Patung dari Batu Giok Murnilah orang yang tidak mencari kekuasaan dan kekayaan. Lebih murni lagi orang yang punya kekuasaan dan kekayaan tetapi tidak korupsi. Mulialah orang yang tidak tahu bagaimana caranya memainkan siasat. Lebih mulia lagi orang yang mengerti siasat tetapi menolak untuk menggunakannya. (Vegetable Roots-Abad ke-16) Pada suatu hari, datanglah seorang pelanggan ke Toko Gadai Hongren di Kota Shaoxing untuk menggadaikan patung yang dibuat dari batu giok yang merupakan hasil karya yang luar biasa. Pelanggan itu mengatakan bahwa patung tersebut adalah barang bersejarah dari Dinasti Han, sekitar 2.000 tahun yang lampau, dan dia mewarisinya dari ayahnya dan ayahnya, dari ayahnya dan seterusnya. Dia meminta 1.000 ons perak. Pemilik toko gadai sedang keluar kota dan penjaga tokonya menerima tawaran tersebut dan memberikan jumlah yang diminta oleh pelanggan itu. Ketika pemilik toko gadai kembali, dia mengamati patung giok itu dengan teliti dan menemukan bahwa barang tersebut tidak asli tetapi hanyalah barang imitasi yang harganya tidak lebih dari 100 ons perak. Pemilik toko menjadi frustasi dan meminta penjaga toko tersebut untuk mengganti kerugiannya jika pemilik patung tidak kembali untuk menebus patung batu giok palsu itu.
Kejadian itu merupakan bencana bagi penjaga toko tersebut karena dia adalah orang miskin. Tidak tahu apa yang harus dilakukan, dia pergi menemui seorang temannya bernama Xu Wenchang yang terkenal bijaksana dan banyak akal. Setelah mempertimbangkan masak-masak, Xu segera membantu temannya membuat rencana pembalasan. Beberapa hari kemudian, pemilik toko gadai mengundang semua teman dan kerabatnya untuk menghadiri pesta di rumahnya. Undangannya berbunyi demikian: “Yang bertanda tangan di bawah ini, dengan segala kerendahan hati memohon kehadiran Anda sekalian untuk menghadiri pesta di rumahnya untuk berbagi kegembiraan menikmati keindahan sebuah patung batu giok dari Dinasti Han yang sangat langka yang kebetulan menjadi miliknya untuk sementara waktu” Tamu-tamu berdatangan serta makanan dan minuman dihidangkan. Di tengah-tengah pesta, tuan rumah mengumumkan bahwa dia sangat gembira mereka dapat datang untuk melihat patung batu giok itu karena patung tersebut telah dibuktikan keasliannya sebagai seni batu giok yang sangat langka dari Dinasti Han. Pemiliknya akan menebusnya dalam waktu yang singkat sehingga pada kesempatan yang istimewa ini dia ingin menunjukkannya kepada para hadirin sebelum kembali ke tangan pemiliknya. Kemudian dia masuk ke dalam rumah untuk mengambil barang berharga tersebut.
Beberapa menit kemudian, dia kembali dengan membawa patung batu giok itu. Para hadirin terdiam dan menahan napas. Sambil memegang patung tersebut dengan kedua tangannya, dia berjalan pelan-pelan menembus kerumunan tamunya hingga pada akhirnya, ketika dia hendak meletakkan patung tersebut di sebuah meja di tengah ruangan, tiba-tiba dia terpeleset dan terjatuh. Patung tersebut terlepas dari tangannya, jatuh ke lantai, dan pecah berkeping-keping. “Oh!” semua yang hadir terperangah melihat bencana tersebut. Pemilik toko gadai sangat terkejut dan menjadi pucat. Dia meminta bantuan pelayannya untuk membawanya ke tempat tidur karena dia merasa sangat sakit. Para tamu dipersilahkan pulang, mereka kecewa dan merasa kasihan kepada tuan rumah itu. Keesokan harinya, kejadian di dalam pesta menjadi bahan pembicaraan di kota itu.
Beberapa hari kemudian, orang yang menggadaikan patung batu giok tersebut datang ke Toko Gadai Hongren. Meletakkan 1.000 ons perak di kasir dan mengatakan bahwa dia ingin menebus patungnya. Penjaga toko itu menghitung perak tersebut tanpa mengucap sepatah kata pun, masuk ke dalam dan keluar dengan membawa patung batu giok milik si pelanggan. Orang tersebut tertegun. Dia mengamati patung itu tanpa bisa mengucap sepatah kata pun. Tidak salah. Itu adalah patung batu giok palsu miliknya, masih utuh dan tidak pecah. Mukanya menjadi pucat, dengan terpaksa dia mengambil kembali barang gadainya. Dia tidak mengetahui bahwa patung yang pecah itu adalah barang palsu juga. Barang palsu yang dibuat dari patungnya yang juga palsu. Semua itu adalah ide Xu Wenchang agar pemilik toko gadai menyelenggarakan pesta untuk memamerkan patung tersebut dan memecahkannya di hadapan para tamu yang pasti akan menyebarkan kejadian tersebut. Ketika penipu mendengar berita tersebut, dia langsung datang ke toko gadai untuk menebus barangnya, dan berpikir bahwa dia tidak hanya dapat menyimpan 1.000 ons peraknya, tetapi juga bisa memeras pemilik toko gadai untuk memberinya uang tambahan sebagai kompensasi atas batu giok Han tersebut.
Komentar: Penipu menerima ganjaran sebesar perbuatannya Komentar: Penipu menerima ganjaran sebesar perbuatannya. Kebetulan, Xu Wenchang adalah seorang penulis drama yang termashyur, penulis esai, artis, dan orang terpelajar di abad ke-16 pada zaman dinasti Ming.