BUDAYA ORGANISASI Kebudayaan adalah kombinasi yang kompleks dari asumsi-asumsi, perilaku, cerita, mitos, metafor, dan gagasan- gagasan lainnya yang terjalin satu sama lain yang mencirikan suatu masyarakat tertentu . (Stoner et al., 1995). Kebudayaan adalah cara hidup yang khas dari suatu kelompok manusia; antara lain tampak dari pola respons mereka terhadap lingkungan, termasuk dalam interaksi mereka dengan orang atau kelompok lain.
Budaya Organisasi Sekumpulan pemahaman penting, seperti norma-norma, nilai-nilai, sikap, dan kepercayaan, yang dianut bersama oleh anggota-anggota organisasi (Stoner, et al., 1995). Mekanisme yang digunakan oleh suatu organisasi dan anggota-anggotanya untuk belajar mengelola tantangan-tantangan eksternal dan mewujudkan integrasi internal (Schein, dalam Quick, 1992).
Tiga Unsur Pokok Kebudayaan “Artifacts” adalah hal yang membentuk suatu kebudayaan dan mengungkapkan segala sesuatu tentang kebudayaan itu kepada pihak lain yang mengamati, seperti : produk, jasa, dan pola perilaku dari anggota organisasi. “Espoused Values” adalah alasan-alasan yang dikemukakan oleh suatu organisasi tentang cara-cara yang ditempuh untuk melakukan sesuatu atau mengapa mereka melakukannya dengan cara seperti itu. “Basic Assumptions” adalah kepercayaan yang diyakini kebenarannya (atau diterima begitu saja tanpa memper- tanyakannya lagi) oleh para anggota organisasi. Schein (1992),
Budaya Organisasi dan Unjuk-Kerja Studi yang dilakukan John Kotter dan James Heskett peneliti dari Harvard Business School, menunjukkan bahwa budaya memiliki pengaruh yang kuat thd unjuk-kerja organisasi., dengan kesimpulan sbb : Budaya organisasi dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap long-term economic performance sebuah perusahaan. Budaya organisasi tampaknya akan menjadi faktor yang makin penting dalam menentukan keberhasilan perusahaan dalam dekade mendatang. Budaya organisasi pada umumnya tidak mengganggu unjuk-kerja finansial jangka panjang; budaya ini relatif mudah dikembangkan, bahkan pada perusahaan yang dipenuhi orang-orang yang reasonable dan cerdas. Meskipun tidak gampang diubah, budaya perusahaan dapat diciptakan untuk meningkatkan unjuk-kerja.
DALAM LINGKUNGAN MULTIBUDAYA PENGEMBANGAN SDM DALAM LINGKUNGAN MULTIBUDAYA Manajer yang tidak memiliki apresiasi terhadap perbedaan kebudayaan sebagai manajer etnosentris, yang percaya pada superioritas kebudayaan mereka dan memandang kebudayaan asing dalam kerangka acuan mereka sendiri. Sebaliknya, para manajer ‘kosmopolitan’ peka terhadap perbedaan kebudayaan dan menghormati praktek-praktek kultural yang berbeda dalam interaksi mereka dengan kelompok-kelompok lain. Cascio (1992)
Mengapa “Cross-cultural Training” Diperlukan? Manajer perlu memiliki kompetensi antar- budaya. Kemampuan ini perlu dimiliki baik oleh para manajer dan pekerja yang akan bertugas di luar negaranya (di luar negara asalnya) maupun oleh mereka yang bekerja di negara sendiri (dengan anggota atau karyawan yang berasal dari latar belakang kebudayaan atau etnik yang berbeda-beda).
(1) Personal and family adjustment and satisfaction, Tiga unsur yang menentukan keberhasilan seseorang dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan kebudayaan yang berbeda, yaitu: (1) Personal and family adjustment and satisfaction, (2) Professional competence, dan (3) Cordial relations with members of the host country. Kealey dan Ruben (dalam Berry et al., 1994).