Pada percobaan Mitsugi (1974) mememukan beberapa kelompok ikan yang tertarik dan tidak tertarik dengan cahaya, yaitu : Ikan yang tertarik oleh cahaya (Fototaksis), antara lain : mackerel, sardin, cumi-cumi dan baracuda Ikan yang kurang tertarik oleh cahaya, antara lain : Ekor kuning (Caesionidae), Tuna dan Salmon Ikan yang takut oleh cahaya (photohobia), antara lain : belut, kepiting, dan gurita Berdasarkan hal tersebut tidak heran target jenis ikan yang umumnya didapat adalah teri (Stolephorus sp.) dan rebon (Mysis sp) sedangkan Hasil tangkapan sampingannya berupa ikan embang (Clupea sp.), layur (Trichiurus sp.), kembung (Rastrelliger sp.), selar (Caranx sp.), cumi-cumi (Loligo sp.) dan sotong (Sephia sp.) (Monintja dan Martasuganda 1991).
Cahaya sebagai alat bantu penangkapan ikan Pemanfaatan cahaya sebagai alat bantu penangkapan ikan sesungguhnya sangat berkaitan dengan upaya nelayan dalam memahami perilaku ikan dalam merespon perubahan lingkungan yang ada di sekitarnya. Hampir semua ikan menggunakan matanya dalam aktivitas hidupnya, seperti memijah, mencari makan, dan menghindari serangan ikan besar atau binatang pemangsa lainnya. Cahaya merupakan faktor utama bagi ikan dalam rangka mempertahankan hidupnya. Atas dasar pengetahuan tersebut, maka nelayan menggunakan cahaya buatan unttuk mendorong ikan melakukan aktivitas tertentu. Secara umum, respon ikan terhadap sumber cahaya dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu bersifat phototaxis positif (ikan yang mendekati datangnya arah sumber cahaya) dan bersifat phototaxis negatif (ikan yang menjauhi datangnya arah sumber cahaya). Ikan-ikan yang bersifat phototaxis positif secara berkelompok akan bereaksi terhadap datangnya cahaya dengan mendatangi arah datangnya cahaya dan berkumpul di sekitar cahaya pada jarak dan rentang waktu yang tertentu. Selain menghindar dari serangan predator (pemangsa), beberapa teori menyebutkan bahwa berkumpulnya ikan disekitar lampu adalah untuk kegiatan mencari makan. Namun demikian, tingkat gerombolan ikan dan ketertarikan ikan pada sumber cahaya bervariasi antar jenis ikan. Perbedaan tersebut secara umum disebabkan karena perbedaan faktor phylogenetic dan ekologi, selain juga oleh karakteristik fisik sumber cahaya, khususnya tingkat intensitas dan panjang gelombangnya. Hasil kajian beberapa peneliti menyebutkan bahwa, tidak semua jenis cahaya dapat diterima oleh mata ikan. Hanya cahaya yang memiliki panjang gelombang pada interval 400 sampai 750 nanometer yang mampu ditangkap oleh mata ikan.
Pemanfaatan cahaya Pemanfaatan cahaya untuk alat bantu penangkapan ikan dilakukan dengan memanfaatkan sifat fisik dari cahaya buatan itu sendiri. Masuknya cahaya ke dalam air, sangat erat hubungannya dengan panjang gelombang yang dipancarkan oleh cahaya tersebut. Semakin besar panjang gelombangnya maka semakin kecil daya tembusnya kedalam perairan. Faktor lain yang juga menentukan masuknya cahaya ke dalam air adalah absorbsi (penyerapan) cahaya oleh partikel-partikel air, kecerahan, pemantulan cahaya oleh permukaan laut, musim dan lintang geografis. Dengan adanya berbagai hambatan tersebut, maka nilai iluminasi (lux) suatu sumber cahaya akan menurun dengan semakin meningkatnya jarak dari sumber cahaya tersebut. Dengan sifat-sifat fisik yang dimiliki oleh cahaya dan kecenderungan tingkah laku ikan dalam merespon adanya cahaya, nelayan kemudian menciptakan cahaya buatan untuk mengelabuhi ikan sehingga melakukan tingkah laku tertentu untuk memudahkan dalam operasi penangkapan ikan. Tingkah laku ikan kaitannya dalam merespon sumber cahaya yang sering dimanfaatkan oleh nelayan adalah kecenderungan ikan untuk berkumpul di sekitar sumber cahaya. Untuk tujuan menarik ikan dalam luasan yang seluas-luasnya, nelayan biasanya menyalakan lampu yang bercahaya biru pada awal operasi penanggkapannya. Hal ini disebabkan cahaya biru mempunyai panjang gelombang paling pendek dan daya tembus ke dalam perairan relatif paling jauh dibandingkan warna cahaya tampak lainnya, sehingga baik secara vertikal maupun horizontal cahaya tersebut mampu mengkover luasan yang relatif luas dibandingkan sumber cahaya tampak lainnya. Setelah ikan tertarik mendekati cahaya, ikan-ikan tersebut kemudian dikumpulkan sampai pada jarak jangkauan alat tangkap (catchability area) dengan menggunakan cahaya yang relatif rendah frekuensinya, secara bertahap. Cahaya merah digunakan pada tahap akhir penangkapan ikan. Berkebalikan dengan cahaya biru, cahaya merah yang mempunyai panjang gelombang yang relatif panjang diantara cahaya tampak, mempunyai daya jelajah yang relatif terbatas. Sehingga, ikan-ikan yang awalnya berada jauh dari sumber cahaya (kapal), dengan berubahnya warna sumber cahaya, ikut mendekat ke arah sumber cahaya sesuai dengan daya tembus cahaya merah. Setelah ikan terkumpul di dekat kapal (area penangkapan alat tangkap), baru kemudian alat tangkap yang sifatnya mengurung gerombolan ikan seperti purse seine, sero atau lift nets dioperasikan dan mengurung gerakan ikan. Dengan dibatasinya gerakan ikan tersebut, maka operasi penangkapan ikan akan lebih mudah dan nilai keberhasilannya lebih tinggi.
Ketertarikan Ikan Teri Pada Cahaya bagan Perahu Untuk menarik perhatian ikan dibagan, digunakan berbagai macam cara tertentu untuk dapat merangsang perhatian atau respon langsung maupun tidak langsung dari ikan tersebut. Salah satu cara untuk menarik perhatian ikan adalah dengan memanfaatkan sumber cahaya berupa obor, lampu petromaks, dan lampu listrik. Pada mulanya cahaya lampu digunakan untuk penyinaran di malam hari, tetapi setelah nelayan menyadari ikan tertarik pada cahaya, maka mereka memanfaatkannya sebagai alat bantu yang merupakan bagian dari metode penangkapan ikan. Penggunaan cahaya lampu sebagai alat bantu penangkapan ikan di Indonesia sudah dikenal sejak tahun 1950-an (Subani,1972).
Dengan penggunaan cahaya dalam suatu operasi penangkapan ikan, maka salah satu alat tangkap yang memanfaatkan cahaya untukmenarik perhatian ikan sehingga merespon ikan untuk berkumpul di sekitar cahaya tersebut adalah bagan perahu. Dimana ketertarikan ikan terhadap cahaya akan membuat ikan- ikan tersebut berenang secara aktif ke sumber cahaya dalam suatu gerombolan atau beberapa gerombolan yang padat pada lapisan permukaan atau pada kedalaman tertentu sesuai jenis ikan dengan arah melingkar horizonal (Ayodhyoa,1976). Prinsip penangkapan dibagan ini yaitu dengan mengumpulkan ikan dibawah cahaya lampu,kemudian menfokuskan cahaya untuk lebih sempit kemudian ikan tersebut ditangkap dengan mengunakan jaring. Waktu operasi dengan alat ini digunakan pada malam hari saat bulan gelap. Jenis bagan yang dikenal di Indonesia ada tiga jenis yaitu bagan tancap, bagan rakit, dan bagan perahu atau bagan rambo (sudiman & mallawa,2004).
Berawal dari manusia mengetahui cara membuat api, setelah itu manusia juga mengetahui bahwa ada juga ikan yang tertarik akan cahaya. Namun, tidak diketahui juga sejak kapan manusia melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan alat bantu cahaya. Seiring dengan berkembangnya teknologi, penggunaan alat bantu cahaya inipun ikut berkembang dalam penangkapan ikan. Dimulai dengan pencahayaan yang sederhana (traditional) hingga menggunakan lampu sebagai sumber cahaya. Penangkapan ikan dengan alat bantu cahaya inilah yang disebut dengan light fishing. Sehingga, dapat disimpulan bahwa caha hanyalah merupakan alat bantu dalam suatu operasi penangkapan, yang tentunya berfungsi untuk mengumpulkan ikan dalam suatu area penangkapan (fishing ground) dan kemudian ditangkap dengan menggunakan berbagai jenis alat tangkap.
Mengapa ikan tertarik akan cahaya? Pada dasarnya ikan tertarik pada cahaya melalui penglihatan (mata) dan rangsangan melalui otak (pineal region pada otak). Peristiwa tertariknya ikan terhadap cahaya disebut phototaxis (Sudirman and Mallawa 2004). Sehingga dengan demikian ikan yang tertarik dengan cahaya adalah ikan yang mempunyai sifat phototaxis, yang umumnya adalah ikan pelagis dan sebagian ikan demersal. Sedangkan ikan yang tidak tertarik dengan cahaya atau menjauhi cahaya biasa disebut fotophobi, dan adapula yang menyebutnya dengan fototaxis negatif. Ikan mempunya suatu kemampuan yang mengagumkan untuk dapat melihat pada siang hari dengan kekuatan penerangan ratusan ribu lux dan dalam keadaan gelap sama sekali. Kalau cahaya biru-hijau yuang mampu diterima oleh mata manusia hanya 30% saja, maka mata iikan mampu menerimanya sebesar 75%, sedangkan retina mata dari beberapa jenis ikan dapat menerima sebesar 90%. Jadi bisa disimpulkan bahwa batas ambang cahaya yang mampu diterima ikan lebih tinggi caripada manusia. Cahaya yang masuk ke mata ikan akan diteruskan ke otak pada bagian cone dan rod, yang sangat peka terhadap cahaya.
Prinsip Light Fishing dan Peristiwa Tertariknya Ikan pada Cahaya. Penangkapan ikan dengan menggunakan cahaya sebagai alat bantu untuk mengumpulkan ikan di suatu fishing ground pada umunya hanya memanfaatkan behavior ikan yang tertarik akan cahaya. Menurut Ayodhyoa (1976;1981), bahwa peristiwa tertariknya ikan di bawah cahaya dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu: Peristiwa langsung, dimana ikan tertarik oleh cahaya lalu berkumpul. Ini tentunya berhubungan langsung dengan peristiwa fototaxis seperti jenis ikan sardinella, kembung, dan layang. Peristiwa tidak langsung, dimana karena adanya cahaya maka plankton, ikan-ikan kecil dan sebagainya berkumpul, dengan tujuan “feeding”. Beberapa jenis ikan yang termasuk dalam kategori ini adalah seperti ikan tenggiri, cendro, dan lain-lain.
Light fishing hanya efektif pada malam bulan gelap. Kondisi lingkungan lain yang dapat menpengaruhi adalah keadaan perairan, dimana air tidak boleh dalam keadaan keruh, sebaiknya jernih atau tidak terlalu keruh. Karena dapat mempengaruhi daya tembusa cahaya yang semakin pendek.
Selain memperhatikan kondisi lingkungan, proses penangkapan ikan pun perlu untuk diperhatikan. Persyaratan penangkapan ini sangat perlu untuk diperhatikan, karena sangat berpengaruh terhadapa banyaknya hasil tangkapan.Untuk mengefektifkan sebuah penangkapan, maka seharusnya cahaya mampu menarik ikan pada jarak yang jauh baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Setelah berkumpul, hendaknya ikan-ikan itu tetap berada di area cahaya pada jangka waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penangkapan. Berbagai jenis alat tangkap mulai dari yang tradisional sampai pada alat tangkap yang modern telah menggunakan cahaya sebagai alat bantu. Jenis-jenis alat tangkap berupa bagan tancap di Perairan Sulawesi Selatan menggunakan lampu strongkin (pressure lamp) sebagai sumber cahaya. Begitu juga purse seine yang beroperasi pada malam hari yang tersebar luas di Perairan Indonesia merupakan alat tangkap yang memanfaatkan cahaya sebagai alat bantu.
ikan tertarik pada cahaya melalui penglihatan (mata) dan rangsanganmelalui otak (pineal region pada otak). Peristiwa tertariknya ikan pada cahaya disebut phototaksis (Ayodhoya, 1976;1981 dalam Malawa dan Sudirman 2004).Ada beberapa alasan mengapa ikan tertarik oleh cahaya, antara lain adalah penyesuaian intensitas cahaya dengan kemampuan mata ikan untuk penerimaancahaya. Dengan demikian, kemampuan ikan untuk tertarik pada suatu sumber cahaya sangat berbeda-beda. Ada ikan yang senang dengan pada intensitas cahayayang rendah, tetapi ada pula ikan yang senang terhadap intensitas cahaya yangtinggi. Namun ada ikan yang mempunyai kemampuan untuk tertarik oleh cahayamulai dari intensitas yang rendah sampai yang tinggi (Sudirman dan Malawa,2004). Ikan mempunyaisuatu kemampuan yang mengagumkan untuk dapat melihat pada waktu siang haridengan kekuatan penerangan ratusan ribu lux dan dalam keadaan gelap samasekali (Gunarso, 1985 Dalam Sudirman dan Malawa, 2004). Namun demikian, sensitifitas mata ikan laut pada umumnya tinggi. Kalau cahaya biru-hijau yang mampu diterima mata manusia hanya sebesar 30% saja,tetapi mata ikan mampu menerimanya sebesar 75% sedangkan retina dari beberapa jenis ikan laut dalam menerimanya sampai 90%. Ambang cahaya yangmampu dideteksi oleh mata ikan jauh lebih rendah daripada ambang cahaya yangdapat dideteksi manusia, sehingga pada umumnya mata ikan mempunyai tingkah
sensitifitas 100 kali mata manusia. Oleh sebab itu, pada beberapa jenis ikan yanghidup di perairan pantai dapat mengindera mangsanya dari kejauhan 100 meter sejak pagi sampai sore hari (Gunarso, 1985 dalam Sudirman dan Malawa 2004).Cahaya yang masuk ke mata ikan akan diteruskan ke otak pada bagian Conedan Rod, yang sangat peka terhadap cahaya. Alasan lainnya, adanya cahayamerupakan suatu indikasi adanya makanan
Penelitian oda, 2007
Tanggal Nama Yohanes Benhur Marco awak George Hizkia Ruland Obeth Leo Ignasius Yani Andris Since Yusuf kmurafak Sari