat dalam proses produksi harus dapat bekerja sama untuk mengurangi kerugian seminimal mungkin. Kesuksesan perusahaan Jepang saat ini dengan menganut zero defect, yaitu ukuran untuk mengurangi kerugian tersebut merupakan biaya efektif karena total biaya pabrikasi jangka panjang akan menurun sejalan menurunnya persentase sisa bahan.

1. Sisa Bahan Dalam proses pabrikasi sisa bahan dapat berasal dari : 1. Pengolahan kurang baik. 2. Suku cadang rusak atau cacat yang tidak bisa diretur. 3. Stok bahan terlalu lama. 4. Penghentian proyek-proyek percobaan. 5. Mesin-mesin pengolahan sudah terlalu tua.

2. Produk Cacat Produk cacat adalah produk yang dihasilkan dalam proses produksi, dimana produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan, tetapi secara ekonomis produk tersebut dapat diperbaiki dengan mengeluarkan biaya tertentu setelah produk tersebut diperbaiki.

Faktor Penyebab Terjadi Produk Cacat 1. Bersifat normal. Dalam setiap proses produksi baik yang dilakukan dengan menggunakan biaya pesanan, terjadinya produk cacat tidak bisa dihindari, maka untuk memperbaiki produk cacat tersebut membutuhkan biaya tertentu. Perlakuan biaya tambahan ini, akan dibebankan pada pengendali overhead pabrik.

Contoh 1 PT Lucky Star adalah perusahaan yang menghasilkan komponen untuk sepeda motor. Pada bulan September 2006 perusahaan menerima pesanan 1.400 unit komponen. Harga pokok untuk satu unit komponen Rp 4.500, yang terdiri bahan baku langsung Rp 2.000, tenaga kerja langsung Rp 1.600, dan BOP dibebankan Rp 900. Terjadi kerusakan sebanyak 50 unit, dianggap sebagai kerusakan normal. Produk ini perlu diperbaiki dengan mengeluarkan : biaya bahan baku langsung Rp 30.000, biaya tenaga kerja langsung Rp 12.500, biaya overhead pabrik Rp 10.000. Jurnal : Pengendali Overhead Pabrik Rp 52.500 Persediaan bahan baku Rp 30.000 Beban gaji Rp 12.500 Macam-macam kredit Rp 10.000

Faktor Penyebab Terjadi Produk Cacat 2. Karena kesalahan. Terjadinya produk cacat akibat kesalahan dalam proses produksi seperti kurangnya perencanaan, pengawasan, dan pengendalian, kelalaian pekerja. Maka biaya untuk memperbaiki produk cacat ini diperlakukan sebagai rugi produk cacat.

Contoh 2 PT Dinda Star adalah perusahaan yang menghasilkan komponen untuk radio. Pada bulan September 2006 perusahaan menerima pesanan 3.000 unit komponen. Harga pokok untuk satu unit komponen Rp 1.800, yang terdiri bahan baku langsung Rp 700, tenaga kerja langsung Rp 800, dan BOP dibebankan Rp 300. Terjadi kerusakan sebanyak 100 unit, dianggap sebagai kerusakan karena kesalahan. Produk ini perlu diperbaiki dengan mengeluarkan : biaya bahan baku langsung Rp 15.000, biaya tenaga kerja langsung Rp 10.000, biaya overhead pabrik Rp 1.000. Jurnal : Rugi Produk Cacat Rp 26.000 Persediaan bahan baku Rp 15.000 Beban gaji Rp 10.000 Macam-macam kredit Rp 1.000

3. Produk Rusak Produk rusak adalah produk yang dihasilkan dalam proses produksi, dimana produk yang dihasilkan tersebut tidak sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan, tetapi secara ekonomis produk tersebut dapat diperbaiki dengan mengeluarkan biaya yang lebih besar dari nilai jualnya setelah produk tesebut diperbaiki. Produk rusak ini umumnya diketahui setelah proses produksi selesai.

Faktor Penyebab Terjadi Produk Rusak 1. Bersifat normal. Setiap proses produksi tidak akan bisa dihindari terjadinya produk rusak, maka perusahaan akan memperhitungkan sebelum proses produksi dimulai. 2. Karena kesalahan. Terjadinya produk rusak diakibatkan kesalahan dalam proses produksi, masalah ini karena kurangnya perencanaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja.

Perlakuan Harga Pokok Produk Rusak Produk Rusak Laku Dijual Bersifat Normal : Contoh 3 Produk rusak normal laku dijual, maka hasil penjualan produk rusak diperlakukan sebagai : pengurang pengendali overhead pabrik. PT Lucky Star adalah perusahaan yang menghasilkan mainan anak-anak. Pada bulan September 2006 perusahaan menerima pesanan 1.000 unit mainan. Harga pokok untuk satu unit mainan Rp 4.500, yang terdiri bahan baku langsung Rp 2.000, tenaga kerja langsung Rp 1.600, dan BOP dibebankan Rp 900. Dari pesanan 1.000 unit tersebut, perusahaan memproduksi 1.050 unit, sebanyak 50 unit terjadi kerusakan normal, yang laku dijual dengan harga Rp 2.000 per unit. Harga Pokok Produk Selesai per unit : HP. Produk Selesai, produk baik : 1.000 unit x Rp 4.500 = Rp 4.500.000 HP. Produk Rusak : 50 unit x Rp 4.500 = Rp 225.000 HP. Produk Selesai, produk baik = Rp 4.725.000

Perlakuan Harga Pokok Produk Rusak Produk Rusak Laku Dijual Bersifat Normal Harga pokok produk rusak sebesar Rp 225.000 diperlakukan sebagai pengendali overhead pabrik. Hasil penjualan produk rusak Rp 100.000 (50 unit x Rp 2.000). Jurnal : Kas Rp 100.000 Pengendali overhead pabrik Rp 125.000 Produk Dalam Proses – Bahan Rp 100.000 Produk Dalam Proses – Tenaga Kerja Rp 80.000 Produk Dalam Proses – BOP Rp 45.000

Perlakuan Harga Pokok Produk Rusak Produk Rusak Laku Dijual Karena Kesalahan Produk rusak karena kesalahan laku dijual, maka hasil penjualan produk rusak diperlakukan sebagai : pengurang bagi produk rusak. Harga Pokok Produk Rusak Rp 225.000 Penjualan Produk Rusak : 50 unit x Rp 2.000 Rp 100.000 Rugi Produk Rusak Rp 125.000

Perlakuan Harga Pokok Produk Rusak Produk Rusak Tidak Laku Dijual Bersifat Normal : Contoh 4 Produk rusak normal tidak laku dijual, maka hasil penjualan produk rusak diperlakukan sebagai : pengendali overhead pabrik. PT Lucky Star adalah perusahaan yang menghasilkan mainan anak-anak. Pada bulan September 2006 perusahaan menerima pesanan 1.000 unit mainan. Harga pokok untuk satu unit mainan Rp 4.500, yang terdiri bahan baku langsung Rp 2.000, tenaga kerja langsung Rp 1.600, dan BOP dibebankan Rp 900. Dari pesanan 1.000 unit tersebut, perusahaan memproduksi 1.050 unit, sebanyak 50 unit terjadi kerusakan normal, yang tidak laku dijual. Jurnal : Pengendali overhead pabrik Rp 225.000 Produk Dalam Proses – Bahan Rp 100.000 Produk Dalam Proses – Tenaga Kerja Rp 80.000 Produk Dalam Proses – BOP Rp 45.000

Perlakuan Harga Pokok Produk Rusak Produk Rusak Tidak Laku Dijual Karena Kesalahan Produk rusak karena kesalahan tidak laku dijual, maka harga Pokok produk rusak diperlakukan sebagai : rugi produk rusak. Rugi Produk Rusak Rp 225.000 Produk Dalam Proses – Bahan Rp 100.000 Produk Dalam Proses – Tenaga Kerja Rp 80.000 Produk Dalam Proses – BOP Rp 45.000

Contoh 5 PT Marga KOM adalah perusahaan penghasil komponen untuk sepeda motor, dalam proses produksi yang dilakukan berdasarkan pesanan. Di bawah ini data transaksi berikut akan dicatat setiap hari dalam buku harian : 1. Pembelian dan Penerimaan Bahan : Bahan A Rp 58.000 Bahan B Rp 34.000 Bahan C Rp 24.000 Bahan D Rp 8.000 Rp 124.000 Biaya dibayar dimuka Rp 2.000 Jurnal : Bahan Rp 126.000 Biaya dibayar dimuka Rp 2.000 Utang usaha Rp 124.000

Penyelesaian 2. Penggunaan Bahan. Penggunaan Bahan Langsung untuk : Pesanan B.1 Rp 240.000 Pesanan B.2 Rp 152.000 Pesanan B.3 Rp 140.000 Total Rp 532.000 Penggunaan Bahan Tak Langsung Rp 6.000 Rp 538.000 Jurnal : Produk Dalam Proses Rp 532.000 Pengendali Overhead Pabrik Rp 6.000 Bahan Rp 538.000

Penyelesaian 3. Biaya Tenaga Kerja yang digunakan berdasarkan waktu. Tenaga Kerja Langsung : Pesanan B.1 Rp 220.000 Pesanan B.2 Rp 160.000 Pesanan B.3 Rp 100.000 Total Rp 480.000 Tenaga Kerja Tak Langsung Rp 40.000 Rp 520.000 Jurnal : Produk Dalam Proses Rp 480.000 Pengendali Overhead Pabrik Rp 40.000 Utang Gaji Rp 520.000

Penyelesaian 4. Biaya-biaya terjadi yang berkaitan dengan biaya overhead pabrik. Biaya Penyusutan Mesin Rp 50.000 Biaya Listrik Rp 25.000 Pajak Bumi dan Bangunan Pabrik Rp 20.000 Gaji Supervisi Produksi Rp 300.000 Rp 395.000 Jurnal : Pengendali Overhead Pabrik Rp 395.000 Gaji Supervisi Pabrik Rp 300.000

Penyelesaian 5. Pembebanan biaya overhead pabrik pada pesanan, berdasarkan tarif ditentukan dimuka yang dihitung dari biaya tenaga kerja langsung dengan tarif 90%. Jurnal : Produk Dalam Proses Rp 432.900 BOP – Dibebankan Rp 432.900 Perhitungan masing-masing pesanan : Pesanan B.1 = 90% x Rp 220.000 = Rp 198.900 Pesanan B.2 = 90% x Rp 160.000 = Rp 144.000 Pesanan B.3 = 90% x Rp 100.000 = Rp 100.000

Penyelesaian 6. Ketiga pesanan telah selesai dan diserahkan ke pemesan dengan nilai masing-masing : pesanan B.1 = Rp 900.000, pesanan B.2 = Rp 700.000, pesanan B.3 = Rp 460.000. Jurnal : Kas/Piutang Usaha Rp 2.060.000 Penjualan Rp 2.060.000 Harga Pokok Penjualan Rp 1.434.900 Produk Selesai Rp 1.434.900 Perhitungan Harga Pokok Penjualan masing-masing pesanan : Pesanan B.1 Pesanan B.2 Pesanan B.3 Bahan Langsung Rp 240.000 Rp 152.000 Rp 140.000 Tenaga Kerja Langsung Rp 220.000 Rp 160.000 Rp 100.000 BOP Dibebankan Rp 198.900 Rp 144.000 Rp 90.000 Total Rp 658.900 Rp 456.000 Rp 330.000

Penyelesaian Selisih pembebanan biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan biaya overhead pabrik dibebankan ditutup ke harga pokok penjualan. Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 441.000 Biaya Overhead Pabrik Dibebankan Rp 432.900 Pembebanan Terlalu Rendah Rp 8.100

Contoh 6 PT Bukit Tinggi menggunakan sistem akumulasi biaya berdasarkan pesanan untuk produk yang dihasilkan. Perusahaan membebankan biaya overhead pabriknya berdasarkan Jam Kerja Langsung (JKL). Pada tanggal 1 Januari 2006, kartu biaya pesanan perusahaan menunjukkan sebagai berikut : JOB C.01 JOB C.02 JOB C.03 JOB C.04 Bahan Baku Rp 7.180 Rp 4.000 Rp 2.960 Tenaga Kerja Langsung Rp 5.400 Rp 3.000 Rp 2.000 Rp 2.400 BOP Dibebankan Rp 4.320 Rp 1.600 Rp 1.920 Total Biaya Produksi Rp 16.900 Rp 9.400 Rp 6.560 Rp 8.320 Status Produk : JOB C.01 = Telah selesai dan belum diserahkan ke pemesan JOB C.02 = Masih dalam proses JOB C.03 = Masih dalam proses JOB C.04 = Masih dalam proses

Contoh 6 Pada bulan Januari selain menyelesaikan JOB C.02, JOB C.03, JOB C.04, perusahaan juga menerima pesanan lain yaitu : JOB C.05, JOB C.06, dan JOB C.07. Pemakaian bahan baku dan jam kerja untuk masing-masing produk selama bulan Januari 2006 sebagai berikut : JOB C.02 JOB C.03 JOB C.04 JOB C.05 JOB C.06 JOB C.07 Bahan Baku Rp 2.500 Rp 1.110 Rp 1.940 Rp 5.000 Rp 3.960 Rp 4.900 JKL 200 jam 150 jam 100 jam 210 jam 190 jam

Contoh 6 Pada tanggal 31 Januari 2006 terdapat produk dalam proses dan produk selesai dengan serapan biaya sebagai berikut : Produk jadi : JOB C.04 JOB C.07 Bahan Baku Rp 5.940 Rp 4.900 Tenaga Kerja Langsung Rp 4.400 Rp 3.800 BOP Rp 3.520 Rp 3.040 Total Rp 13.860 Rp 11.740 Produk Dalam Proses : JOB C.03 JOB C.06 Rp 4.070 Rp 3.960 Rp 5.000 Rp 2.000 Rp 4.000 Rp 1.600 Rp 13.070 Rp 7.560

Contoh 6 Data lain : 1. Tarif biaya tenaga kerja sebesar Rp 20 per jam, tarif ini tidak akan mengalami perubahan selama 2006. 2. Perusahaan hanya memiliki satu akun (pengendali bahan baku) untuk menampung bahan baku langsung. Saldo akun ini pada awal Januari sebesar Rp 5.500. 3. Biaya yang dikeluarkan selama bulan Januari, sbb : Pembelian bahan baku Rp 23.000 Bahan baku langsung digunakan Rp 5.580 Tenaga kerja tidak langsung Rp 5.000 Penyusutan peralatan pabrik Rp 2.750 Listrik, air pabrik Rp 5.400 4. Semua penjualan dilakukan secara kredit dengan margin yang diinginkan 40% dari total biaya produksi. 5. Semua varians BOP over/under applied dibebankan ke Harga Pokok Penjualan.

Contoh 6 Diminta : 1. Hitunglah saldo persediaan bahan dan produk dalam proses per 31 Januari 2006. 2. Hitunglah Harga Pokok Penjualan bulan Januari 2006. 3. Hitunglah selisih biaya overhead pabrik. 4. Hitunglah Laba Kotor bulan Januari 2006.

Penyelesaian Petunjuk : 1. Identifikasi terlebih dahulu masing-masing JOB. 2. Hitunglah jam dan tarif pembebanan BOP. Identifikasi masing-masing JOB per 31 Januari : JOB C.01 = Selesai = Telah diserahkan ke pemesan JOB C.02 = Selesai = Telah diserahkan ke pemesan JOB C.03 = Masih Dalam Proses = Persediaan Produk Dalam Proses JOB C.04 = Selesai = Belum diserahkan ke pemesan JOB C.05 = Selesai = Telah diserahkan ke pemesan JOB C.06 = Masih Dalam Proses = Persediaan Produk Dalam Proses JOB C.07 = Selesai = Belum diserahkan ke pemesan

Penyelesaian Tarif Pembebanan Tarif dihitung berdasarkan jam kerja langsung Contoh JOB C.02 Tenaga Kerja Langsung = Rp 3.000 tarif per jam Rp 20 Jam kerja langsung = Rp 3.000 = 150 jam Rp 20 JOB C.02 BOP = Rp 2.400 Jam Kerja Langsung = 150 jam Tarif BOP = Rp 2.400 = Rp 16 per jam 150 jam Maka tarif BOP sama untuk semua JOB.

Penyelesaian Perhitungan Biaya Masing-masing JOB. Rp 19.100 Rp 13.070 JOB C.01 JOB C.02 JOB C.03 JOB C.04 JOB C.05 JOB C.06 JOB C.07 Bahan langsung Rp 7.180 Rp 4.000 Rp 2.960 TKL Rp 5.400 Rp 3.000 Rp 2.000 Rp 2.400 BOP Rp 4.320 Rp 1.600 Rp 1.920 Rp 16.900 Rp 9.400 Rp 6.560 Rp 8.320 - Rp 2.500 Rp 1.110 Rp 1.940 Rp 5.000 Rp 3.960 Rp 4.900 Rp 4.200 Rp 3.800 Rp 3.200 Rp 3.360 Rp 3.040 Rp - Rp 9.700 Rp 6.510 Rp 5.540 Rp 12.560 Rp 7.560 Rp 11.740 Total Rp 19.100 Rp 13.070 Rp 13.860 Rp 12.560 Rp 7.560 Rp 11.740

Penyelesaian 1. Saldo Bahan Baku per 31 Januari 2006. Saldo Awal Pembelian Bahan Pemakaian Bahan Bahan Langsung (JOB 02, 03, 04, 05, 06, 07) Bahan tak langsung Saldo Akhir Saldo Produk Dalam Proses Per 31 Jan 2006 Saldo Awal (JOB C.02, 03, 04) Biaya Periode Januari : TKL BOP COGM (JOB 02, 04, 05, 07) Saldo Akhir (JOB 03, 06) Rp 19.410 Rp 5.580 + Rp 19.410 Rp 19.000 Rp 15.200 + Rp 5.500 Rp 23.000 + Rp 28.500 Rp 24.990 – Rp 3.510 Rp 24.280 Rp 53.610 + Rp 77.890 Rp 57.260 - Rp 20.630

Laporan Harga Pokok Penjualan Penyelesaian PT Bukit Tinggi Laporan Harga Pokok Penjualan Untuk Bulan Januari 2006 Bahan Baku Persediaan awal Pembelian Bahan Baku Bahan Baku siap digunakan Pemakaian Bahan baku tak langsung Persediaan Akhir Bahan Baku Langsung digunakan Tenaga Kerja langsung BOP Dibebankan Total Biaya Produksi Produk Dalam Proses Awal Produk Dalam Proses Akhir Harga Pokok Produksi Produk Selesai awal Produk Selesai akhir Harga Pokok Penjualan Rp 5.580 Rp 3.510 + Rp 5.500 Rp 23.000 + Rp 28.500 Rp 9.090 – Rp 19.410 Rp 19.000 Rp 15.200 + Rp 53.610 Rp 24.280 + Rp 77.890 Rp 20.630 – Rp 57.260 Rp 16.900 + Rp 74.160 Rp 25.600 – Rp 48.560

Penyelesaian 2. Selisih pembebanan (Over/Under Applied) BOP sesungguhnya Rp 18.730 BOP dibebankan Rp 15.200 - Under Applied Rp 3.530 3. Laba Kotor Penjualan : 48.560 x 140% Rp 67.984 Harga Pokok Penjualan Rp 48.560 Under Applied Rp 3.530 + Rp 52.090 - Laba Kotor Rp 15.894