The Value of Information and Bullwhip effect

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Coordinating in a Supply Chain (Kerjasama dalam Rantai Pasok)
Advertisements

Merancang jaringan SUPPLY CHAIN
Mengelola persediaan pada supply chain
Distorsi informasi dan bullwhip effect
Mengelola persediaan pada supply chain (2)
Model Persediaan Deterministik (Deterministic Inventory)
Mengelola Persediaan pada Supply Chain
Supply chain management
Bab 7. Manajemen Persediaan
Pengelolaan permintaan dan perencanaan produksi
Pengantar SCM ( Supply Chain Management )
DISTORSI INFORMASI DAN BULLWHIP EFFECT
RANCANG BANGUN Sistem Informasi PERENCANAAN PERSEDIAAN barang
KETIDAKPASTIAN DALAM MENGELOLA SUPPLY CHAIN: SAFETY INVENTORY
INVENTORY (Manajemen Persediaan)
KEY ISSUES IN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
Supply Chain Management BAB 1 Pengenalan SCM
Pertemuan XI Manajemen Persediaan
Inventory Management. Introduction Basic definitions ? An inventory is an accumulation of a commodity that will be used to satisfy some future demand.
Model Persediaan Deterministik (Deterministic Inventory)
Pertemuan 9 Pengawasan Persediaan
BERAPA BANYAK PERSEDIAAN BARANG
DEMAND PLANNING AND DEMAND MANAGEMENT
MANAJEMEN INVENTORY DAN LOGISTIK
Bab 1. Memahami Supply Chain
By. Ella Silvana Ginting, SE, M.Si
OLEH IR. INDRAWANI SINOEM, MS
Pengelolaan transportasi dan distribusi dalam rantai pasok
DEMAND MANAGEMENT.
Mengelola Persediaan Pada SCM
SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)
CYCLE INVENTORY Devy Setyana Indah Maharani Ayuniartika Nurita
Pengelolaan Manajemen Persediaan
Manajemen Industri.
UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 2012
Kuliah 7 & 8: Mengelola Persediaan Pada Supply Chain
MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN
By: Evaliati Amaniyah, SE, MSM
ECONOMIC ORDER QUANTITY
BAB 18 MANAJEMEN PERSEDIAAN
Strategi analisis rantai pasok
PENGELOLAAN PERMINTAAN DAN PERENCANAAN PRODUKSI
Dasar-Dasar Electronic Commerce
The Value of Information and Bullwhip effect
Pengantar Teknologi Informasi (Teori)
Pengelolaan Permintaan dan Perencanaan Produksi
Supply Chain Management BAB 1 Pengenalan SCM
SCM Pertemuan 3.
Coordinating in a Supply Chain (Kerjasama dalam Rantai Pasok)
PERSEDIAAN INDEPENDEN (INDEPENDENT INVENTORY)
Pengantar SCM ( Supply Chain Management )
MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN
Manajemen Inventory 4- Independent demand system deterministic model
Matakuliah : T0604/Pengantar Teknologi Informasi
Strategi SCM.
Manajemen rantai pasokan
Supply Chain Management
SCM Pertemuan 3.
Integrasi Rantai Pasok
Chapter 2 Supply Chain Performance: Achieving Strategic Fit and Scope
Pengantar SCM ( Supply Chain Management )
SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)
Model Pengendalian Persediaan
Supply Chain Management
INVESTASI DALAM PERSEDIAAN DAN PIUTANG
Supply Chain Management
MODEL PENGENDALIAN PERSEDIAAN STOKASTIK
CYCLE INVENTORY Devy Setyana Indah Maharani Ayuniartika Nurita
MANAJEMEN MATERIAL. Lingkup:  Material = bahan baku, komponen, suku cadang utk menghasilkan produk akhir.  Manajemen material = kegiatan perencanaan.
Integrasi Rantai Pasok
Transcript presentasi:

The Value of Information and Bullwhip effect Tita Talitha, MT

Value of Information “In modern supply chains, information replaces inventory” Information is always better than no information. Why? Information Helps reduce variability Helps improve forecasts Enables coordination of systems and strategies Improves customer service Facilitates lead time reductions Enables firms to react more quickly to changing market conditions.

Bullwhip Effect Permintaan sebenarnya relatif stabil ditingkat pelanggan akhir berubah menjadi fluktuatif di bagian hulu supply chain dan semakin ke hulu peningkatan tersebut semakin besar. Lee, H, P. Padmanabhan and S. Wang (1997), Sloan Management Review

Increasing Variability of Orders Up the Supply Chain Lee, H, P. Padmanabhan and S. Wang (1997), Sloan Management Review

What are the Causes…. Demand forecast updating Order batching (Volume and transportation discounts) Promotional sales (Price Fluctuation) Rationing & Shortage gaming

Demand forecast updating Tingkat akurasi ramalan biasanya meningkat semakin kita mendekati periode yang diramalkan karena informasi seperti order pelanggan, situasi pasar, dsb menjadi semakin jelas. Model ramalan yang digunakan juga bisa berpengaruh terhadap intensitas bullwhip effect.

Order batching Diperlukan karena proses produksi dan pengiriman produk tidak akan ekonomis bila dilakukan dalam ukuran kecil. Produksi menggunakan sistem batch karena ongkos set-up biasanya mahal. Pengiriman juga tidak akan ekonomis bila dilakukan dalam ukuran kecil terutama kalau jarak pengirimannya jauh.

Price Fluctuation Apakah yang akan anda lakukan apabila sebagai manajer sebuah ritel supplier anda tiba-tiba memberikan diskon harga 10% untuk produk-produk tertentu? Ritel/toko melakukan forward buying sebagai respons terhadap penurunan harga yang sifatnya temporer, membuat volume penjualan meningkat. Akibatnya pusat distribusi akan memesan dengan jumlah yang besar ke pabrik.

Rationing & Shortage gaming Rationing yaitu hanya memenuhi 100% pesanan pelanggan, namun hanya sekian persen dari volume yang dipesan. Jadi, kalau persediaan yang ada hanya 800 unit dan pesanan seluruhnya besarnya 1000 unit maka semua pelanggan hanya dialokasikan sebesar 80% dari permintaannya. Pemain yang ada di bagian hulu tidak akan pernah mendapatkan informasi pasar yang mendekati kenyataan akibat motif gaming dan spekulatif yang dilakukan oleh pelanggan mereka.

Coping with the Bullwhip Effect in Leading Companies Reduce uncertainty POS Sharing information Sharing forecasts and policies Reduce variability Eliminate promotions Year-round low pricing Reduce lead times EDI Cross docking Strategic partnerships Vendor managed inventory Data sharing

Mengukur BE, Fransoo & Wouters (2000) BE = CV (pesan)/CV (Jual) CV (pesan ) = STD (pesan) / AVR (pesan) CV (Jual) = STD(Jual)/AVR(jual) CV = Coefisien variansi STD= Standar deviasi= √ ((x1-x̄)2 + (x2-x̄)2 +(xi-x̄)2)/(n-1)) AVR= Rata-rata Penjualan

Data penjualan dan pemesanan mingguan Produk Mg 1 Mg 2 Mg 3 Mg 4 Mg 5 Mg 6 Ritel 1 P1 Jual P1 pesan 121 80 100 160 115 120 130 118 125 P2 Jual P2 Pesan 52 90 70 66 75 45 P3 Jual P3 pesan 200 146 210 180 150 126 Ritel 2 P1 Jual 50 60 58 49 56 P2 pesan 25 28 42 33 41 112 123 152 89 128

Perhitungan Bullwhip untuk tiap produk tiap ritel AVR STD CV BE1 Ritel 1 P1 Jual P1 pesan 118.17 120 10.34 35.78 0.088 0.298 3.406 P2 Jual P2 Pesan 69.67 67.50 9.89 37.65 0.142 0.558 3.928 P3 Jual P3 pesan 152 150 38.91 44.72 0.256 1.165 Ritel 2 P1 Jual 57.50 58.33 7.31 7.53 0.127 0.129 1.014 P2 pesan 32.83 37.50 7.19 13.69 0.219 0.365 1.666 119.83 120.83 20.72 29.23 0.173 0.242 1.399

Perhitungan Bullwhip untuk tiap produk AVR STD CV BE2 P1 Jual P1 pesan 175.67 178.33 7.69 38.69 0.044 0.217 4.958 P2 Jual P2 Pesan 102.5 105 14.10 30.50 0.138 0.29 2.112 P3 Jual P3 pesan 271.83 270.83 50.43 65.99 0.186 0.244 1.313

Perhitungan Bullwhip untuk tiap Ritel Produk AVR STD CV BE3 Ritel 1 Jual pesan 339.83 337.5 44.61 24.03 0.131 0.071 0.542 Ritel 2 Jual Pesan 210.17 216.67 27.30 31.73 0.130 0.146 1.127

Interpretasi BE yang lebih besar dari 1 menunjukkan terjadi amplifikasi permintaan, artinya bahwa pesanan ke distributor jauh lebih banyak dari yang diminta/terjual oleh konsumen. Perlu hati-hati dalam menafsirkan BE karena belum mempertimbangkan inventory awal dan backlog.