Seniman Kaligrafi Terakhir PEMBAHASAN BUKU Seniman Kaligrafi Terakhir karya Yasmine Gatha oleh Ida Sundari Husen
CONTOH KALIGRAFI 1. Ismail Hakki Altmbezer, 1940 2 CONTOH KALIGRAFI 1. Ismail Hakki Altmbezer, 1940 2. Kaligrafi zaman Sultan Oesman III, 1757 3. Hamid Aytaç (Perpustakaam Suleymaniye) 4. Ahmed Karahisari, abad XVI 11/17/2018
Kaligrafi (kàllos=indah; graphein=tulisan) - hidup dan berkembang dalam kebudayaan yang memiliki tulisan; - kaligrafi dibuat pada batu, lilin, papirus, kulit, daun, kertas; - alat tulis: pisau, pena untuk lilin, kalam atau bulu (mula-mula bulu burung, kemudian logam) 11/17/2018
PERKEMBANGAN KALIGRAFI Kaligrafi Latin (sejak abad Pertengahan): penyalinan kitab suci oleh agamawan Kristen; Kaligrafi Cina dan Jepang (sebelum abad ke-6 SM): sejajar dengan seni lukis di dunia barat; Kaligrafi Arab: penyalinan Al Quran dan penyebaran agama Islam berkembangnya kaligrafi di negara-negara Islam lain: Arab, Persia, Turki, Indonesia, dll. 11/17/2018
Kaligrafi Lukis Islami Transkripsi visual sabda Allah. Karya yang mengagung-agungkan yang tak terlihat (l’invisible) melalui yang terlihat (le visible) (Michel Tournier, Pancis). Arsitektur rohani yang diekspresikan lewat medium jasmani (Yakut al-Musta’shimi, Persia) Ibnu Bawwab, 64 mushaf Al Quran Qalam Allah fi Ardhihi (Pena Allah di bumi) 11/17/2018
Kaligrafi Turki Begitu Turki memeluk agama Islam, bahasa Arab diadopsi sebagai bahasa nasional; Seni kaligrafi berkembang sejak zaman Sultan Mahmud II (Sang Penakluk, 1808-1839) menjadi seni bermutu tinggi sehingga layak dikelompokkan dalam kategori “Kaligrafi Turki”; Seniman kaligrafi terkenal: Seyh Hamdullah, Ahmet Karahisari, Necmeddin Okyay, dll; Seniman kaligrafi perempuan langka, antara lain Rikka Kunt (1903—1986) yang terkenal dengan seni huruf hias emasnya. Karyanya yang dipajang pada pameran khusus di museum Louvre, Paris, memberi inspirasi kepada cucunya, Yasmine Gatha, untuk menulis buku La Nuit des Calligraphes yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Seniman Kaligrafi Terakhir. 11/17/2018
Kaligrafi Turki Rikka Kunt (1903—1986) mengalami masa peralihan menuju modernisasi Turki yang bertujuan menjadikan negara itu setara dengan negara-negara Eropa: Pada tahun 1928 Mustafa Kemal Atatürk mengumumkan modernisasi Turki bahasa Arab diganti dengan bahasa Turki huruf Arab dilarang para seniman kaligrafi kehilangan pekerjaan menulis kaligrafi mereka dan sanggar kerja mereka terlantar atau dipakai untuk tempat pemberantasan buta huruf sebagian ada yang menjadi dosen di Akademi Kesenian yang bergaya barat atau pakar restorasi naskah kuno. 11/17/2018
La Nuit des Calligraphes 11/17/2018
Yasmine Gatha Dilahirkan di Paris tanggal 6 Agustus 1975; Ibu: Vénus Khoury Gatha, penulis dan penyair keturunan Libanon, ayah: Jean Gatha, dokter keturunan Turki. Karya: La Nuit des Calligraphes (2005); Le Tar de Mon Père (2007). Penghargaan: Prix de la Decouverte, Prix Cavour, Prix Kadmos, Prix des Lecteurs d’Herblay 2005. La Nuit des Calligraphes telah diterjemahkan ke dalam 13 bahasa (+1: bahasa Indonesia) 11/17/2018
La Nuit des Calligraphes (2005)/ Seniman Kaligrafi Terakhir (2008) ditulis setelah Yasmine Gatha melihat karya neneknya, Rikka Kunt (1903—1986), di museum Louvre, Paris; - untuk menghormati sang nenek yang meninggal pada usia 83 tahun; - menjalin kembali hubungan dengan tanah nenek- moyangnya: Turki; - mengungkapkan keindahan kaligrafi dan dedikasi seniman kaligrafi. 11/17/2018
KISAH PRIBADI RIKKAT KUNT Sejak kecil Rikkat belajar kaligrafi dari guru yang khusus didatangkan oleh ayahnya. Guru itulah yang mengajarkan sejarah kaligrafi Turki serta pengaruh Persia dan Cina pada kaligrafi Turki. Ia menikah dengan pria pilihan ayahnya, Ceri Ince, dokter gigi. Perkawinan mereka tidak harmonis. Mereka mempunyai satu anak, Nedim Rikkat mendapat dukungan dari Selim, seniman kaligrafi yang berusia 100 tahun. Selanjutnya Selim akan terus membimbingnya, juga setelah bunuh diri Rikkat mewarisi peralatan kaligrafinya Ia menjadi seniman kaligrafi sejati ikut lomba kaligrafi menjadi juara pertama kejuaraan yang tidak sempat diperhatikan oleh Rikkat karena harus mengikuti suami pindah ke Konya. Perceraian dengan Ceri Ince, setelah ayah Rikkat meninggal menjadi dosen di Akademi Kesenian. Perkenalan dengan Mehmet Fahreddin, pelarian dari Albania, disusul dengan perkawinan (1939) yang agak tergesa-gesa karena Mehmet ingin menjadi warga negara Turki, tempatnya mencari suaka berhubung dilarang kembali ke Albania. Mereka mempunyai satu anak, Nour (1939). 11/17/2018
KISAH PRIBADI RIKKAT KUNT Mehmet memanfaatkan kekayaan keluarga Rikkat dan tidak bekerja. Ia meninggalkan Rikkat dengan membawa anaknya Nur (1945), setelah ketahuan melakukan perselingkuhan dengan iparnya, Hateme Rikkat berusaha bunuh diri dengan menelan tinta tetapi tidak berhasil. Rikkat baru bertemu lagi dengan Nur pada tahun 1957 di Paris. Nur sudah menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran dan berganti nama menjadi Jean Gatha. Mehmet menjadi Pierre Gatha. Nur menengok kota kelahirannya pada tahun 1960 dan mendapat pemberitahuan tentang perselingkuhan ayahnya yang menjadi penyebab perpisahan kedua orang tuanya. Selanjutnya ia menikah dengan temannya di Paris, dan kemudian menjadi dosen. Ia meninggal karena serangan jantung. Kematiannya membuat ibunya sangat terpukul. (Dalam kehidupan sebenarnya, isteri Nur adalah Vénus Khoury Gatha, penulis dan penyair keturunan Libanon. Mereka mempunyai seorang anak perempuan, Yasmine Gatha). 11/17/2018
PEMILIHAN KARYA FIKSI Melalui karya fiksi, pengarang bebas berimajinasi mengungkap-kan pikiran, perasaan, aspirasi, dan kekesalan neneknya karena Atatȕrk menggantikan huruf Arab dengan huruf Latin(1928), kata-kata Arab dan Parsi dengan istilah baru, bahasa Turki. Karya fiksi memberi kemungkinan kepadanya untuk mengum-bar fantasi tentang komunikasi dengan seniman yang sudah me-ninggal, dengan para darwis, membuat deskripsi peralatan yang hidup, bahkan juga membiarkan neneknya bercerita sendiri tentang kematiannya. Penceritaannya sesuai dengan jenis novel itu: curahan hati tokoh utama, dengan menggunakan kata ganti orang pertama. Pada se- 11/17/2018
PEMILIHAN KARYA FIKSI tiap bab ada beberapa topik, kecuali yang topiknya sangat membekas di hati sang tokoh, misalnya ketika suaminya memporakporandakan peralatan kaligrafi serta studionya. Deskripsi yang hidup ditopang dengan bahasa yang lancar serta puitis, menjadikan karya ini buku yang enak dibaca dan mendapat tanggapan positif dari pembacanya. 11/17/2018
MASALAH PENERJEMAHAN Selain menguasai bahasa Prancis dan bahasa Indonesia dengan baik (termasuk istilah yang berkaitan dengan kaligrafi), penerjemah harus mengetahui latar belakang kisah ini: kaligrafi dan kehidupan seniman kaligrafi, latar belakang budaya dan sejarah Turki. Setelah penerjemahan selesai, naskah harus dibaca oleh pembaca yang menguasai kedua bahasa, dan terakhir oleh pembaca yang hanya menguasai bahasa Indonesia. Masalah: terkadang ada konflik antara penerjemah dan pembaca mengenai pengalihan bahasa atau istilah yang dipakai. Yang terpenting: buku hasil terjemahan harus dapat dinikmati oleh pembacanya seperti buku dalam bahasa sumber oleh pembacanya. Setelah penerjemahan selesai masalah penerbitan karya sastra peranan sponsor penerbitan buku terjemahan karya sastra. 11/17/2018
PENUTUP (1) Buku kecil yang berukuran 11x17,5, 203 halaman, isinya padat sekali. Dari curahan hati yang melompat-lompat itu dapat ditarik benang merah tentang Riwayat hidup Rikka Kunt. Sebagai sebuah roman, kisah ini mirip dengan banyak kisah lain: ada pertemuan, penghia-natan, perselingkuhan, penelantaran, perpisahan, ber-akhir dengan kematian para tokoh. Namun, di balik itu semua, kita melihat hubungan antara anak dan orang tua, suami dan isteri, murid dan guru, antarekan di Turki menjelang dan sekitar masa modernisasi. Roman ini juga merekam sisi manusiawi di balik gemerlap modernisasi yang dicanangkan Mustafa Kemal Atatürk. 11/17/2018
PENUTUP (2) Dedikasi Rikkat sebagai perempuan dan seniman kaligrafi yang bersikap mandiri dan tegar yang dipertentangkan dengan sikap kuno ayah dan suaminya dapat diartikan sebagai masa lalu yang kuno melawan modernisasi dan masa datang. Namun, Rikkat sendiri masih memiliki kecurigaan terhadap modernisasi dan menyayangkan bahwa “teknisi” akan menggantikan “seniman” kaligrafi. Buku ini merupakan perkenalan menarik dan ringan tentang kaligrafi Turki. Karya ini mendeskripsikan dedikasi seorang seniman pada profe-si kaligrafi, bagaimana ia mencurahkan seluruh perhatian dan jiwa-raga-nya ketika sedang mencipta, bagaimana ia terpaksa mengorbankan kehidupan 11/17/2018
PENUTUP (3) pribadi agar dapat menghasilkan karya seni yang bermutu tinggi. Kita juga membaca kisah duka seniman kaligrafi Turki yang beralih fungsi menjadi restorator naskah kuno. Kita mendapat gambaran tentang keadaan Turki ketika mulai menda-patkan pengaruh barat/ modernisasi: dosen-dosen di universitas berpa-kaian barat, bangunan kuno dibumiratakan dan digantikan dengan apartemen. Pembinaan bahasa Turki baru dilaksanakan secara gencar dan terencana dengan baik. Dengan latar belakang Turki, Albania, Lebanon, Portugal, dan Prancis, sekitar Perang Dunia II, karya ini menggambarkan situasi globalisasi pada penggal pertama abad ke-20: Rikkat diundang ke Portugal untuk meresrorasi naskah kuno, Mehmet bekerja di Libanon dan kemudian hidup di Prancis, Nur alias Jean Gatha sekolah dan kemudian bekerja dan berumah tangga di Paris, dan menjadi orang Prancis. 11/17/2018
Bagi pembaca Indonesia yang sebagian besar beragama Islam, buku kecil ini, selain dapat dinikmati sebagai karya sastra, juga merupakan bacaan menarik yang memperkenalkan kita pada karya seni dan profesi seniman kaligrafi, pada salah satu negara Islam dengan latar belakang budaya lain. 11/17/2018
Terima kasih 11/17/2018