PENGEMBANGAN PROFESI GURU SEBAGAI PENGELOLA PENDIDIKAN DR. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. Laboratorium Administrasi & Manajemen Pendidikan UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2009 11/6/2018 YoyonBI/AP-UPI/2009
Tujuan Belajar Anda diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan tentang jabatan profesional yang saat ini lagi tumbuh dan berkembang. Anda diharapkan dapat lebih berapresiasi tentang pembaharuan dalam jabatan profesional. Anda diharapkan dapat berupaya dengan sungguh-sungguh untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas jabatan secara profesional. 11/6/2018 YoyonBI/AP-UPI/2009
Pajar cenah: “Dongengek…dongengek…. moncor cengek…!!!” BUBUKA BABAK PERTAMA Nepangkeun nun…Kuring, ti lamping pasir hariring, tutugan gunung angkeuhan, sasakala rasa mokaha. Seja nyaba ngala… lana, niat nganjang ka pageto, Ngan sakadar mawa dongeng, beja bawa manuk, Manuk Puyuh ti Bobojong, sugan jeung sugan, Jadi bekel pijagaeun… Pajar cenah: “Dongengek…dongengek…. moncor cengek…!!!” 11/6/2018 YoyonBI/AP-UPI/2009
Sekolah dan Guru Terinspirasi oleh Susan Greenfield dalam bukunya Tomorrow’s People, bahwa saat ini guru kehilangan moral, orang tua marah dan gelisah, banyak pihak tidak lagi mempercayai guru dan sekolah, komitmen sekolah sebagai lembaga profesional, dan guru sebagai petugas profesional dipertanyakan oleh masyarakat dan orang tua. Ketika banyak terjadi kasus amoral yang terjadi dikalangan siswa dilingkungan sekolah, maka semakin menguatkan tesis ini bahwa kepercayaan terhadap guru dan lembaga sekolah semakin menguat. 11/6/2018 YoyonBI/AP-UPI/2009
Kalau dicermati, situasi yang sama juga dialami oleh para orang tua dan institusi keluarga, lembaga-lembaga pendidikan dimasyarakat seperti pesantren, dsb. Guru telah rusak, sekolah telah rusak, orang tua telah rusak, sekolah telah rusak, aparat penegak hukum telah rusak, lembaga pemerintahan rusak, semua serba rusak. Hari ini kita berada dalam situasi masyarakat yang chaotic, kepercayaan terhadap institusi tersebut semakin tergerogoti, wibawa guru dan sekolah terus tergerogoti dan merosot. Dalam situasi seperti ini masihkah diperlukan guru, para konselor disekolah, para administrator sekolah yang handal dan sebagainya sebagai pekerja profesional untuk membantu orang tua dan masyarakat menyiapkan anaknya dalam menghadapi dunia yang chaotic. 11/6/2018 YoyonBI/AP-UPI/2009
Masihkah diperlukan guru untuk mengembangkan kapasitas anak mereka, masikah diperlukan institusi sekolah untuk membantu memberikan upaya pendidikan anak-anak masyarakat. Bahkan pertanyaan serupa bisa demikian, masikah perlu institusi keluarga dilembagakan dan dipertahankan ditengah anak sudah tidak lagi percaya terhadap institusi keluarga dan orang tuanya. Karena kenyataannya institusi keluarga dan orang tua tidak lagi bisa memberikan pendidikan kepada anaknya sendiri dan lebih mempercayakannya pada orang lain dan lembaga lain (guru dan sekolah). 11/6/2018 YoyonBI/AP-UPI/2009
Sementara eksistensi guru dan sekolah juga cenderung tidak dihargai dan tidak dipercayai lagi, tidak diposisikan sebagai sesuatu yang bermakna dan penting keberadaanya, tapi tidak pula ditiadakan. Kita memang dalam kondisi yang serba tidak jelas. Tidak hanya orang tua dan keluarga yang tergerogoti kepercayaanya terhadap institusi sekolah dan guru, sebaliknya pula guru dan sekolah sulit untuk mempercayai institusi keluarga dan orang tua, karena antara lain, tugas-tugas yang seharusnya menjadi tangungjawab dan pekerjaan mereka tidak lagi dilaksanakan dengan baik dan profesional, sehingga guru dan pihak sekolah harus menanggung beban berat dan tidak proporsional lagi. 11/6/2018 YoyonBI/AP-UPI/2009
Sekolah dan guru berada dalam kondisi yang menanggung beban berat luar biasa. Lingkungan masyarakat yang semakin rusak juga semakin menambah beratnya beban sekolah dan guru dalam membantu memberikan layanan pendidikan bagi anggota masyarakat. Sementara ekspektasi orang tua dan masyarakat begitu tinggi agar sekolah dan guru mampu menjawab setiap tantangan yang terjadi dan mewujudkan harapannya. Perkembangan eksternal yang semakin cepat sulit diimbangi oleh sekolah dan guru, terlebih diera global ini seringkali dalam banyak hal masyarakat sudah lebih maju dibandingkan lingkungan sekolah dan guru. 11/6/2018 YoyonBI/AP-UPI/2009
Sekolah dan guru semakin terus tertinggal oleh perkembangan yang terjadi, sementara masyarakat dan pemerintahpun kewalahan dalam membangun dan memajukan sekolah. Kontemplasi ini mengantarakan kita pada satu pertanyaan untuk apa sekolah diadakan, untuk apa guru sebagai petugas profesional harus diadakan kalau kita sendiri tidak lagi mempercayai sekolah dan guru, siapa yang berkepentingan terhadap keberadaan sekolah dan guru, apakah masyarakat merasa perlu didirikan sekolah, untuk apa, apakah orang tua dan masyarakat merasa perlu bantuan jasa guru sebagai petugas profesional dalam mendidik anak-anak mereka, untuk apa, siapa yang perlu pendidikan, untuk apa, siapa yang perlu universitas, untuk apa, seberapa pentingkah, dan seterusnya dan sebagainya. 11/6/2018 YoyonBI/AP-UPI/2009
Harus tidaknya, penting tidaknya, bermakna tidaknya, terpercaya tidaknya, profesional tidaknya institusi sekolah, guru dan petugas profesional lainya di sekolah tergantung kepada apakah kita memerlukan keberadaannya atau tidak, tergantung pula kepada bagaimana kita memberikan makna dan harga terhadap eksistensi sekolah sebagai lembagai profesional dan guru sebagai petugas profesional. Jadi harus tidaknya, penting tidaknya, profesional tidaknya, terhormat tidaknya guru sangat tergantung pada kita sebagai masyarakat, sebagai orang tua, sebagai bangsa, dalam memaknai dan memberikan harga seberapa besar, seberapa tinggi, karena akibat semua itu akan kembali pada kita sendiri. Siapa yang memiliki sekolah dan siapa yang memiliki guru? 11/6/2018 YoyonBI/AP-UPI/2009
Adalah orang tua, masyarakat, pemerintah, negara, karena telah sepakat bahwa pendidikan penting, pendidikan harus, guru penting dan guru harus ada. Keberadaan sekolah dan guru sendiri pada hakekatnya harus dari masyarakat karena masyarakat yang merasa perlu, oleh masyarakat sendiri dikembangkan, untuk kepentingan masyarakat itu sendiri. Jika negara, jika masyarakat, jika orang tua merasa penting mendirikan institusi sekolah dan merasa bahwa guru memang penting dan dibutuhkan untuk pembangunan negara, untuk turut mendidikan anak-anak masyarakat dan sebagainya. Maka tergantung kepada negara, tergantung kepada pemerintah, tergantung kepada masyarakat, dan tergantung kepada orang tua itu sendiri. 11/6/2018 YoyonBI/AP-UPI/2009
Mau diapakan, mau dibagaimanakan keberadaan sekolah-sekolah dan guru-gurunya. Mau dihargai, mau dibaguskan, mau dijelekan, mau ditelantarkan, mau semakin dimajukan, mau semakin dihargai, mau semakin diprofesionalkan, dst, sangat tergantung pada negara, pemerintah, masyarakat, dan orang tua itu sendiri, bukan pada sekolah, bukan pula pada guru, karena siapa yang butuh sekolah, siapa yang butuh guru. Sekolah tidak butuh guru, guru tidak butuh sekolah, sekolah tidak butuh murid, guru tidak butuh murid, yang butuh keberadaan sekolah dan guru adalah siswa, orang tua, masyarakat, dan negara. Itupun kalau memang sekolah dan guru dibutuhkan oleh siswa, oleh orang tua, oleh masyarakat, dan oleh negara, kalau tidak maka sekolah dan guru tidak dibutuhkan keberadaanya oleh siapapun. 11/6/2018 YoyonBI/AP-UPI/2009
Semua berpulang pada apresiasi dan pemaknaan kita terhadap guru dan sekolah itu sendiri. Saatnya sekarang ini kita bangun kembali kepercayaan terhadap sekolah kita, terhadap guru-guru kita, kepercayaan terhadap institusi keluarga, kepercayaan anak-anak terhadap orang tuanya, agar apa yang di sampaikan Greenfield bukan menjadi suatu kenyataan melainkan hanya sekedar warning belaka. 11/6/2018 YoyonBI/AP-UPI/2009
Profesi – Profesional – Profesionalisasi Profesi: – Jabatan – Pekerjaan Profesional – Kemampunan melaksanakan pekerjaan – jabatan Profesionalisasi: Upaya mengembangkan – meningkatkan – memperluas – memperdalam 11/6/2018 YoyonBI/AP-UPI/2009
Pekerjaan Guru – Keguruan Tidak dapat dilaksanakan oleh sembarang orang/pekerja, Membutuhkan kemampuan khusus yang dihasilkan dari pendidikan tinggi khusus, Mempunyai organisasi khusus, Mempunyai the rule of conduct, Mendapat pengakuan dan penghargaan khusus dari masyarakat dan pemerintah. 11/6/2018 YoyonBI/AP-UPI/2009
Pendidikan dan Sekolah Nelengnengkung..nelengnengkung… Geura gede Geura JANGKUNG Geura SAKOLA sing JUCUNG Geura bisa MAKAYAKEUN INDUNG (Nelengnengkung...nelengnengkung, cepatlah besar cepatlah tinggi, cepat-cepat selesaikan sekolah, segeralah muliakan Ibu...!) 11/6/2018 YoyonBI/AP-UPI/2009
Jenis-jenis Sebutan Guru Pendidikan formal: sering disebut GURU/Ustadz. Pendidikan nonformal: Pengasuh/Pamong Belajar, Pembimbing, Pelatih/Instruktur, Widyaiswara, Dosen. Sebutan lain yang mencerminkan pelaksanaan tugas kependidikan: Fasilitator 11/6/2018 YoyonBI/AP-UPI/2009
Sasaran Pekerjaan Guru Anak usia 0-6 tahun Anak usia 7-15 tahun Anak usia 16-18 Anak usia dewasa 11/6/2018 YoyonBI/AP-UPI/2009
Tempat-tempat Guru Melaksanakan Pekerjaan Pendidikan formal: sering disebut SEKOLAH Pendidikan Prasekolah: TK/RA, TKA/TPA, Kober/Pos PAUD. Pendidikan Dasar: SD/SMP, MI/MTs, MDA/MDW, Paket A/B, SDLB/SMPLB, SLB Autis. Pendidikan Menengah: SMA/SMK, MA/MAK, MDU, Paket C, SMALB, SMA Autis. Pendidikan Tinggi: Akademi, Sekolah Tinggi, Institut, Universitas, Mualimin. 11/6/2018 YoyonBI/AP-UPI/2009
Proses yang Dilakukan Guru dalam Melakukan Pekerjaan (Standar & Spesifikasi) Mengemas Kurikulum Fasilitasi Keputusan untuk belajar Murid (Sasaran) Transformasional Transaksional 11/6/2018 YoyonBI/AP-UPI/2009