Obat-Obat gastrointestinal (Obat Anti Tukak) Oleh Iwan Sain, S.Kp, M.Kes
Golongan Obat Anti Tukak Penenang (trankuiliser), yang mengurangi aktivitas vagal; obat antikolinergik, yang mengurangi asetilkolin dengan menghambat reseptor kolinergik; antasid, yang menetralkan asam lambung; penghambat histamin2 (H2), yang memblok reseptor histamin2; sekresi asam lambung omeprasol, yang menghambat sekres asam lambung walaupun ada pelepasan hitamin atau asetilkolin; Inhibitor pepsin sukralfat.
Ilustrasi Kerja OAT
1. Trankulliser Transkuiliser memiliki efek yang minimal di dalam mencegah dan mengobati tukak; obat ini mengurangi perasangan vagal dan menurunkan kecemasan, Librax, suatu kombinasi ansiolitik klordiasepoksid (Librium) dan antikolinergik clidinium (Quarzan), dipakai dalam mengobati tukak.
2. Antikolinergik Obat-obat ini menghilangkan nyeri dengan menurunkan motilitas dan sekresi gastrointestinal; obat-obat ini bekerja dengan menghambat asetilkolin dan menghambat histamin dan asam hidroklorida. Antikolinergik memperlambat waktu pengosongan lambung, sehingga lebih sering dipakai untuk tukak duodenum daripada tukak lambung.
Antikolinergik harus diminum sebelum makan untuk mengurangi sekresi asam yang timbul saat makan. Antasid dapat memperlambat absorpsi antikolinergik sehingga harus diminum 2 jam sesudah pemberian antikolinergik.
Efek Samping dan Reaksi yang Merugikan Antikolinergik memiliki banyak efek samping, termasuk mulut kering, pengurangan sekresi, takikardia, retensi urin, dan konstipasi. Karena antikolinergik menurunkan motilitas gastrointestinal, waktu pengosongan lambung dihambat, sehingga dapat merangsang sekresi lambung dan semakin memberatkan tukak.
3. Antasid Antasid mempercepat penyembuhan tukak dengan menetralisasikan asam hidroklorida dan mengurangi aktivitas pepsin; Obat ini tidak menutupi tukak.
Tipe Antasid Terdapat dua tipe antasid: antasid yang memiliki efek sistemik dan yang memiliki efek bukan sistemik.
Natrium bikarbonat, suatu antasid yang diabsorpsikan secara sistemik, merupakan salah satu dari obat-obat anti tukak. Obat ini memiliki banyak efek samping, seperti kelebihan natrium, menyebabkan hipernatremia dan retensi air; alkalosis metabolik karena kelebihan bikarbonat; dan rebound asam (kelebihan sekresi asam), natrium bikarbonat jarang dipakai untuk mengobati tukak peptik. Contoh dari senyawaan natrium bikarbonat adalah Bromo Seltzer dan Alka Seltzer.
Kalsium karbonat paling efektif untuk menetralkan asam; tetapi, obat ini dapat juga diserap secara sistemik dan menyebabkan rebaound asam. Hiperkalsemia dan “milk-alkali syndrome” dapat terjadi karena kelebihan pemakaian kalsium karbonat. Milk-alkali syndrome semakin berat bila produk susu dimakan dengan kalsium karbonat. Keadaan ini ditunjukkan dengan adanya alkalosis, hiperkalsemia, dan pada kasus-kasus yang berat, kristaluria dan gagal ginjal.
Antasid nonsistemik tersusun dari garam alkali seperti aluminium (aluminium hidroksida, aluminium karbonat) dan magnesium (magnesium hidroksida, magnesium fosfat). Obat-Obat ini hanya diserap dalam jumlah yang kecil, terutama aluminium.
Magnesium hidroksida memiliki kemampuan menetralkan yang lebih besar daripada aluminium hidroksida. Senyawaan magnesium dapat menyebabkan diare, dan senyawa aluminium dan kalsium dapat menyebabkan sembelit atau diare berat, Simetikon (suatu agen antigas) didapat pada banyak antasid, termasuk mylanta II, Maalox Plus, dan Gelusil II.
4. Penghambat Histamin2 Penghambat histamin2 (H2) (antagonis reseptor histamin2) merupakan obat yang paling popular dipakai untuk mengobati tukak lambung dan duodenum. Penghambat H2 menghambat refluks asam ke dalam esofagus (refluks esofagitis). Obat-Obat ini memblok reseptor H2 pada sel-sel parietal lambung sehingga mengurangi sekresi dan konsentrasi asam lambung. Antihistamin, dipakai untuk mengobati alergi, bekerja melawan histamin; obat ini tidak sama dengan penghambat H2.
Penghambat H2 yang pertama adalah simetdin (Tagamet) Simetidin, yang memiliki waktu paruh yang dan lama kerja yang singkat, menghambat sekitar 70% sekresi asam untuk selang waktu 4 jam. Perlu fungsi ginjal yang baik, karena kira-kira 50-80% dari obat ini dikeluarkan tanpa diubah melalui urin. Jika ada insufisiensi ginjal, dosis simetidin dan kekerapannya perlu diturunkan.
Antasid dapat diberikan satu jam sebelum atau sesudah simetidin sebagai bagian dari pengobatan antitukak; tetapi, bila keduanya diberikan pada waktu yang bersamaan maka akan mengurangi efektivitasnya dalam menghambat H2.
Penghambat H2 yang lebih baru, ranitidin (Zantac, 1983), famotidin (Pepcid, 1986) dan nizatidin (Axid, 1988), lebih kuat daripada simetidin. Selain menghambat sekresi asam lambung, obat-obat ini juga mempercepat penyembuhan tukak dengan menyingkirkan penyebabnya. Lama kerjanya lebih panjang, sehingga menurunkan kekerapan pemberian obat, dan lebih sedikit efek samping dan lebih sedikit interaksi obat daripada simetidin
Efek Samping dan Reaksi yang Merugikan Efek samping dan reaksi yang merugikan dari penghambat H2 mencakup sakit kepala, pusing, sembelit, pruritus, ruam kulit, ginekomastia, penurunan libido dan impotensi.
Farmakokinetik simetidin dan ranitidin memiliki kerja obat yang hampir sama, ranitidin lebih kuat, memiliki lama kerja yang lebih panjang, dan interaksi obat dan efek samping lebih sedikit terjadi. Baik simetidin dan ranitidin diabsorpsi dengan baik oleh saluran gastrointestinal.
Farmakodinamik Simetidin dan ranitidin menghambat histamin pada reseptor H2. Obat-Obat ini efektif dalam mengobati tukak duodenum dan lambung dan dapat dipakai untuk pencegahan. Obat-Obat ini juga berguna untuk menghilangkan gejala dari refluks esofagitis, mencegah tukak stres yang dapat terjadi sesudah pembedahan, dan mencegah pneumonia aspirasi yang dapat terjadi akibat aspirasi asam lambung.
5. Inhibitor Pepsin Sukralfat (Carafate), suatu kompleks sukrosa sulfat dan aluminium hidroksida, diklasifikasikan sebagai inhibitor pepsin, atau obat pelindung mukosa. Obat ini tidak diserap dan bergabung dengan protein untuk membentuk substansi kental yang menutupi tukak dan melindunginya dari asam dan pepsin. Obat ini tidak menetralkan asam atau menurunkan sekresi asam.
Farmakokinetik Kurang dan 5% sukralfat (Carafate) diserap melalui saluran gastrointestinal. Waktu paruhnya 6 sampai 20 jam. Sembilan puluh persen dari obat ini diekskresikan melalui tinja.
Farmakodinamik Sukralfat mempercepat penyembuhan dengan melekat pada permukaan tukak. Awitan kerja timbul dalam waktu 30 menit, dan lama kerjanya pendek. Sukralfat, menurunkan absorpsi tetrasiklin, fenitoin, vitamin yang larut dalam lemak, dan agen antibakteri siprofloksasin dan norfloksasin. Antasid mengurangi efek sukralfat.
6. Inhibitor Sekresi Asam Lambung Omeprazol (Prilosec, Losec) menghambat sekresi asam lambung (sampai 90%) dalam arti yang lebih luas dari antagonis histamin. Dimetabolisasi dalam hepar, mencapai kadar puncak dalam 2 sampai 5 jam, dan terutama dieliminasi oleh ginjal Omeprazol sangat mudah terikat dengan protein; waktu paruhnya 0,5-1,5 jam; tetapi, kerjanya lama (4-72 jam) mungkin karena distribusi ke jaringan, terutama sel parietal. Dosis umum adalah 20 mg sehari; dosis obat dapat ditingkatkan. Kemungkinan efek samping meliputi diare, mulut kering, baal, pusing, dan lemah.
7. Obat Antitukak Analog Prostaglandin Misoprostol, suatu analog prostaglandin sintetik, adalah obat baru untuk mencegah dan mengobati tukak peptik. Kerjanya menekan sekresi asam lambung dan meningkatkan mukus sitoprotektif pada saluran gastrointestinal. Misoprostol dianggap sama efektif dengan simetidin. Klien yang mengeluh sakit perut karena memakai NSAID seperti aspirin atau indometasin untuk pengobatan yang lama dapat memakai misoprostol.
Proses Keperawatan : Obat Antitukak Pengkajian Kaji nyeri yang dialami klien, termasuk tipe, lama, berat, dan frekuensinya, Nyeri tukak biasanya timbul setelah makan dan pada malam hari (nyeri noktural). Kaji fungsi ginjal klien. Laporkan jumlah urin bila kurang dari 600 mL/hari, atau kurang dan 25 mL/jam. Gangguan ginjal dapat mempengaruhi antasid yang mengandung magnesium dan kalsium (hipermagnesimia dan hiperkalsemia) dan penghambat H2. Kaji cairan dan ketidakseimbangan elektrolit jika terjadi hipermagnesemia, atau diare (akibat garam magnesium dan antasid).
Intervensi Keperawatan Berikan antasid yang mengandung magnesium secara berhati-hati kepada orang yang sudah tua dan kepada mereka yang menderita insufisiensi ginjal. Dengan berkurangnya jumlah urin yang dikeluarkan tubuh, magnesium yang dikeluarkan berkurang dan kemungkinan akan terjadi hipermagnesemia. Hindari pemberian antasid bersama dengan obat-obat oral lain, karena antasid dapat memperlambat absorpsi obat. Suatu antasid tidak boleh diberikan bersama-sama tetrasiklin, digoksin, atau quinidin karena antasid akan mengikat dan menginaktifkan kebanyakan dan obat tersebut. Antasid diberikan 1-2 jam sesudah pemberian obat lain.
Berikan dosis penghambat H2 seperti simetidin (Tagamet) yang lebih kecil pada lansia, yang memiliki lebih sedikit asam lambung, untuk mencegah alkalosis metabolik. Berikan penghambat H2 dan antikolinergik sebelum makan untuk mengurangi sekresi asam lambung yang diinduksikan oleh makanan. Berikan penghambat H2 secara intravena 20 sampai 100 mL dari larutan IV.
PENGAJARAN KEPADA KLIEN Beritahukan klien untuk melaporkan TSM sakit, batuk, atau muntah darah (hematemesis). Anjurkan untuk tidak memakan makanan atau meminum cairan yang dapat menyebabkan iritasi lambung, seperti minuman yang mengandung kafien, alkohol, dan bumbu (misalnya yang pedas). Beritahukan klien untuk melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan.
ANTASID Anjurkan klien untuk tidak membeli antasid bebas tanpa memberitahukan dokter. Dosis obat yang tidak memadai (terlalu sedikit, terlalu sering, atau terlalu banyak) dapat menimbulkan komplikasi. Beritahukan klien cara yang benar untuk memakai antasid. Tablet, kunyah harus dikunyah dengan baik diikuti dengan air. Antasid cair harus diminum dengan 2-4 oz air untuk memastikan obat ini dapat mencapai lambung. Anjurkan klien untuk memakai antasid 1-3 jam setelah makan dan waktu akan tidur. Jangan memakai antasid pada waktu makan; obat ini akan memperlambat pengosongan lambung, menyebabkan peningkatan aktivitas saluran gastrointestinal dan sekresi lambung.
Anjurkan klien untuk memberitahukan dokter jika timbul konstipasi atau diare; antasid mungkin perlu diganti. Jangan mengobati diri sendiri. Tekankan bahwa antasid tidak sama dongan permen dan minum antasid secara berlebihan adalah kontraindikasi. Nasihatikan klien untuk tidak memakai antasid bersama-sama susu stan makanan yang banyak mengandung vitamin D, kecuali jika pasti tidak ada kontraindikasi. Beritahukan klien untuk menghindari antasid 1-2 jam sesudah memakai obat oral lain karena ada kemungkinan gangguan absorpsi. Anjurkan klien untuk memeriksa label antasid untuk mengetahui kandungan natrium, jika klien sedang menjalankan diet natirum terbatas.
ANTIKOLINERGIK Untuk menghindari sembelit, klien harus meningkatkan masukan cairan, makanan yang berserat, dan olah raga jika tidak ada kontraindikasi. Laporkan takikardia atau retensi urin.
ANTISPASMODIK Anjurkan klien untuk memakai obat ini sebelum makan dan sewaktu hendak tidur. Anjurkan klien untuk tidak terlibat dalam latihan olah raga yang melelahkan, terutama pada suhu yang panas, karena bahaya cedera panas.
PENGHAMBAT H2 Anjurkan klien untuk tidak merokok, yang dapat menghambat efektivitas penghambat H2.
Evaluasi Tentukan efektivitas pengobatan antitukak dan timbulnya efek samping. Klien harus bebas rasa sakit dan harus berangsur-angsur menjadi sembuh.