KONSERVASI CAGAR BUDAYA BERBASIS KEARIFAN TRADISIONAL DISKUSI ILMIAH ARKEOLOGI IAAI KOMDA JATIM MALANG , 22-24 MARET 2018
LATAR BELAKANG Kesadaran akan lingkungan Penggunaan bahan kimia untuk konservasi # Jenis # Metode & Teknik # Kadar / Takaran 3. Efek jangka pendek – menengah – panjang 4. Kembali ke alam .... back to nature
Konservasi Cagar Budaya Berbasis Tradisional
Konservasi Cagar Budaya di Indonesia Teknik konservasi Eropa abad 19 – 20 # Teknik oker # Efek oker 2. Proyek Restorasi Candi Borobudur 1973 - 1983 # Penggunaan bahan kimia untuk bangunan candi Rekomendasi Unesco (Reaktif Monitoring 2006) # Pengurangan penggunaan bahan kimia
Bahan-2 Konservan Candi Borobudur Vulkem 2200 HD : menghambat pertumbuhan jasad renik Xylol : membersihkan bekas cat/spidol pada batu candi Asam sitrat 0,1 N : menanggulangi endapan garam permukaan batu AC 322 : membersihkan jamur kerak pada batu candi Hyvar XL 1% : pengawetan batu dengan disemprot Epoxy resin EPIS : injeksi dan kamuflase batu Epoxy resin Euroland FK 20 : kamuflase dan restoring dinding Araldit ar : bahan untuk membuat lapisan (layer) kedap air PEG : larutan untuk konservasi kayu lapuk
Masalah Sebagai pengguna bahan konservan pabrikan Pengembangan Konservasi Cagar Budaya di Indonesia Sebagai pengguna bahan konservan pabrikan Minimnya penelitian / kajian konservasi tradisional Belum memiliki sarana laboratorium yang memadai Minimnya SDM yang menguasai konservasi
Potensi Pengembangan Konservasi Cagar Budaya di Indonesia Bahan konservan tradisional melimpah (megadiversitas Indonesia) Dapat dijadikan sebagai bahan kajian (riset) unggulan UPT + Perguruan Tinggi Kerja bersama antar pihak
Beberapa Langkah .... Workshop Konservasi Cagar Budaya Berbasis Kearifan Tradisional, BKB , Yogyakarta 11-15 Agustus 2014 Workshop Pengelolaan Laboratorium Cagar Budaya, BKB , 8 – 11 September 2015 Seminar Konservasi CB Berbasis Kearifan Tradisional, BKB, Yogyakarta 15 – 17 September 2015 Renstra Kajian Konservasi Berbasis Kearifan Tradisional, BKB 2015 – 2019
Langkah Ke Depan .... Kajian Bersama dengan UPT Kebudayaan (BKB, BPCB, BPSMP Sangiran, Balar, BPNB, Museum) Optimalisasi Laboratorium CB di UPT + PT Pusat Laboratorium Cagar Budaya (Laboratorium Induk)
Workshop Konservasi Cagar Budaya Berbasis Kearifan Tradisional, Yogyakarta 11-15 Agustus 2014
Workshop Konservasi Cagar Budaya Berbasis Kearifan Tradisional, Yogyakarta 11-15 Agustus 2014 1. Membahas 8 Makalah Narasumber + 41 Makalah Peserta (BKB, BPSMP Sangiran, BPCB, BPNB, Balar, Jurs Arkeologi UI- UGM-Unhas-Udayana, Mus Nas, Mus Benteng, Dinbudapar Aceh, Dinbudpar Magelang) 2. Terdeteksi lebih kurang 125 bahan konservan tradisional yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi bahan konservan Cagar Budaya
HASIL Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan kearifan tradisional yang dapat dikembangkan menjadi metode konservasi cagar budaya tradisional. Indonesia memiliki megadiversitas dalam hal bahan alam sehingga memiliki kekayaan luar biasa untuk dapat dikembangkan sebagai bahan konservasi cagar budaya. Setiap kelompok masyarakat memiliki kearifan tersendiri dalam memelihara tinggalan budayanya. Beberapa kearifan tradisional dalam pelestarian cagar budaya terancam kelestariannya karena mulai ditinggalkan, bahkan sebagian sudah benar-benar ditinggalkan dan sudah semakin sulit dilacak. Metode tradisional meliputi aspek yang sangat luas dalam pelestarian cagar budaya, mulai dari teknologi budidaya, pemilihan bahan, pengolahan bahan, penggunaannya dalam konstruksi bangunan, perawatan, dan perbaikan terhadap kerusakan dan pelapukan # PRANATA MANGSA
6. Metode tradisional untuk konservasi cagar budaya dapat diterapkan pada berbagai material cagar budaya, antara lain kayu, logam, bata, gerabah, batu, kain, lontar, kertas, dan lain lain. 7. Metode tradisional dapat berperan sebagai bahan konservan dengan fungsi yang sangat bervariasi, antara lain bahan pembersih, pengawet, anti serangga, anti jamur, pelapis, perekat, konsolidan, dan lain-lain. 8. Hasil diskusi pada kesempatan workshop ini telah mampu menghimpun berbagai bahan tradisional yang terdiri dari tidak kurang 125 bahan yang berpotensi dikembangkan sebagai bahan konservan (Daftar terlampir). 9. Pengembangan metode konservasi cagar budaya berbasis kearifan tradisional harus melibatkan berbagai latar belakang ilmu secara sinergis. Sebagai contoh untuk penggalian informasi dapat melibatkan bidang antropologi, sastra (untuk menggali kitab kuno/lontar), arkeologi, dan ilmu-ilmu lainnya.
REKOMENDASI Perlu langkah pengembangan, pengelolaan, dan pembinaan lebih lanjut terhadap penerapan berbagai metode konservasi tradisional yang masih dilaksanakan di berbagai daerah, termasuk penerapan metode baru berbasis tradisional yang telah dikembangkan. 2. Dalam rangka mengoptimalkan pengembangan metode konservasi tradisional perlu diambil langkah langkah: • Pertama, dalam jangka pendek perlu dilakukan inventarisasi seluruh praktek dan aplikasi bahan konservasi tradisional yang berkembang di masyarakat di seluruh Indonesia yang meliputi, sasaran, jenis bahan, dan metode (diperlukan peran aktif BPCB, BPNB, Balai Arkeologi). • Kedua, mengklarifikasi seluruh hasil inventarisasi dan aplikasi yang telah dilakukan di seluruh daerah. Klarifikasi bertujuan untuk menganalisis potensi pengembangannya menjadi metode baku konservasi, yaitu dilakukan dengan mengevaluasi manfaat, khasiat, tingkat kelengkapan informasi, dan ketersediaan bahan.
• Ketiga, melakukan penelitian secara ilmiah seluruh bahan konservasi tradisional yang telah diklarifikasi dan menyebar luaskan hasilnya agar dapat menjadi pedoman dalam melakukan tindakan konservasi berbasis kearifan tradisional. Pedoman yang dihasilkan dapat diwujudkan dalam bentuk prosedur standar (standar method) untuk seluruh Indonesia. Pedoman juga perlu mencakup safety and security dalam prosedurnya, agar aman dalam pelaksanaannya. 3. Kearifan tradisional dalam pelestarian cagar budaya merupakan nilai budaya atau warisan budaya tak benda (intangible) yang juga penting untuk dilestarikan. Sebagai contoh, tata cara perawatan keris merupakan nilai budaya yang tidak terpisah dari cagar budaya keris itu sendiri yang juga penting untuk turut dilestarikan. Pelestarian terhadap kearifan tradisional dalam mengkonservasi cagar budaya harus dikembangkan, terutama terhadap kearifan budaya yang sudah mulai punah atau terancam punah.
Workshop Pengelolaan Laboratorium Cagar Budaya BK Borobudur 8 – 11 September 2015 Peningkatan Kapasitas SDM Peningkatan Pengelolaan Lab Cagar Budaya Optimalisasi Fungsi Lab Cagar Budaya
Arkeologi & Laboratorium Pendidikan Penelitian Pelestarian Basic Ilmu ------------------------------------------------------------- Laboratorium Laboratorium Laboratorium Metode / Teknik Hasil SDM Ilmu / Teori
Bahan Cagar Budaya (Benda, Bangunan, Struktur) Bahan Organik : tulang, tanduk, kulit, gading, kayu, kain, kertas Bahan Anorganik: batuan, logam, kaca, tanah, terakota, keramik Faktor Penyebab Kerusakan Cagar Budaya Internal (faktor bawaan yang menyatu di dalam benda): bahan, desain, teknologi/pengerjaan Eksternal (faktor di luar benda): biotik, abiotik, kultur (manusia) Jenis Kerusakan Cagar Budaya Mekanis: miring, melesak, retak, pecah, runtuh Fisik: deformasi, pengelupasan, disintegrasi Khemis: oksidasi, reduksi, korosi, penggaraman Biologis: dekomposisi, biokhemis, reaksi, dll
Laboratorium & Kajian Konservasi Mengetahui sifat-sifat bahan Mengetahui penyebab kerusakan Menentukan cara penanganan
(Benda – Bangunan – Struktur) KONDISI EKSISTING CAGAR BUDAYA Faktor EKSTERNAL Fungsi LABORATORIUM CAGAR BUDAYA (Benda – Bangunan – Struktur) KONDISI EKSISTING CAGAR BUDAYA PROSES Faktor INTERNAL PENANGANAN
Jenis Konservasi: Konservasi Benda CB Konservasi Bangunan CB (termasuk Konservasi Arsitektural) Konservasi Struktur CB Konservasi Situs CB Konservasi Kawasan CB (termasuk Konservasi Vernaculer) # Dokter Umum Dokter Spesialis
Konservasi Berbasis Tradisional (Benda - Bangunan – Struktur Cagar Budaya) SarPras Metode Topik SDM Keluaran / Hasil
Konservasi Berbasis ..... ? Obyek Metode SDM (Situs – Kawasan Cagar Budaya) Obyek Metode SDM Keluaran / Hasil REGULASI
Standardisasi Laboratorium Aspek SDM BK Borobudur SI-Kimia (MIPA), SI-Fisika (MIPA), SI-Biologi (MIPA), SI-Geologi D3- Analis Kimia SMA jurusan IPA, SMK jurusan kimia BPCB SI-Kimia (MIPA) atau SI-Fisika (MIPA) atau SI-Biologi (MIPA) atau SI-Geologi D3- Analis Kimia SMA jurusan IPA SMK jurusan kimia
Standardisasi Laboratorium Aspek Analisis Analisis Dasar Analisis Khusus Panduan Prosedur Analisis Dasar Lab. Konservasi (tidak rahasia/dipublikasikan) Dokumen Panduan Mutu Laboratorium BKPB (rahasia/tidak dipulikasikan) BKB + BPCB + BPSMPS BKB + BPSMPS Pelatihan Analis Lab. Konservasi
Standardisasi Laboratorium Aspek Peralatan Primer Sekunder Tersier skala mosh protimeter termite detector loupe handy microskop higrometer termometer max-min camera digital meteran ion meter luxmeter muffle furnice oven timbangan analitik ayakan bertingkat shacker alat titrasi hot plate stirrer peralatan glass cawan patina lemari asam lemari pendingin compresion tester color chart vicotester jangka sorong AAS SEM UTM Microskop binokuler + camera vertical laminar flow cabinet autoclave mikroskop polarisasi + camera spektrofotometer ultracut
Standardisasi Laboratorium Aspek Pengelolaan Laboratorium BALAI KONSERVASI BOROBUDUR BPCB 1 Tupoksi - melasanakan kajian konservasi, teknik sipil, arsitektur, geologi, biologi, kimia dan arkeologi - Melaksanakan pelatihan analisis laboratorium konservasi melaksanakan pemeliharaan bcb 2 Peran Laboratorium menemukan metode dan bahan konservasi yang tepat sebagai acuan dalam pelestarian bcb menentukan atau memilih metode dan bahan konservasi yang sudah dikaji oleh BKB 3 Sumberdaya Manusia S1-Kimia (MIPA), S1-Biologi (MIPA), S1-Fisika (MIPA), S1-Geologi, D3-analis kimia (MIPA), SMA jurusan IPA S1-Kimia (MIPA) atau S1-Biologi (MIPA) atau S1-Fisika (MIPA) atau S1-Geologi, dan D3-analis kimia (MIPA), SMA jurusan IPA 4 Prosedur Analisis Panduan Dasar Prosedur Analisis Laboratorium dan Dokumen Panduan Mutu Laboratorium Panduan Dasar Prosedur Analisis Laboratorium 5 Status laboratorium Terakreditasi tidak terakreditasi 6 Peralatan Primer, sekunder, tersier Primer, sekunder
(Puslitarkenas – Balar) Pelestarian Cagar Budaya LABORATORIUM INDUK (Pusat Laboratorium Cagar Budaya) Pendidikan (Jurs Arkeologi) Pengembangan Ilmu Arkeologi (Puslitarkenas – Balar) Pelestarian Cagar Budaya (BKB-BPSMP-BPCB)
Langkah ke depan Pengembangan Laboratorium Cagar Budaya Untuk Pengembangan Metode Konservasi Berbasis Tradisional Menyusun kebijakan: perlunya optimalisasi dan pengembangan Laboratorium CB pada masing-masing UPT sesuai kemampuan dan kebutuhan Menyusun standardisasi Laboratorium CB Melaksanakan kegiatan yang mendukung optimalisasi dan pengembangan Lab CB pada setiap UPT untuk mendukung pelestarian CB Melaksanakan kegiatan yang mendukung fungsi Lab CB untuk kajian & eksperimen konservasi tradisional Merintis Laboratorium Induk / Pusat Laboratorium Cagar Budaya
MINYAK ATSIRI SEBAGAI BAHAN KONSERVASI CAGAR BUDAYA Minyak yang diperoleh dengan cara distilasi, ekstraksi dan enfluorasi dari bagian tanaman: akar, batang, kulit, daun, bunga, buah.
Indonesia merupakan negara produsen minyak atsiri terbesar di dunia Indonesia merupakan negara produsen minyak atsiri terbesar di dunia. Minyak atsiri yang dihasilkan antara lain: Minyak sereh Minyak daun cengkeh Kenanga Minyak nilam Minyak akar wangi Bahan dasar minyak atsiri tersebut kebanyakan diekspor ke Amerika Serikat, Jepang dan Eropa.
Minyak atsiri dibagi menjadi 2 kelompok: Minyak atsiri yang mudah dipisahkan menjadi komponen-komponennya (dengan secara kimia atau fisika) yang dapat dikonversi menjadi produk-produk lain (minyak sereh, minyak daun cengkeh, minyak permen, minyak terpentin) Minyak atsiri yang sukar dipisahkan menjadi komponen-komponennya. (digunakan secara langsung: minyak nilam, minyak kenanga dan minyak akar wangi).
Jenis Tanaman Penghasil Minyak Atsiri di Indonesia yang sudah diperdagangkan
Sedang berkembang
Potensi dikembangkan
Potensi dikembangkan
Tanaman/tumbuh-tumbuhan/pohon penghasil minyak atsiri No. Tanaman/Tumbuh-tumbuhan/pohon Bagian tanaman Minyak atsiri Komponen utama 1. Pohon cengkeh Bunga/daun M. Cengkeh Eugenol 2. Pohon lawang Kulit M. Lawang Eugenol dan safrol 3. Pohon pinus Kulit/batang/getah M. Terpentin Alfa-pinen 4. Pohon cendana Kulit batang/akar M. Cendana Santanol 5. Pohon kayu putih Daun M. Kayu putih Sineol 6. Pohon kenanga Bunga M. Kenanga (Ester) 7. Pohon kayu manis Kulit/batang M. Kayu manis Sinamil aldehida 8. Tanaman sereh M. Sereh Sitronelal, sitronelol, geraniol. 9. Tanaman nilam M. Nilam Patchouli alkohol 10. Tanaman mentha arvensis/piperita M. Permen Mentol 11. Tanaman akar wangi Akar M. Akar wangi Vetiverol 12. Tanaman adas Biji M. Adas Anetol, estragol, fenson 13. Tanaman gondopuro M. Gondopuro Metil salisilat
Kandungan Senyawa Kimia pada Minyak Atsiri Jahe No. Nama Senyawa Kimia Kadar (%) 1. a-pinene 3,57 2. Camphene 12,47 3. b-pinene 0,23 4. 1,8-cineole 17,89 5. Linalool 6. Borneol 3,10 7. a-terpineol 1,15 8. Nerol 9. Neral 0,21 10. Bisabolene 1,63 11. Zingiberene 0,32
1. MINYAK SEREH Minyak sereh diperoleh dari daun sereh (Cymbopogon nardus Rendle) dengan distilasi uap, kukus dan rebus. Dalam minyak sereh terkandung paling tidak sebelas komponen. Komponen utama sitronelal, sitronelol dan geraniol Komponen-komponen tersebut berguna sebagai bahan awal untuk pembuatan sejumlah parfum/pewangi dan obat-obatan. Sitronelal dapat direduksi menjadi sitronelol. Campuran sitronelol dan geraniol lazim disebut “rhodinol” yang memiliki bau yang harum dan digunakan sebagai bahan parfum yang mahal harganya
2. MINYAK DAUN CENGKEH Minyak daun cengkeh diperoleh dengan cara distilasi uap dari daun pohon cengkeh yang telah gugur, Eugenia caryophyllata Tumberg (Caryophyllus aromaticus L). Kandungan utama minyak daun cengkeh adalah eugenol (~80%) dan kariofilen (~15%). Eugenol dapat dipisahkan dari komponen-komponen lain dalam minyak daun cengkeh dengan cara reaksi kimia.
Kegunaan eugenol Eugenol dapat dikonversi menjadi berbagai eugenil alkil eter. Eugenil metil eter sangat luas digunakan sebagai komposisi parfum dari tipe “carnation” dan dalam “bouquet” dengan bau yang lebih lunak daripada eugenol. Dalam bidang pertanian eugenil metil eter dapat digunakan untuk menarik lalat buah jantan Docus dorsalis.
Isoeugenol merupakan senyawa aromatik yang digunakan hampir semua jenis pewangi “floral dan fancy bouquects”, memiliki bau bunga anyelir, pada sabun dan kosmetika. Eugenol dapat dikonversi menjadi senyawa turunan amfetamin maupun L-DOPA (dihidroksi fenil alanin) yang dikenal sebagai obat parkinson.
3. MINYAK LAWANG Tanaman/pohon lawang (Cinnamomum culliawan Blume) termasuk dalam famili Lauraceae yang tumbuh liar di hutan. Pohon lawang banyak tumbuh di hutan di Papua dan di Maluku. Minyak lawang diperoleh dengan cara distilasi uap terhadap serbuk kulit kayunya. Minyak lawang mempunyai karakteristik bau cengkeh dan pala. Minyak lawang mengandung dua komponen utama yaitu eugenol (69,0%) dan safrol (21,0%). Safrol mempunyai kemiripan struktur dengan eugenol.
Safrol digunakan secara luas untuk penyegar dalam minuman tertentu, pada permen karet, dalam bidang farmasi, pasta gigi dan pengharum sabun. Safrol bila direaksikan dengan basa akan mengalami isomerisasi, seperti halnya eugenol.
4. MINYAK TERPENTIN Hutan pinus merupakan hutan yang luas di Indonesia. Pohon pinus (famili Pinaceae) yang dibudidayakan di Indonesia sebagian besar adalah jenis pinus merkusii Jungh et de Vr. Hasil utama penyulingan getah pinus berupa minyak terpentin dan gondorukem. Komposisi minyak terpentin yaitu a-pinen, b-pinen dan 3-karen.
Kegunaan minyak terpentin sintesis kamfora, terpineol dan terpinil asetat. thiner/pengencer dalam industri cat dan pengkilap atau pernis. industri perekat dan pelarut lilin. Kromatografi gas menunjukkan bahwa minyak terpentin dari Magelang mengandung alfa-pinen (92,5%), 3-karen (6,2%). Alfa-pinen sangat berguna sebagai bahan dasar untuk pembuatan kamfer (kamfora).
Minyak Atsiri Nilam
Kandungan Minyak Atsiri Nilam Component Percent Patchouli alcohol 43.19% delta.-Guaiene 16.01% alpha.-Guaiene 13.29% alpha.-Patchoulene 8.09% Seychellene 6.78% 2.87% trans-Caryophyllene 2.73% beta.-Patchoulene 1.39% Palustrol 1.56%
Produk-Produk Minyak Atsiri Nilam Mawar Sereh Melati Cengkeh
Sirih Merah Gaharu Rp 1-5 juta per 1 tola = 12 gram (12 mL)
Minyak Atsiri sebagai bahan konservasi Budaya Benda-benda cagar budaya yang terbuat dari kayu, logam dan batu perlu dilindungi dari kerusakan oleh bakteri, parasit, fungi (jamur), mold (cendawan) dan insects (serangga) Selama ini untuk melindungi benda-benda tersebut menggunakan bahan kimia seperti Hyvarxl untuk mencegah lumut, formula AC 322 untuk jamur kerak, hyamin untuk alga, dan masonceal untuk bahan penolak air.
EPA (Environmental Protection Agency) & dinyatakan aman dari: Pestisida berbasis minyak atsiri telah lolos registrasi dari: EPA (Environmental Protection Agency) & dinyatakan aman dari: GRAS (Generally Recognized as Safe) sehingga ramah terhadap manusia dan lingkungan.
Minyak Atsiri yang mempunyai sifat sebagai bahan konservasi cagar Budaya Monoterpen alkohol Komponen utama dari minyak sereh Fungsi: membunuh jamur, cendawan dan melindungi dari serangga Monoterpen aldehide Komponen utama dari minyak sereh Fungsi: membunuh jamur, cendawan dan melindungi dari serangga
Komponen utama dari minyak jahe merah Keton, terpen oksida Komponen utama dari minyak jahe merah Fungsi: membunuh jamur, cendawan dan melindungi dari serangga Monoterpen alkohol Komponen utama dari minyak jahe merah Fungsi: membunuh jamur, cendawan dan melindungi dari serangga Linalool
Keton Hasil isolasi dari minyak terpentin Fungsi: anti rengat Kapulaga Mengandung minyak Atsiri Sineol dan Terpineol yang mempunyai sifat antimikroba yang sangat baik Kapulaga
Minyak cengkeh eugenol (80%) dan kariofilen (15%) mempunyai sifat antibakteri yang sangat kuat.
Tanaman pengusir serangga Sereh Kayu putih Kayu manis Kenanga Cendana Gaharu
EKSPERIMEN KONSERVAN REMPAH-2 Efektifitas minyak atsiri cengkeh, sereh wangi dan pala
Kerusakan Biotik Gambar 2. Kerusakan pengaruh mikroorganisme (Lumut kerak). Gambar 3. Kerusakan pengaruh tumbuhan lumut.
1% minyak cengkeh 10% minyak cengkeh 25% minyak cengkeh 15% minyak cengkeh
Kerusakan Abiotik
PENGOLESAN 100% MINYAK DAUN CENGKEH Setelah pengolesan Sebelum pengolesan
PENGOLESAN MINYAK DAUN CENGKEH PADA SAAT PENGOLESAN 5% minyak daun cengkeh HASIL DIOLESI 5% minyak daun cengkeh
SEBELUM PENGOLESAN MA 10% SETELAH PENGOLESAN MA 10%
PENGOLESAN MINYAK DAUN CENGKEH 25% SEBELUM PENGOLESAN MA 25% SETELAH PENGOLESAN MA 25%
Gambar 12. Pengaplikasian minyak sereh 100% pada lumut kerak Pengolesan minyak sereh 100% Gambar 12. Pengaplikasian minyak sereh 100% pada lumut kerak
Gambar 13. Pengolesan hari-1 Gambar 14. Pengolesan hari-2
JAMASAN KERIS Bahan 1. Air : air tanah (sumur/ mata air) 2. Air kelapa (Cocos nucifera) - Melarutkan karat - Melarutkan racun - Kelapa hijau (sedang) 3. Nira kelapa - karat sangat tebal - baru diambil dari pohon 4. Buah mengkudu/pace (Morinda citrifolia L.) - bau tidak sedap - asam - buah masak + air kelapa hijau - karat yg sangat tebal
5. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) - pemutihan (membersihkan karat - asam citrat - kulit tipis, berwarna kuning (masak) biji banyak 6. Nanas (Ananas comossus Merr) - air perasan buah nanas muda pH rendah = 5 asam 7. Asam jawa 8. Bahan sintetik yang menyimpang dari kebisaan HCl 1% dan larutan pembersih porselen 9. Lerak - membersihkan sisa minyak & sisa asam - air rebusan - digantikan sabun colek
10. Abu gosok, bekatul dan bubuk kayu jati membersihkan karat & sisa asam 11. Warangan (arsen) - menampilkan keindahan pamor keris - alam (As2S2, FeSAs, CoSAs, As2O3 dan As2S3 ) - apotik (As2O3) - larutan warangan utama (babon) air jeruk nipis + arsen : 1 lt + 1 gr - larutan warangan cemengan air bekas mewarangi yg sdh berwarna hitam 12. Minyak - mencegah timbulnya karat mengharumkan - minyak cendana, melati,kanthil, kenanga
Terima Kasih