Ragam Bahasa: Variasi bahasa yang timbul karena perbedaan pemakaian Berdasar suasana: Ragam santai Ragam resmi Berdasar bidang: Ragam ilmu Ragam sastra Ragam perundang-undangan Ragam surat kabar Berdasar daerah: Dialek Jawa Dialek Melayu Dialek Batak Berdasar sarana: Ragam lisan Ragam tertulis
Perbedaan ragam lisan dan tulis Ragam Tulis Muncul lebih dulu Muncul kemudian Menghendaki tatap muka dengan lawan bicara Tidak menghendaki tatap muka dengan lawan bicara Dibantu oleh gerak, mimik, pandangan, atau anggukan Dibantu oleh unsur-unsur gramatikal (S, P, O, K) Terikat pada situasi, kondisi, ruang, dan waktu Tidak terikat pada situasi, kondisi, ruang, dan waktu Dipengaruhi tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lemahnya suara Dipengaruhi oleh tanda baca
Bahasa yang digunakan dalam keperluan ilmiah adalah ragam tulis Bahasa yang digunakan dalam keperluan ilmiah adalah ragam tulis. Dalam kaitannya dengan hal ini, dikenal adanya pembakuan bahasa. Nantinya, pembakuan bahasa akan memunculkan ragam tersendiri yaitu ragam baku.
Ragam Baku/ Ragam Ilmiah Ragam bahasa yang diharapkan oleh pemakainya sebagai ragam bahasa yang tidak menyimpang dari kaidah-kaidah tata bahasa yang ada, keseragaman dalam pemakaian bahasa
Fungsi bahasa baku: Pemersatu (menghubungkan) Pemberi kekhasan (membedakan dari bahasa lain) Pembawa kewibawaan (berkaitan dengan pemerolehan bahasa baku) Kerangka acuan
Ciri bahasa baku Menggunakan ucapan yang tidak diwarnai oleh ucapan daerah atau dialek tertentu; Contoh: Gue males banget buat pergi. Menggunakan kaidah EYD; Contoh: Saya akan pergi ke Ambon. Pemakaian fungsi gramatik dan fungsi sintaktik secara eksplisit dan konsisten; Contoh: Menghilang (P) dari rumah (K). (?) Seharusnya: Ia/Anto (S) menghilang (P) dari rumah (K).
Pemakaian awalan me- dan ber- secara konsisten; Contoh: Ibunya dagang pakaian. Seharusnya: Ibunya berdagang pakaian Pemakaian kata penghubung bahwa atau karena (bila ada) secara konsisten; Contoh: Dia mengatakan anaknya hilang. Seharusnya: Dia mengatakan bahwa anaknya hilang. Pemakaian partikel –lah, -kah, dan –pun (bila ada) secara eksplisit dan konsisten; Contoh: Bawa buku ini! Seharusnya: Bawalah buku ini!
Pemakaian kata depan secara tepat; Contoh: Di kenai Dikenai Pemakaian aspek (sudah, telah, akan, hendak, sering, sedang, dan sebagainya) di depan pelaku tindakan dalam kalimat pasif harus tepat; Contoh: Sepedamu aku kembalikan nanti. Seharusnya: Sepedamu akan aku kembalikan nanti. Memakai konstruksi kalimat yang padat dan rapat; Contoh: Anaknya yang sangat kurus, berambut panjang, dan sering sakit telah meninggal. Seharusnya: Anaknya meninggal.
Tidak menggunakan konstruksi yang bersifat kedaerahan; Contoh: Bajunya bagus (Klambine apik) Seharusnya: Baju ini bagus. Menghindari pemakaian unsur-unsur leksikal yang terpengaruh oleh unsur-unsur leksikal bahasa dialek atau bahasa sehari-hari; Contoh: Aku suka sama gaya bahasamu. Seharusnya: Aku menyukai gaya bahasamu. Menghindari pemakaian unsur-unsur ketatabahasaan (seperti imbuhan) yang berasal dari bahasa daerah. Contoh: Aku ngecat dinding rumah. Seharusnya: Aku mengecat dinding rumah.